Prolog

74.2K 4.5K 602
                                    

Vanilla Arneysa Putri Bharmantyo melihat pantulan tubuhnya di cermin fullbody yang berada persis di hadapannya saat ini. Gaun pengatin berwarna putih terlihat begitu anggun melekat di tubuhnya yang semampai. Berulang kali ia menghela napas, mencoba meyakinkan diri agar tidak terlalu tegang. Hari ini adalah hari bahagianya, hari yang selalu Vanilla nanti-nanti sepanjang hidupnya.

"Vanilla!!!" teriakan menggelegar itu memenuhi ruangan. Vanilla menoleh dan mendapati sahabatnya, Raquella sedang berjalan memasuki ruangan tersebut dan langsung menyambutnya dengan pelukan hangat. "Astaga, lo persis deh kayak anak smp mau nikah," ujar Raquel dengan matanya yang berkaca-kaca.

Vanilla tertawa, "baby face ya gue?" ucapnya menggoda Raquella di balas putaran bola mata oleh wanita yang sudah memiliki dua anak itu. "Leon mana?" tanya Vanilla ketika menyadari bahwa Raquella sendirian, tanpa suaminya, Leon, yang juga sahabat Vanilla ketika masih sekolah.

"Biasalah, sama lelaki yang lain, reunian."

Vanilla mengangguk kan kepala dan Raquell tak henti-hentinya berdecak menganggumi kecantikan Vanilla. Bertahun-tahun Raquell tidak bertemu dengan sahabatnya itu, dan akhirnya sekarang ia bertemu Vanilla dengan versi bahagia. Bukan lagi Vanilla yang di hantui bayang-bayang ketakutan akibat masa lalu buruk yang pernah di laluinya.

Jika di ingat, semua seperti drama memuakkan yang membuat Vanilla harus mencari kembali jati dirinya. Kepingan-kepingan masa lalu yang tidak bisa ia ingat membuat Vanilla hampir saja putus asa dan membiarkan dirinya menjadi orang lain, Vennelica. Namun lambat laun, dan karena bantuan dari sahabat-sahabatnya, sedikit demi sedikit ingatan itu kembali muncul dan Vanilla mulai menemukan kembali jadi dirinya.

Kebahagiaan Vanilla komplit ketika Dava, mantan kekasihnya, cinta pertamanya, resmi melamar dan memintanya menjadi pendamping pria itu ketika semua orang yang terlibat membuat skenario palsu untuk menghancurkan perasaannya. Bahkan jika memang itu terjadi, Vanilla tidak akan marah, Vanilla tidak akan kecewa, Vanilla akan mencoba menerimanya dengan ikhlas karena Vanilla tahu itu bukanlah takdir yang di berikan Tuhan untuknya.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Vanilla dan membuatnya menoleh kearah pintu, kearah saudara kembarnya yang terlihat cantik dengan gaun berwarna merah muda, "look at you," ucap Vanessa dengan matanya yang berkaca-kaca, "you're so beautiful."

Vanilla tersenyum, "just like you."

"Of course, we are twin, remember?"

Gelak tawa langsung terdengar. Vanessa kembali memeluk Vanilla sembari mengusap setetes air mata menggunakan ibu jarinya. Adiknya yang dulu pernah dinyatakan meninggal, kini sudah kembali, dan Vanessa berharap semoga apa yang di lakukannya saat ini bisa membalas semua kesalahan yang pernah ia lakukan pada adik kembarnya itu di masa lalu.

"Kalau gitu, gue tunggu di bawah ya," sahut Raquell menguraikan pelukan dua saudara kembar itu. Vanilla mengulas senyum begitupun Vanessa, dengan cepat Raquell pergi meninggalkan ruangan menuju tempat dimana pemberkatan pernikahan Vanilla dan Dava akan di laksanakan.

Vanilla menarik napas dalam-dalam. Ia mencoba untuk menenangkan diri. Detak jatungnya semakin tak beraturan dan keringat dingin mulai terasa di telapak tangannya. Melihat hal itu, Vanessa langsung menggenggam tangan Vanilla, mencoba memberi ketenangan pada Vanilla.

Tak lama kemudian, Fahri, ayah kandung Vanilla, masuk bersama istrinya yang tersenyum haru melihat Vanilla dengan gaun pengantin yang di pakainya.

