23✓Poor Alan²

606 31 7
                                    

⚠️WARNING⚠️
CERITA INI MENGANDUNG UNSUR DEWASA HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN!!
.
.
.

  Alan menjauh, ia duduk sedikit agak jauh. Alan merasa lemas, marah, kecewa dan sedih.
Evelyn terisak, ia memakai kembali syalnya dengan benar.

"Maaf.." lirih Evelyn, kemudian ia berdiri dan berjalan pergi keluar kamar.
Alan berdiri dan menarik bahu Evelyn, ia langsung memeluk Evelyn erat.

Evelyn tidak kuasa menahan air mata, tidak bisa dipungkiri meskipun cinta sudah hilang tapi rasa sayang masih tetap besar.

Alan menangis!

"Aku tidak peduli dengan apapun yang terjadi! Kau tetap Evelynku, tetap kekasihku!" Tegas Alan.

Evelyn menggeleng, sembari terisak ia berkata "Tidak, Alan. Aku bukan lagi Evelynmu, bukan lagi kekasihmu."

Alan melerai pelukan mereka, ia menangkup kedua sisi wajah Evelyn, menatap Evelyn dengan mata berairnya. "Aku yakin yang terjadi itu hanyalah sebuah kesalahan, aku percaya bahwa kau tidak melakukan apapun yang melewati batasan. Atau jika memang benar terjadi, aku yakin kau tidak dengan sengaja melakukannya. Aku percaya penuh padamu. Kau hanya dipaksa, aku yakin!"

Evelyn memejamkan matanya, ia menggeleng pelan. "Andai saja ucapanmu benar, sudah pasti aku akan segera berlari meminta perlindungan darimu.. Tapi maaf. Maafkan aku, Alan.." Evelyn membuka kembali matanya, ia menatap Alan yang juga menatapnya.
"Aku tidak terpaksa." Evelyn menundukkan kepalanya membuat tangan Alan terlepas dari kedua sisi wajahnya.

"Aku melakukannya dengan senang hati, itu sebabnya aku mendesak untuk mengakhiri hubungan ini.. Maaf, tapi aku sudah mencintai pria lain." Evelyn mengangkat kepala lalu memalingkan wajah, "Aku sudah mengkhianatimu. Itu fakta yang harus kau jadikan alasan untuk meninggalkanku." Evelyn berbalik dan berjalan pergi keluar kamar.

Alan terdiam mematung, ia menggeleng keras lalu mengejar langkah Evelyn. Alan menendang pintu yang sudah Evelyn buka hingga menimbulkan suara keras,
Evelyn sampai menutup kedua kupingnya dengan telapak tangan.

Alan menarik Evelyn dan mendorong Evelyn untuk bersandar di pintu. "Aargh!!" Alan meninju tembok tepat di samping wajah Evelyn.

Alan membelakangi Evelyn, ia menendang benda-benda disekitarnya hingga berantakan.
Evelyn perlahan terduduk dilantai dengan wajah menunduk bersandar pada lutut.
Pada saat seperti ini, bayangan Arthur justru terus menghantuinya.

Sentuhan lembut Arthur.. Setiap kecupan mesra Arthur.. Aroma tubuh Arthur..

"KAU DIPAKSA!" pekik Alan membentak Evelyn, Alan menarik rambutnya kasar, ia berjalan mendekati Evelyn "KATAKAN PADAKU SIAPA PRIA ITU?!" Bentaknya,

Evelyn menggeleng.

Alan mencengkeram bahu Evelyn, kini Evelyn menatap mata Alan yang merah dengan air mata menggenang disana.
"Katakan padaku siapa pria itu?!" Desis Alan lagi,

Evelyn hanya dapat menangis dan menggeleng.

Alan semakin mencengkram bahu Evelyn kencang, "BUKANKAH AKU SUDAH MEMINTAMU UNTUK BERHENTI BEKERJA DI TEMPAT KOTOR?! KAU PASTI BEKERJA DITEMPAT SEPERTI ITU LAGI 'KAN?!"

Evelyn sampai tersentak saat lagi-lagi Alan membentaknya.

Alan melepaskan cengkeramannya, ia menyisir rambutnya dari depan kebelakang dengan jari-jari tangannya dengan kasar. "Pekerjaanmu di kedai memang tidak memberimu banyak uang, tapi setidaknya kau lebih aman disana! Setelah dipecat dari tempat kotor itu, seharusnya kau senang. Bukan malah kembali mencari dan bekerja lagi di tempat seperti itu!" Kini intonasinya sedikit rendah,

ALLA VOLTA | COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang