Flashback on
"Sekarang kau bisa mencium pengantin wanitamu."
Perlahan Alan menangkup kedua sisi wajah Elara, kemudian ia mendekatkan wajahnya pada Elara dan mencium wanita itu tepat dibibir.
Elara menutup matanya. Ia bahagia.
Setelah pengucapan janji suci itu kini Alan dan Elara menuju ke tempat yang sudah mereka sewa.
Sepanjang perjalanan Elara menyandarkan kepalanya pada Alan, sementara Alan hanya diam menatap keluar jendela.
Sopir yang adalah anak buah Elara sesekali melirik kaca spion dalam.
Ia bisa menyimpulkan hanya Elara yang bahagia disini.
"Alan.." panggil Elara pada pria yang kini sudah sah menjadi suaminya itu.
Alan tidak merespon bahkan meskipun hanya gumaman.
"Bisakah kau memelukku?" Tanya Elara,
Alan diam saja.
Elara merubah duduknya menjadi tegak. Ia menyentuh dagu Alan, membuat pria itu kini menatapnya.
Tanpa kata Alan mengulurkan tangan kirinya kepundak Elara, membawa istrinya itu masuk kedalam pelukannya. Kemudian ia kembali memalingkan wajah dengan menatap keluar jendela.
Elara tetap tersenyum meskipun ia mengetahui bahwa hanya dirinya yang bahagia atas pernikahan mereka.
'Aku sudah tiada sejak kepergianmu, Eve.. Aku tidak bisa merasakan apapun lagi kecuali kekosongan yang semakin menguasai diriku.' batin Alan.
Flashback off
.
.
.
yup! Alan dan Elara sebenarnya sudah menikah tanpa diketahui siapapun.Kok bisa?
Bisa! Elara berjanji akan membantu Alan merebut Evelyn dari Arthur dengan syarat.
Syarat?
Yup! Alan harus menikahi Elara. Maka dengan begitu Alan memiliki kendali penuh atas anak buah Elara.
Paham?
Kalo nanti Evelyn berhasil Alan rebut dari Arthur, terus Elara gimana?
Tetap jadi istri Alan, lebih tepatnya istri gelap? (Terangin dong wkwk)
Tentu itu akan terjadi kalo Alan berhasil merebut Evelyn. But, sejauh ini you know lah apakah rencana itu berhasil atau tidak. Yakan?
.
.
."Sudah kau pastikan keaslian dari berita itu?" Tanya Arthur pada seseorang diseberang telepon sana,
"Sudah, Tuan. Bahkan sekarang aku sedang dalam perjalanan untuk memastikannya sendiri."
"Baiklah, Emilio.. Segeralah selesaikan semua kekacauan. Hubungi aku lagi setelah kau sampai."
"Baik, Tuan."
Panggilan dimatikan.
Arthur terdiam sejenak dengan ponsel yang masih menempel pada telinganya. Tatapannya lurus pada Evelyn dan Adler yang sedang bermain ditaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLA VOLTA | COMPLETE
ChickLit⚠️WARNING⚠️ HANYA UNTUK USIA 18+ (MENGANDUNG UNSUR DEWASA DAN DETAIL KEKERASAN) . . . "Kau sudah masuk, tidak ada jalan untuk keluar. Kecuali pilihan untuk tinggal!" -Arthur Braxton "Kami sudah melangkah bersama untuk pergi meninggalkan ketakutan ya...