Tiga

24.5K 2.5K 218
                                    

Suasana sore hari di musim gugur adalah pemandangan paling menakjubkan untuk di lihat. Sungai seine tampak memukau dengan pemandangan daun yang menguning dan mulai berguguran satu demi satu. Vanilla menatap sungai seine sembari melihat para wisatawan yang berlayar menggunakan kapal mengarui sungai ikonik itu. Langkahnya terhenti persis di jembatan sunga seine. Sejanak, Vanilla merasakan semilir angin yang menerpa wajahnya, sungguh menyejukkan.

Tempat ini adalah tempat pertama kali ia bertemu dengan Ziko, ketika ia baru saja bangun dari koma dan menggunakan nama Vennelica sebagai identitasnya. Sebagian kenangannya di Paris hanyalah kenangan bersama keluarga yang menemukan dan merawatnya hingga satu per satu kebenaran mengenai dirinya terungkap.

"Lo lagi, lo lagi," gumam seseorang mengalihkan pandangan Vanilla dari sungai seine dan mendapati seorang gadis dengan boots hitam serta scarf di lehernya sedang berjalan kearahnya. "Ngapain lo disini, cewek belagu?" ujar Sandra dengan nadanya yang sedikit sensi.

Vanilla tidak menjawab dan malah memilih untuk kembali menatap sungai seine. Pikirannya melayang entah kemana, antara ke kenangannya sebagai Vennelica atau mencoba mengingat kenangannya sebagai Vanilla. Hidup seperti ini membuat Vanilla seperti 'setengah mati' ditambah dengan rentetan mimpi yang selalu menganggu malam tenangnya.

Suara dering ponsel mengalihkan pikiran Vanilla. Dari suaranya, itu bukan dering ponsel milik Vanilla. Sontak, Vanilla pun menoleh kearah kiri, tempat dimana gadis itu berdiri sembari menyesap kopinya. Sandra mengambil benda pipih dari saku cardigannya, menempelkan benda tersebut seraya berjalan melewati Vanilla. "Hallo? Iya, Vin. Aku lagi di jalan, mau ke champ elysees, mau meeting sama klien. Iya, ntar sampai rumah aku liat filenya." Percakapan Sandra yang sempat terdengar di telinga Vanilla.

Hanya mendengar percakapan singkat seperti itu saja membuat Vanilla meringis. Vanilla membayangkan jika dirinya hidup normal seperti yang lain, pasti Vanilla tidak akan terlihat seperti orang yang kehilangan arah.

Karena hari mulai gelap, Vanilla memutuskan untuk pergi. Kembali ke tempat tinggalnya, dan mengurung diri hingga ia bisa mengingat masa lalunya kembali.

*****

Cafe de flore, tempat dimana Vanilla tidak sengaja bertemu dengan Dava beberapa tahun yang lalu. Vanilla ingat bagaimana reaksi Dava dan ketiga temannya yang lain ketika mereka tak sengaja bertabrakan. Jika dulu Vanilla heran, maka sekarang Vanilla tahu jawabannya. Apalagi kalau bukan karena dia adalah gadis yang telah di nyatakan meninggal, namun muncul kembali dengan identitas yang berbeda. Sayangnya, Vanilla hanya ingat pertemuan pertamanya dengan Dava sebagai Vennelica, bukan pertemuannya dengan Dava sebagai Vanilla.

Sembari menunggu pesanannya datang, Vanilla menjelajahi laptopnya, mengecek harga tiket pesawat sebelum ia menentukan kapan akan kembali ke kampung halamannya. Jujur saja, Vanilla rindu, namun tujuan Vanilla kembali bukan untuk melepas rindu. Ia hanya ingin mencari sebagian memorinya yang masih hilang.

Tujuh oktober, tanggal keberangkatan Vanilla. Vanilla sudah membereskan tiketnya, mengecek paspor dan dokumen-dokumen yang lain. Vanilla harap, ia tidak kembali sia-sia. Setidaknya ada satu dua kenangan yang bisa di ingatnya.

Ting!

Sebuah notifikasi email masuk. Vanilla masih menggunakan email lamanya yang bernama Vennelica, jadi masih ada saja beberapa email yang sering masuk, hanya saja Vanilla tidak membalasnya, hanya membaca email-email tersebut lalu mengabaikannya.

Vanilla membuka email yang baru saja masuk dari seseorang yang Vanilla tidak tahu siapa. Pemilik email itu mengirimkan sebuah gambar tanpa memberikan keterangan apa-apa. Di dalam pikirannya, mungkin saja itu seseorang yang mingirimkan foto gore atau hal-hal mengerikan lainnya. Setelah berpikir sekian menit, akhirnya Vanilla memutuskan untuk mendownload foto tersebut dan membukanya.

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang