"Ini sudah jelas. Bocah itu mencoba bermain-main denganku!" Ucap Arthur,
"Apa kasus ini harus ditangani lebih lanjut?" Tanya Emilio, Arthur menggeleng kecil, "Kita hanya perlu lebih waspada. Tapi sekali saja dia berdiri di hadapanku sebagai musuh, maka aku tidak akan melepaskannya. Terlalu banyak orang-orang tidak bersalah yang dia habisi di rumahku."
Emilio mengangguk patuh.
"10 menit lagi kita akan mendarat, Tuan." Informasi dari pilot.
Ya, Arthur dan Emilio saat ini sedang berada didalam helikopter menuju suatu tempat.
.
.Paris, France
"Baiklah, Mommy menyerah. Sekarang keluarlah." Evelyn tersenyum saat Adler keluar dari persembunyiannya.
Adler tertawa saat Evelyn mencubit pelan pipinya.
"Daddy!"
Senyuman Evelyn menyurut, "Daddy akan datang, tapi tidak hari ini." Evelyn mencoba memberi pengertian pada putranya itu.
Adler tersenyum semakin lebar, ia mendorong Evelyn agar berputar.
Disana. Diambang pintu sana ada sosok yang Evelyn pikir tidak akan pernah ia temui lagi.
"Arthur." Evelyn tersenyum. Adler berlari menghampiri Arthur saat Arthur berjongkok dan membuka lebar kedua tangannya.
"Daddy!" Adler memeluk Arthur erat, mereka seperti Ayah dan anak kandung.
"Ada banyak makanan dan mainan untukmu. Pergi dan cari Paman Emilio. Semua ada padanya." Bisik Arthur pada Adler.
Adler pun berlari keluar rumah, Evelyn hendak mengejar Adler tapi baru tiga langkah ia sudah berhenti karena Arthur menjulurkan tangannya kesamping menghalangi jalan Evelyn.Arthur berjalan beberapa langkah menghampiri Evelyn. "Bagaimana kabarmu?" Tanya Evelyn.
.
Arthur menikmati masakan Evelyn, senyum Evelyn tidak surut sejak tadi.
Setelah selesai makan Arthur menahan Evelyn yang akan membereskan meja makan.
"Bisakah kita bicarakan semuanya?" Ujar Arthur,
"Apakah aku sudah terlambat?" Jelas terselip nada cemas pada suara Arthur.Evelyn tersenyum dan menyentuh tangan Arthur yang menggenggam tangannya. "Jangan di sini."
Arthur berdiri, ia dan Evelyn pergi ke kamar Evelyn.
Setelah sampai di sana..
Mereka duduk di sofa panjang, saling berhadapan, saling menatap dengan tangan Arthur yang menggenggam tangan Evelyn erat.
Sudah satu menit berlalu.
Evelyn memalingkan wajah.
Arthur memeluk Evelyn. Menghirup dalam-dalam aroma celuk leher Evelyn yang ia rindukan. "Aku merindukanmu." Bisik Arthur.
Evelyn menenggelamkan wajahnya di bahu Arthur.
"Ini belum 24 jam kau jauh dariku, tapi rasanya sangat menyakitkan. Aku merasa aku satu-satunya manusia di bumi."
Evelyn melerai pelukan mereka, ia menatap Arthur dengan tawa. "Lalu Emilio?"
Arthur menatap Evelyn tanpa ekspresi. "Aku serius."
Evelyn tersenyum, ia mengelus rahang Arthur. "Aku pikir kau tidak akan pernah datang."
"Tapi sekarang aku disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLA VOLTA | COMPLETE
ChickLit⚠️WARNING⚠️ HANYA UNTUK USIA 18+ (MENGANDUNG UNSUR DEWASA DAN DETAIL KEKERASAN) . . . "Kau sudah masuk, tidak ada jalan untuk keluar. Kecuali pilihan untuk tinggal!" -Arthur Braxton "Kami sudah melangkah bersama untuk pergi meninggalkan ketakutan ya...