"Menurut hasil rapat bagian pemasaran dan laporan bulanan beberapa bulan belakangan ini, omset penjualan kita naik hingga delapan puluh persen. Setelah perusahaan kita down dan hampir lumpuh selama beberapa bulan, saya bisa mengatakan bahwa perusahaan kita mulai pulih kembali. Berhubung kita akan launching produk baru dalam waktu dekat ini, saya ingin kalian memberi masukan dan cara bagaimana agar omset penjualan dari produk ini terus stabil dan bertahan lama di pasaran. Beberapa produk perusahaan kita kalah bersaing dengan produk perusahaan lain, saya ingin produk kita kali ini bisa membantu perusahaan untuk mempertahankan eksistensi dan kualitas produk perusahaan. Saya tidak ingin hanya bertahan beberapa saat, saya ingin ini bertahan dan terus berkembang luas. Saya tidak ingin kehilangan satu pun pekerja saya karena tidak sanggup metupi kerugian perusahaan."
Dava menatap satu persatu peserta rapat yang terlihat sedang berpikir keras untuk mempertahankan nasib perusahaan tempat mereka bekerja. Dava sudah bekerja keras belakangan ini, ia tidak ingin membuat kesalahan yang bisa menghilangkan hak kepemilikan perusahaan yang sekarang ada di tangannya.
Seperti kata Dava tempo lalu, Dava harus membuktikan bahwa ia adalah pemimpin yang bijak, yang tidak hanya memikirkan keuntungan perusahaan, tapi juga nasib karyawan dan masa depan diri.
"Pak, bagaimana jika kita meninjau kembali mutu produk, agar produk kita tidak kalah saing dengan produk perusahaan lain. Selain itu kita juga bisa meriset harga jual di pasaran. Jika kita bisa meningkatkan kualitas produk dan memberikan harga yang affordable untuk masyarakat, saya yakin masyarakat akan tertarik dengan produk kita."
"Mengubah target pemasaran juga bisa jadi satu solusi untuk meningkatkan omset perusahaan kita, Pak. Jika produk yang awalnya kita targetkan hanya untuk masyarakat dengan penghasilan di atas rata-rata, saya pikir jika harganya lebih terjangkau, dengan kualitas yang bagus, tidak hanya kalangan atas saja yang tertarik, bisa jadi masyarakat dari berbagai kalangan tertarik untuk ikut membeli."
"Sosial media juga sedang digandrungi banyak orang saat ini. Kita bisa mengandalkan sosial media untuk mempromosi kan produk kita, Pak. Contoh seperti memberikan sampel produk pada selebriti yang nantinya akan mereka review di akun media sosial mereka. Bisa juga berkolaborasi dengan toko-toko online sebagai media patner kita."
Satu persatu karyawan mulai memberikan masukan yang segera di tampung oleh Dava. Sekecil apapun masukan yang di berikan oleh karyawannya, itu sangat berarti untuk kelangsungan perusahaannya.
"Kalau begitu saya akan membentuk tim yang akan melakukan peninjauan mutu produk dan riset pasar. Saya harap kalian siap untuk bekerja keras selama beberapa waktu ke depan. Terima kasih, selamat siang."
Dava menutup agenda rapatnya hari ini dan segera kembali ke ruangannya. Mengurus sebuah perusahaan memang tidaklah mudah, tidak seperti mengurus hewan peliharaan. Salah mengambil tindakan, harga saham adalah taruhannya. Tak terbayang bagaimana perjuangan kedua orangtuanya untuk membangun perusahaan hingga sebesar sekarang. Karena itu Dava tidak bisa membiarkan perusahaannya jatuh ke tangan orang lain.
"Dava!"
Teriakan itu membuat Dava menghela napas, melepas kancing jas serta melonggarkan dasinya. "Apalagi?" balas Dava setengah terpaksa.
"Kamu gak bisa bersikap kayak gini ke aku!apa yang terjadi kemarin itu gak seperti yang kamu lihat." Soraya masih bersikeras memaksa Dava untuk percaya padanya. "Dia yang mulai duluan Dav, bukan aku! Dia gila, Dava. Kita bisa lihat di CCTV."
Dava kembali menghembus, "CCTV mati," jawab Dava mencoba fokus dengan laptopnya.
"See? Gak mungkin kan CCTV tiba-tiba mati tepat diwaktu Vanilla nyerang aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Know When [TELAH DITERBITKAN]
Teen FictionTrilogi IYKW Series Sekian lama menghilang, akhirnya Vanilla kembali dengan harapan baru untuk akhir kisah perjalanannya. ••• Vanilla tidak pernah menyangka, dirinya yang sengaja menghilang karena tidak bisa menerima masa lalu, harus kembali berurus...