✖ 05 ✖

344 80 5
                                    

Vote Komen setelah mampir baca yaaa :D

...

Pagi itu Seungyoun berangkat bekerja seperti biasanya. Saat dia melintas di rumah Pasutri yang tadi malam bertengkar, ada garis polisi disana. Tempatnya juga ramai dikerubungi warga sekitar dan beberapa polisi.

Seungyoun menyaksikan kejadian tadi malam, tapi kali ini dia tidak ingin terlibat. Kemudian ia segera meneruskan langkah kakinya ke tempat bekerjanya.

"Ya. Aku tidak usah ikut campur."

■■■

Coffe Bang

Seungwoo terlihat meracik kopi dengan lihai. Seungyoun mengamati Seungwoo dengan saksama. Seungwoo ini satu-satunya karyawan yang menurut dirinya paling dewasa, proposi tubuhnya bagus dan pastinya tampan.

"Seungwoo..." panggil Seungyoun.

"Hm?"

"Aku tidak pernah mendengar kau punya pacar. Apa kau masih sendiri?"

"Ya, aku masih sendiri." Jawab Seungwoo sambil meracik kopi.

"Aku fikir kau sudah cocok untuk menikah." Seungyoun tersenyum mengatakan itu.

"Menikah? Aku fikir itu tidak penting." Sahut Seungwoo ketus.

Mendengar sahutan itu, Seungyoun berhenti tersenyum. Sampai saat ini Seungyoun belum tahu kesalahan apa yang diperbuat Seungwoo sampai bisa bekerja di Coffe Bang. Dan dia enggan menanyakan hal itu karena tidak enak kepada Seungwoo.

Lino tiba-tiba saja datang dan langsung menata biji kopi yang baru saja datang. Seungyoun menatap Lino. Baginya, Lino adalah karyawan terangkuh dan sikapnya dingin. Bahkan dia pernah mendorong dirinya sampai tangannya terkena pecahan gelas.

"Kenapa kau menatapku?"

Lino peka ditatap Seungyoun.

"Ah tidak.. aku hanya kebetulan menatapmu." Sahut Seungyoun.

"Cih..."

Sama seperti Seungwoo, Seungyoun belum mengetahui apa kesalahan Lino. Lelaki itu tertutup bahkan jarang berbicara.

Tak lama kemudian, Hangyul dan Yohan datang dengan membawa gelas yang baru saja mereka cuci. Lagi-lagi Seungyoun menatap keduanya dan langsung berfikir.

"Kembar kriminal yang membunuh orang tuanya."

Seungyoun langsung mengeleng-gelengkan kepalanya tanpa sadar.

"Kenapa kau?" Tanya Hangyul menatap Seungyoun heran.

"Hah?"

Seungyoun tersentak dengan lamunannya barusan.

"Apa selain cerewet kau juga gila?" Cibir Hangyul.

Belum sempat Seungyoun menjawab, Hyunjin datang dengan sedikit berlari.

"Maaf. Aku terlambat." Serunya membungkuk.

"Biasanya kau juga terlambat." Kata Seungwoo.

Hyunjin tersenyum dan meletakkan tas yang ia bawa. Kemudian ia menatap Seungyoun dengan senyum ramahnya. Segera mereka bekerja.

■■■

Bangchan duduk diam di kursi. Di hadapannya ada seorang lelaki yang tengah melamar pekerjaan. Tentu saja di coffe bang.

Yang Jeongin, 18 tahun.

"Maaf, aku tidak bisa menerimamu untuk bekerja disini." Tolak Bangchan.

"Pak, saya mohon. Terima saya untuk bekerja disini." Pintanya memohon.

"Panggil aku, Boss Bang."

Jeongin diam sejenak.

"Boss Bang, tolong terima saya."

Bangchan tampak berfikir sejenak. Kemudian dia membuang nafas kasar dan menatap Jeongin dengan wajah tegas.

"Kau baru lulus?"

Jeongin mengangguk polos.

"Tempatku tidak menerima orang baik." Tegas Bangchan.

"Saya bukan orang baik. Saya sesekali menyontek dan berbohong kepada ibu." Jawab Jeongin.

Brakkkkkk

Jeongin kaget tiba-tiba saja Bangchan mengebrak meja dengan keras. Setelah itu Bangchan malah tersenyum ke arahnya.

"Aku tidak suka melihat anak polos sepertimu. Pergilah! Carilah tempat lain yang lebih cocok untukmu." Tegas Bangchan kekeh.

"Tapi..."

"Aku tidak mau menggunakan kekerasan untuk anak polos sepertimu ya." Tegas Bangchan penuh penekanan.

Segera saja Jeongin beranjak dari tempat duduknya dan pergi keluar dengan menangis.

"Kenapa anak sepolos itu bisa datang ke tempatku?" Bangchan tertawa kecil.

■■■

Seungyoun memberikan kopi kepada pelanggan dengan senyum ramah. Dia mulai terbiasa bekerja disini dan membuang jauh-jauh fikiran negatifnya. Baginya, kalau dia tidak berulah pasti aman. Begitulah kira-kira pemikirannya.

Saat Seungyoun sedang menjalankan pekerjaannya, matanya menangkap seseorang yang dulu pernah ia kenal. Raut wajahnya berubah. Dia jadi murung menatap orang tersebut.

"Aku pesan kopi original satu ya." pesan orang itu.

Seungyoun berjalan ke ruangan kerjanya sebelum orang itu mengetahui keberadaannya.

Seungyoun duduk diam di pojok ruangan. Ingatan masa lalunya kembali lagi dan membuat wajahnya terlihat ketakutan.

"Tolong aku!"

"Ayah dan Ibuku dibunuh! Semua kekuargaku dibunuh!"

"Tolong aku!"

"Selamatkan mereka!"

"Selamatkan aku!"

Kata-kata itu terlintas lagi di dalam ingatan Seungyoun. Tangannya gemetar hebat. Wajah paniknya terlihat jelas disana. Dia tertekan! Masa lalunya membuatnya takut dan trauma.

"Hey!"

Seungwoo mendapati Seungyoun tengah duduk di pojok ruangan dengan wajah cemas. Kemudian dia mendekati Seungyoun dengan berjongkok.

"Kau kenapa?"

"Bukan aku! Jangan salahkan aku! Bukan aku!" sentak Seungyoun diluar akal sehatnya.

Seungwoo mengernyitkan dahi. Tak lama setelah itu Hyunjin dan Yohan terlihat menghampiri mereka.

"Ambilkan air putih!" perintah Seungwoo menatap Yohan.

Dengan cepat Yohan mengambil air putih dan segera memberikannya kepada Seungwoo.

"Minumlah."

Seungwoo menuntun Seungyoun untuk meminum air itu. Dengan gemetar, Seungyoun meminum air itu. Perasaanya sedikit tenang.

"Kalian kembali bekerja. Biarkan dia tenang dulu." tutur Seungwoo kemudian berdiri.

Yohan dan Hyunjin segera meneruskan pekerjaanya masing-masing, begitu juga dengan Seungwoo.

Seungyoun masih duduk dipojokkan dengan tatapan kosong. Entah kenapa akhir-akhir ini dia jadi teringat lagi dengan masa lalunya yang kelam.

Ada apa dengan Seungyoun?

Apa orang yang ditemui tadi yang membuatnya seperti ini?

Siapa dia?

...

Jujur ngga ada baca, vote, komen saya jadi males update ini :((
Padahal sudah saya tulis
Semangatin dong :')

Terjebak di Coffee Bang • Cho Seungyoun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang