Evelyn terbangun dengan kondisi kedua tangannya di borgol pada setiap sisi tempat tidur.
Ia menyadari bahwa ini bukanlah kamarnya.Evelyn teringat dengan Adler, ia melihat keseluruh penjuru kamar, tapi disana tidak ada Adler.
"Dimana aku?" Lirihnya seraya menarik-narik tangannya yang terborgol.
"Hey, siapapun! Tolong lepaskan aku!!" Teriaknya, berharap ada siapapun yang mendengarnya dari luar. Ia terus berusaha dengan menarik-narik tangannya, tapi bukannya terlepas itu justru menimbulkan lecet di pergelangan tangannya.
Tak lama pintu terbuka dan masuklah seseorang yang diara Evelyn familiar.
"Hello.." ia tersenyum dengan manisnya kemudian duduk di dekat kaki Evelyn.
"Elara?"
Seseorang yang adalah Elara itu tidak mengurutkan senyumnya. "Bagaimana tidurmu? Ah tampaknya kau tidur dengan nyenyak."
"Ada apa ini? Kenapa kau memborgolku?!"
Masih dengan senyumannya Elara menjawab, "Ada apa? Emm, ada apa..." Elara menampilkan ekspresi wajah seolah berpikir, "Ah tiba-tiba saja aku lupa. Maaf." Dengan entengnya!
Evelyn menatap Elara kesal, ia pun menendang Elara yang duduk tepat didekat kakinya.
Elara menggeram kesal saat kaki indah Evelyn menendang perutnya.Elara beranjak dari duduknya, ia menghampiri Evelyn dan mencekiknya. "Dengar! Aku ini kejam dan tidak berperasaan! Bahkan mungkin lebih buruk dari itu!" Elara semakin mengeratkan cekikannya hingga Evelyn benar-benar sulit bernapas.
"Akan lebih baik jika kau diam! Setelah ini kau akan berterimakasih padaku. Ya, memang harusnya begitu!" Elara pun melepaskan cekikannya dan berdiri tegak, Evelyn terbatuk.
"Aku sangat luar biasa. Kau harus tahu itu. Bahkan aku jamin kau tidak akan mampu melakukan apa yang aku lakukan." Elara tersenyum miring, "Dan kau harus tahu. Bukan aku yang memborgolmu." Setelah menyelesaikan kalimatnya, Elara pun pergi tanpa menutup pintu.
Evelyn masih terengah, rasa sakit dari cekikan Elara masih terasa dilehernya.
Evelyn tidak mengerti. Ada banyak pertanyaan dalam benaknya.
Sebenarnya dimana ini? Ada apa dengan Elara? Mengapa Elara menyekapnya? Apa maksud dari ucapan Elara? Dan yang terpenting adalah, dimana Adler?
Evelyn menarik-narik tangannya lagi, "Arrgh!!! Lepaskan aku!" Evelyn khawatir terjadi sesuatu pada Adler.
Ia terus menarik-narik tangannya hingga berdarah cukup banyak akibat gesekan borgol, air mata menggenang. Ia takut terjadi hal buruk pada Arthur juga. "Kumohon lepaskan aku!" Pekiknya lagi, "Arthur.." Lirihnya.
"Hai, Evelyn."
Evelyn menatap ke arah sumber suara. "Alan.."
Alan tersenyum tipis, ia masuk dan duduk di pinggiran tempat tidur. "Hai.." Alan mengelus sisi kepala Evelyn, tatapannya beralih pada tangan Evelyn yang berdarah.
"Mengapa kau menyakiti dirimu?" Alan tampak sedih, "Aku akan segera kembali." Ia keluar dan tak lama kembali dengan kotak P3K yang ia bawa.
Saat akan melepaskan borgol tiba-tiba saja gerakan Alan terhenti.
Ia menatap Evelyn yang juga sedang menatapnya.
Bukannya segera melepaskan borgol tersebut, Alan malah duduk dipinggiran tempat tidur membuat Evelyn terheran."Akan aku lepaskan borgol ini tapi sebelum itu aku ingin kau berjanji sesuatu." Ucap Alan,
"Kau tahu betul bahwa aku tidak pernah menjanjikan apapun yang belum aku ketahui apakah aku bisa menepatinya atau tidak." Jelas Evelyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLA VOLTA | COMPLETE
ChickLit⚠️WARNING⚠️ HANYA UNTUK USIA 18+ (MENGANDUNG UNSUR DEWASA DAN DETAIL KEKERASAN) . . . "Kau sudah masuk, tidak ada jalan untuk keluar. Kecuali pilihan untuk tinggal!" -Arthur Braxton "Kami sudah melangkah bersama untuk pergi meninggalkan ketakutan ya...