24 - no tears left to cry

27 3 0
                                    

Tema hari ke-24: Buat cerita rakyat tentang terjadinya ombak.

Runa mengernyit, membaca teks cerita rakyat karangan salah satu siswa dari kelas lain dengan dahi mengerut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Runa mengernyit, membaca teks cerita rakyat karangan salah satu siswa dari kelas lain dengan dahi mengerut. Bu Litara—guru kesenian mereka bilang, ini adalah salah satu karya yang cukup oke untuk diangkat menjadi drama kelas. Bukan. Bukan drama pertunjukan seperti pentas seni atau perlombaan. Hanya drama untuk menambah nilai praktik mata pelajaran Seni Budaya.


Berdasarkan voting, Runa mendapat peran sebagai Putri Saruni, seorang gadis yang diceritakan tinggal di tepi pantai di tempat yang tak diketahui namanya. Dulu sekali, pantai dan laut merupakan wilayah perairan yang sangat tenang. Mereka lebih kukuh dibanding daratan. Tidak ada yang bisa membuat daerah tersebut bergerak sedikit pun, bahkan angin kencang atau gejolak dari bawah sekali pun. Bisa dibilang, air merupakan elemen paling kuat di bumi ketika itu.

Memerankan Putri Saruni jelas tantangan besar bagi Runa, karena sifat dan pribadi sang putri bertolak seratus delapan puluh derajat dengan Runa. Digambarkan, Putri Saruni adalah seorang perempuan dengan senyum lembut, sorot mata penuh cinta, dan hati selalu terpaut dengan seorang pria yang disebut Pangeran Naluga.

Pangeran Naluga sendiri adalah pria dari kayangan yang bertugas menjaga lautan. Karena Pangeran Naluga, laut menjadi daerah yang sangat kuat dan keras—dalam arti sebenarnya. Lebih keras dari bebatuan. Tidak mudah goyah sedikit pun. Pangeran Naluga sendiri diperankan oleh Naren, cowok yang sudah hilir mudik memerankan berbagai peran di ekskul drama sekaligus satu-satunya yang memiliki kemampuan akting profesional.

Runa, sih, jelas terbantu. Terlebih pada adegan di mana Putri Saruni dan Pangeran Naluga harus berpisah. Naren memberi banyak saran bagaimana membangun emosi dan chemistry di antara mereka. Menurut kisah, mereka harus berpisah karena Pangeran Naluga melanggar syarat dari kayangan untuk tidak jatuh cinta pada manusia di bumi. Putri Saruni dan Pangeran Naluga yang saling mencintai melakukan hubungan semalam, yang berujung pada kutukan. Pangeran Naluga yang sudah terikat aturan lantas berjalan di atas air laut sebelum berubah menjadi buih-buih lautan.

Sejak saat itulah air menjadi sangat lembut dan cair. Putri Saruni yang telanjur cinta mati pada Pangeran Naluga terus menangis hingga tak ada lagi air mata yang tersisa. Merasa hidup tak berguna, tepat seratus hari sejak kepergian Pangeran Naluga, Putri Saruni menceburkan diri ke laut.

Menurut masyarakat sekitar, suara wanita menangis yang dipercaya suara Putri Saruni kerap terdengar. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba saja air laut bergulung, membentuk yang kemudian disebut ombak. Masyarakat percaya, ombak adalah bentuk sedu sedan Putri Saruni yang tak lagi memiliki air mata untuk menangisi Pangeran Naluga.

The Light is Coming: 30 Daily Writing Challenge NPC 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang