"Ayo.." Arthur sudah siap, sementara Evelyn masih duduk didepan meja rias.
"Hey, ayo cepat." Arthur yang sudah berdiri diambang pintu, kembali melangkah masuk untuk menghampiri istrinya yang tampak enggan untuk beranjak. "Bukankah semalam kau yang memaksaku? Kau tampak begitu yakin. Ada apa dengan pagi ini?" Arthur membuat Evelyn berdiri, "Kau sudah cantik, jangan tatapin dirimu terlalu lama.. Aku tahu kau hanya alasan!"
Evelyn berdecak sebal mendengar itu, "Alasan apanya?! Ck, iya-iya!" Evelyn berjalan mendahului Arthur.
Arthur menggeleng pelan, lalu menyusul Evelyn.
Selama di mobil Evelyn hanya diam, ia memainkan jari-jarinya sendiri. Itu pertanda bahwa ia sedang gelisah.
Sebelah tangana Arthur yang bebas terulur untuk menggenggam tangan Evelyn.
Evelyn menoleh, "Aku merasa gelisah." Ujarnya,"Aku bisa lihat." Sahut Arthur.
Evelyn memalingkan wajah, menatap keluar jendela. "Aku tidak tahu kenapa aku gelisah seperti ini."
Arthur menarik kembali tangannya dan fokus menyetir.
Setelah 30 menit perjalanan, Tuan dan Nyonya Braxton itu akhirnya sampai di tempat tujuan.
Gedung yang tidak terlalu tinggi itu tempat dimana Evelyn membuat janji dengan Psikiater. Evelyn memang sudah berencana untuk membuat janji dengan Psikiater sejak saat ia tahu bahwa salah satu cara untuk menyembuhkan Arthur adalah terapi psikologis, ia sengaja menyimpan nomor kontak Psikiater di tab nya. Maka dari itu, semalam saat Arthur mengatakan bahwa ia bersedia, Evelyn segera membuat janji dengan Psikiater saat itu juga.
Evelyn dan Arthur sudah keluar dari lift.
"Dimana ruangannya?" Tanya Arthur,
Evelyn tampak tidak fokus, ia hanya diam dan terus berjalan.
Arthur menoleh, menatap istrinya yang tampak melamun.
"Hey.." Ia menyentuh bahu Evelyn, langkah mereka terhenti. "Jika kau ragu, maka kita tidak perlu melanjutkannya."
Evelyn menunduk sesaat kemudian kembali menatap Arthur dengan senyumnya, "Aku tidak apa-apa."
Arthur menatap Evelyn lama, ia mengelus sisi wajah Evelyn, lalu berkata, "Berhasil atau tidak aku akan tetap menjadi diriku, tetap menjadi suamimu."
Evelyn memalingkan wajah, matanya berkaca-kaca.
"Hey.." Arthur membuat Evelyn kembali menatapnya dengan menyentuh dagu wanita itu. "Kau tidak akan kehilangan aku. Aku hanya menakutimu dengan mengatakan bahwa aku akan mencari gadis dalam ingatanku, gadis masa laluku.." Arthur menghapus air mata Evelyn dengan ibu jarinya, "Aku tidak akan melakukan itu."
Evelyn memeluk Arthur, "Maaf.. Aku yang memaksamu, aku yang mencoba meyakinkanmu. Tapi ternyata aku sendiri yang merasa takut, aku sendiri yang merasa ragu."
Arthur memeluk balik Evelyn, "Berhasil atau tidaknya terapi ini, aku tidak peduli. Yang terpenting untukku adalah kau merasa lega."
Sial! Ucapan manis Arthur malah membuat air mata Evelyn semakin meleleh.
Beberapa orang yang berlalu lalang menatap Evelyn dan Arthur dengan tatapan yang berbeda-beda, ada juga yang tidak peduli dan terus melanjutkan langkahnya.
Arthur melerai pelukan mereka, "Sekarang bagaimana?" Tanya Arthur,
"Lanjutkan saja.. Maaf, aku jadi sangat emosional." Evelyn tertawa, menertawakan dirinya.
Arthur menggenggam tangan Evelyn, mereka berjalan beriringan menuju ruangan Psikiater yang sudah membuat janji dengan Evelyn.
"Ini ruangannya." Ucap Evelyn,
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLA VOLTA | COMPLETE
ChickLit⚠️WARNING⚠️ HANYA UNTUK USIA 18+ (MENGANDUNG UNSUR DEWASA DAN DETAIL KEKERASAN) . . . "Kau sudah masuk, tidak ada jalan untuk keluar. Kecuali pilihan untuk tinggal!" -Arthur Braxton "Kami sudah melangkah bersama untuk pergi meninggalkan ketakutan ya...