"Udah siap?" tanya sang Ayah yang di di balas helaan napas serta anggukan kepala.

"This is gonna be the best day of your life, and i hope you can find your happiness with him."

Mata Vanilla berkaca-kaca mendengar bisikan dari bibir Vanessa. Jujur saja, Vanilla tidak pernah membayangkan bahwa hari ini akan datang dalam hidupnya. Hari dimana ia benar-benar merasa bahagia, tanpa perlu memikirkan masa lalunya. Ditambah lagi, orang yang akan menjadi pendamping hidup Vanilla hingga ajal menjemputnya nanti adalah Dava, ketua osis yang memiliki sikap dingin yang dulu pernah Vanilla masukkan dalam daftar hitam kehidupannya.

Sekali lagi Vanilla menghela napas sebelum melangkah kan kakinya keluar dari ruangan menuju altar.

Setelah pintu terbuka, semua mata langsung tertuju kepada Vanilla yang mengeratkan pegangannya pada lengan ayahnya. Jantungnya seperti hendak meledak, dan kakinya lemas seperti tidak bertulang.

Musik penggiring mulai terdengar, dengan perlahan Vanilla melangkah kecil beriringan dengan ayahnya di atas karpet merah panjang yang terhubung hingga di depan altar, tempat di mana Dava menunggunya sekarang. Dava terlihat begitu tampan, dengan stelan jas putih dan bunga yang terselip di sakunya.

Vanilla masih sibuk mencoba menenangkan diri dengan sesekali melirik ke bangku di sisi kanan dan kirinya. Di barisan sebelah kanan Vanilla melihat Vino, Reza dan Elang, ketiga sahabat Dava yang terlihat begitu tenang, sementara di bangku belakangnya ada Raquell dan Leon beserta dua anak mereka. Di sisi kiri ada Emily, Michelle, Jason, Rey dan Cathrine serta keluarga angkatnya yang menyungginhkan senyum bahagia kearah Vanilla.

Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat dan saat ini Vanilla sudah berjarak kurang dari satu meter di hadapan Dava. Detik ini juga, Vanilla dan Dava akan mengucapkan janji setia mereka sebagai pasangan suami istri.

"Vanilla Arneysa Putri Bharmantyo, aku mengambil engkau menjadi istriku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang hingga selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah dan kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."

"Davarianova Pramudya Pamungkas, aku menjadikan engkau suamiku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang hingga selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah dan kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."

Setelah janji setia sebagai sepasang suami istri diucapkan, Dava mulai memasangkan cincin di jari manis Vanilla, begitu pun sebaliknya, lalu sang pendeta meneguhkan dan memberkati kedua mempelai itu sebagai pasangan suami istri di hadapan para saksi yang bertepuk tangan begitu meriah ketika Dava mendaratkan ciumannya kepada Vanilla.

Vanilla menangis, bukan menangis sedih, melainkan bahagia. Vanilla bahagia karena akhirnya ia mendapatkan hidup yang normal, meski sebagian masa lalunya hilang. Tapi, life must go on, apapun yang pernah terjadi di masa lalu, itu hanyalah masa lalu, tidak perlu di bawa menuju masa depan.

Apa yang terjadi hari ini bukanlah akhir dari perjalanan hidupnya. Bukan karena ia sudah menikah dengan pria yang di cintainya dan berakhir bahagia, bukan juga karena masalahnya di masa lalu sudah terselesaikan, melainkan bagaimana semua cerita itu tercipta hingga sekarang. Persis seperti yang di katakan Vino kepada Vanilla tempo lalu, maybe it's not about happy ending, but it's about story.

The story of Vanilla's life.

*****

Siapa nih yang kangen kisahnya Vanilla dan Dava?
Akhirnya aku kembali dan memutuskan untuk membuat trologi iykw series. Kenapa? Karena ada hal yang belum terselesaikan *jiahh*.
Gimana untuk prolognya? Sudah bisa menebak bagaimana alur dari kisah mereka di cerita ini? Aku harap sih enggak, biar kalian nungguin updatan aku terus, haha.

Btw, aku mau ngucapin terima kasih sebanyak-banyaknya untuk kalian semua, para pecinta iykw series. Tanpa kalian, cerita ini tidak akan tercipta, dan tanpa kalian, cerita ini gak akan ada artinya.
Tengkyu and i lop u so much gaessss.

Sabtu, 23 November 2019

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang