Tiga Puluh Enam

13.6K 1.7K 127
                                    

Dengan stelan jas dan diiringi oleh langkah sepatu heels yang menggema, Jason jalan dengan begitu angkuh diantara kerumunan orang yang berlalu lalang. Biasanya Jason datang sendiri, tapi sekarang ia bersama dengan sekretaris pribadinya. Jason menyempatkan waktunya yang mepet untuk bertemu dengan seseorang. Ia sangat tak sabar ingin melihat bagaimana keadaan orang itu.

Dari kejauhan, mata Jason melihat dua orang yang beru saja keluar dari lift sembari menyeret kopernya. Otomatis, Jason langsung berdeham dan kembali melanjutkan langkahnya sembari mengendurkan sedikit ikatan dasi yang agak mencekik lehernya.

Dengan senyum disudut bibirnya Jason menyapa, "are you lost baby girl?" ucapnya dengan deep voice yang bila di dengar dengan seksama terasa mirip dengan suara bariton Arsen Gustavo.

Mendengar nada dramatis Jason membuat Dava langsung berdecak, "baby girl, baby girl, she's my baby!" Dava langsung menggandeng Vanilla posesif.

Otomatis Jason langsung memukul tangan Dava dan berdiri diantara Dava dan Vanilla. "Pergi Lo sana!" ujarnya sembari mendorong Dava hingga Dava terhuyung kesamping.

Dava langsung memberikan tatapan tajam nan membunuh kepada Jason, namun yang di tatap hanya menjulurkan lidah dan membawa Vanilla pergi, diikuti sekretaris Jason yang mencoba menahan tawa. Mungkin dalam hati, wanita yang sudah bekerja dengan Jason lebih dari tiga tahun itu berkata bahwa Jason sangat jauh berbeda dengan apa yang sering dilihat banyak orang.

"Kan gue udah bilang, gak usah jemput gue," ujar Vanilla pada Jason yang tak mau melepaskan gandengannya. "Meeting Lo itu lebih penting. Kalau Lo jadi miskin gimana?"

Jason mengibaskan tangannya di udara. "Tenang aja, kakak Lo ini gak akan jatuh miskin hanya karena telat meeting sama klien. Bahkan kalau gue jatuh miskin pun, it's not a big deal. Harta bisa dicari, tapi kalau Lo--- gak akan ada yang bisa gantiin posisi Lo di keluarga besar gue."

Kalimat Jason benar-benar membuat Vanilla terharu. Sebesar itulah kasih sayang yang sudah Jason dan keluarganya berikan untuk Vanilla. Rasanya Vanilla seperti orang yang paling beruntung di dunia. Memiliki keluarga angkat yang sama sekali tidak pernah membuatnya merasa terasingkan. Bahkan, Vanilla lebih nyaman bersama keluarga angkatnya dibanding keluarga kandungnya sendiri.

Dengan mata berkaca-kaca, Vanilla menatap Jason. Sadar akan tatapan Vanilla, Jason langsung menoleh dan mengembangkan senyum tipis seraya mengacak-acak rambut Vanilla.

Melihat kemesraan Jason dan Vanilla, Dava yang mengekor dibelakang hanya bisa mendengus dan memutar bola mata. Andai saja Jason tidak berjasa dalam hubungannya dengan Vanilla, meskipun berstatus sebagai kakak angkat Vanilla, Dava tidak akan membiarkan Jason memegang Vanilla. Jangankan memegang, berdiri dalam radius satu meter saja hukumnya sudah haram.

Sesampainya di depan mobil Jason, Jason menyuruh Vanilla terlebih dahulu masuk bersama dengan sekretarisnya. Sementara Jason menunggu Dava karena ada hal yang hendak ia bicarakan.

"Hari ini gue ada meeting sama calon mertua Lo," ujar Jason ketika Dava baru saja berhenti melangkah persis dihadapannya.

Alis Dava berkerut, "siapa?" tanyanya bingung.

"Bokapnya Soraya," jawab Jason. "Kan calon mertua lo."

Dava langsung memberikan tatapan membunuh pada Jason yang terlihat sedang berusaha menghancurkan mood Dava.

"Lo tahu alasan kenapa Lo dijodohin sama sekretaris Lo itu?" tanya Jason di balas gelengan oleh Dava. Jason menghela napas, "bokapnya Soraya adalah pemegang saham terbesar kedua setelah bokap Lo. Dan enam puluh persen para pemegang saham di perusahaan lo lebih berpihak ke Bokapnya Soraya."

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang