✖ 06 ✖

332 76 7
                                    

Baca vote komen yaaaa :D Enjoy 🤟

...

Masih seperti biasanya, Seungyoun menjalani kehidupan normal setelah bebas dari ruji besi yang menghentikan kebebasannya selama beberapa tahun. Dia bekerja untuk bertahan hidup.

Normal?

Tentu saja normal.

Seungyoun duduk diam di dalam rumahnya melamun. Dia lelah seharian bekerja di Coffe Bang. Apalagi setelah bertemu dengan orang di tempat kerjanya kemarin.

Seungyoun merebahkan tubuhnya ke lantai rumahnya dengan lemas. Dia terlalu malas untuk melakukan apapun sekarang.

Tok...  Tok... Tok...

Masih dengan rasa malas,  tiba-tiba pintu rumahnya diketuk. Dengan malas Seungyoun berjalan untuk membuka pintu rumahnya.

Klek...

Tatapan kaget langsung terpancar di mata Seungyoun. Bagaimana tidak kaget, tiba-tiba saja ada polisi di depan rumahnya. Itu Peter.

"Selamat malam. Ini benar rumah Seungyoun?"

Seungyoun ketakutan. Dia jadi cemas. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan dari polisi itu. Trauma masa lalunya melintas lagi.

"Maaf, anda benar Seungyoun?" tanya Peter.

"Ah iya.. Ada apa?" tanya Seungyoun gugup.

Peter melihat sekitar rumah Seungyoun terlebih dahulu. Kemudian dia menatap Seungyoun dengan wajah tegasnya.

"Ada suatu hal yang ingin kutanyakan padamu.."

-

Bangchan tengah duduk menikmati secangkir kopi yang dibuatkan oleh Seungwoo. Ada Lino, Kembar dan juga Seungwoo disana.

"Yohan?"

Yohan menatap Bangchan yang tiba-tiba saja memanggil namanya.

"Jangan menjadi orang munafik." Ucapnya dengan senyum.

Yohan kemudian menunduk. Dia tidak menjawab apapun.

"Hangyul?"

"Siap! Boss Bang!" Sahutnya dengan suara besarnya itu.

"Kau tidak munafik seperti kembaranmu. Tapi aku tidak suka kau tak bisa menahan diri untuk melakukan hal buruk..."

Bangchan menatap Hangyul dengan serius.

"Berubahlah." Lanjutnya kemudian.

"Aku sedang berusaha untuk berubah, boss bang." Sahut Hangyul.

"Tapi kau selalu mengulanginya..."

"Itu tidak bisa dikatakan berubah." Tegasnya dingin.

Hangyul langsung menunduk tanpa suara.

"Keluarlah! Aku ingin bicara dengan karyawan lamaku." Pinta Bangchan.

Hangyul dan Yohan menurut saja dan langsung meninggalkan ruangan itu.

■■■

Seungyoun duduk berhadapan dengan Peter di sebuah kedai di dekat rumah Seungyoun.

"Santai saja. Aku hanya ingin bertanya sedikit." Ucap Peter tersenyum.

Peter kemudian menyeduhkan minuman ke gelas Seungyoun dan langsung tersenyum.

"Minumlah." Pintanya.

"Apa kau sedang menjebakku?" Tanya Seungyoun kemudian.

"Menjebak?"

"Aku tidak mau dituduh atas kesalahan orang lain. Aku tidak mau dikambing hitamkan. Aku tidak mau menjadi tersangka..."

Seungyoun diam sejenak dan menatap Peter serius.

"Aku ini korban." Lanjutnya gemetar hebat.

Peter tidak tahu kenapa Seungyoun tiba-tiba mengoceh seperti itu. Jujur saja dia jadi heran dan bingung.

"Begini..."

Peter mulai menjelaskan maksud kedatangannya menemui Seungyoun.

"Aku mendapat informasi dari beberapa tetanggamu sekitar kalau kau bekerja di Coffe Bang. Benar?"

Seungyoun mengernyitkan dahi ketika Peter menyebut nama tempat kerjanya itu.

"Aku sedikit merasa janggal dengan Coffe Bang karena mendapat dua laporan kehilangan dari keluarga Woojin dan Pasutri Edawn dan Hyuna."

Seungyoun langsung terkejut mendengar nama 'Woojin'.

"Bukankah Woojin bekerja disana?" Tanya Peter.

Seungyoun tampak berfikir. Dia bingung harus menjawab apa. Yang dia ingat, Bangchan membantu dirinya mendapat pekerjaan karena masa lalunya yang buruk. Dan hanya tempat itu yang membantunya.

Seungyoun menatap Peter dengan tatapan dalam dan menusuk.

"Aku karyawan baru disana. Dan Woojin?"

Seungyoun diam sejenak.

"Aku tidak pernah bertemu dengannya. Tidak ada karyawan bernama Woojin disana." Tegas Seungyoun.

"Tapi keluarga Woojin bilang dia bekerja disana. Dan dia hilang di hari pertamanya bekerja." Ucap Peter.

"Maaf, aku hanya karyawan baru. Aku tidak tahu." Jawab Seungyoun.

Peter sedikit menangkap aneh gelagat Seungyoun. Kemudian dia mengambil foto pasutri dan memperlihatkannya kepada Seungyoun.

"Apa ini pernah membeli di Coffe Bang? Apa kau ingat?"

Seungyoun melihat foto itu dan ingatannya melintas.

"Bukankah itu pasutri yang menuduh Hangyul mencuri dompet mereka?"

Seungyoun jadi melamun dan membuat Peter menyenggolnya sedikit.

"Maaf. Ingatanku buruk. Aku tidak mengingat siapapun yang datang. Jadi, aku tidak tahu." Jelas Seungyoun.

Peter membuang nafas kasar. Kemudian dia meneguk minuman yang tadinya sudah dituangkan ke gelas dan segera meminumnya. Seungyoun hanya duduk mengamati Peter dengan wajah gusar.

Peter memberikan kartu namanya kepada Seungyoun.

"Jika ada sesuatu yang mencurigakan disana, hubungi aku. Kuharap kau mau bekerja sama denganku."

■■■

Bangchan meminum sisa terakhir kopi yang ada di cangkirnya.

"Ahhh..." desahnya menikmati kopi itu.

Bangchan meletakkan cangkir itu di meja dengan hati-hati. Kemudian dia menatap Seungwoo dan Lino secara bersamaan.

"Apa kalian sudah berubah?" Tanya Bangchan.

Seungwoo menatap Bangchan tanpa takut, sedangkan Lino hanya menatap Bangchan dingin.

"Seperti yang kau lihat, Boss Bang. Kita tidak bertindak apapun." Jawab Seungwoo.

Bangchan tersenyum mendengar jawaban Seungwoo.

"Ha Ha Ha..."

"Haruskah aku tertawa Ha Ha Ha?"

Bangchan menatap Seungwoo dengan senyuman yang bisa dikatakan fake smile.

"Aku berusaha menghapus dosa-dosa di masa laluku." Kata Seungwoo santai.

"Kau tidak akan pernah bisa menghapus dosa-dosamu..." ucap Bangchan dengan tertawa.

"Pembalasan setelah kau mati itu masih berlaku." Tegas Bangchan senyuman menyeringai.

Seungwoo mengepalkan tangannya dan itu bisa dilihat oleh Bangchan.

"Diam bukan berati kau sudah berubah." Bangchan menatap serius Seungwoo dan Lino.

"Aku tidak tahu apa yang ada dipikiranmu. Tapi aku tahu, kau masih sama." Ujar Bangchan.

Bangchan berdiri dan mendekati keduanya. Kini ia dibelakang Seungwoo dan Lino. Kemudian dia memegang sisi pundak keduanya secara bersamaan.

"Sadarlah..."

■■■

Terjebak di Coffee Bang • Cho Seungyoun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang