Enam Belas

18.7K 2K 165
                                    

Setelah insiden dimana Sandra melihat Vanilla mengamuk seperti orang kesetanan, Sandra memutuskan untuk pindah ke kamar Vanilla. Selain untuk menghemat biaya, juga untuk memastikan Vanilla tidak meminum obat penenang secara terus menerus.

Selama tiga Bulan Sandra tinggal bersama Vanilla, Sandra sering mendengar Vanilla mengigau, berjalan sambil tidur, bahkan terlihat seperti bukan Vanilla. Sandra mencoba mencari dokumen-dokumen yang terkait dengan penyakit mental Vanilla, tapi Sandra tidak menemukan apa-apa. Ruang kerja Vanilla di kunci dan tidak tahu kunci tersebut di simpan Vanilla di mana.

Setelah bekerja lembur demi menyelesaikan rancangan baru yang berkolaborasi dengan brand ternama dunia, Vanilla dan Sandra akhirnya bisa bernapas lega. Acara launching pun sukses dan langsung sold out di beberapa negara ketika mulai di pasarkan. Tentu saja hal tersebut membuat nama Sandra dan Vanilla langsung melejit di antara senior-seniornya. Sukses berkolaborasi dengan brand ternama, sukses dalam pagelaran Fashion week, dan sukses menjadi tranding di beberapa majalah fashion, tentu adalah suatu pencapaian yang luar biasa.

Sandra akhirnya meminta cuti selama dua minggu karena ia akan kembali ke Indonesia. Sebenarnya Sandra sudah mengajak Vanilla ikut, namun Vanilla memilih untuk tetap tinggal. Vanilla akan kembali ke Paris, lalu pergi ke Jerman untuk menghabiskan masa cutinya. Namun sebelum pergi dengan tujuan masing-masing, mereka memutuskan untuk mengunjungi beberapa tempat di Milan. Selama satu tahun tinggal di Milan, baik Vanilla maupun Sandra sama sekali belum pernah mengunjungi tempat wisata di kota ini.

Trem yang di tumpangi Vanilla bersama pun Sandra berhenti persis di depan sebuah gedung bernama Santa Maria Delle Grazie yang tak lain tak bukan adalah sebuah gereja. Mereka mengunjungi tempat tersebut bukan untuk beribadah, hanya untuk melihat lukisan legendaris yang tersimpan di dalamnya.

"Welcome to the fashion Capitol, of the world." Ujar Sandra seperti seorang tour guide membuat Vanilla tertawa dan langsung menyeret wanita itu menuju gereja.

Setelah cukup lama mengantri karena banyaknya pengunjung, mereka pun berhasil masuk. Betapa takjubnya ketika melihat arsitektur indah dan elok yang menghiasi dinding dan atap bangunan tersebut. Langit-langit lengkung di tengah gereja bergaya gotik, dan kapelnya merupakan tempat lukisan dinding karya Gaudenzio Ferrari.

"Perjamuan terakhir, the last supper," ucap Vanilla takjub dengan lukisan berukuran besar yang terpampang di hadapan Vanilla.

"Oh, jadi ini karya legendarisnya Leornardo DiCaprio? Wow," gumam Sandra.

Vanilla menaikan sebelah alisnya lalu tertawa, "Oh jadi Leonardo da Vinci udah ganti nama jadi Leonardo DiCaprio ya? Kapan potong kambingnya?"

"Ya itulah pokoknya," jawab Sandra. "Boro-boro tau Leonardo da Vinci siapa, Soekarno sama Soeharto aja gue sering ketukar."

Tawa Vanilla langsung meledak begitu saja hingga membuatnya harus meminta maaf kepada orang-orang yang menatapnya. "Gak guna banget lo sekolah dua belas tahun tapi buta sejarah," cibir Vanilla.

"Yang penting gue gak buta karena cintanya Vino," bisik Sandra mengerling membuat Vanilla bergidik ngeri dan langsung meninggalkan Sandra.

Sebenarnya Vanilla ingin hadir dalam pertunangan Sandra dan kekasihnya nanti, namun entah mengapa Vanilla belum merasa siap untuk kembali lagi ke kampung halamannya. Indonesia membuat Vanilla kembali mengingat Dava, dan kembali mengingat setiap kata yang di ucapkan Dava waktu mereka bertemu di bandara.

Vanilla menghela napas. Padahal sudah setahun yang lalu, namun Vanilla masih juga belum lupa. Belakangan ini Vanilla lebih sering bekerja, mencoba mengalihkan pikirannya agar tidak terus menerus mencoba mengingat masa lalunya. Vanilla mulai berusaha untuk menerima dan membiarkan jika ia memang tidak bisa mengembalikan ingatannya. Bagaimana pun juga hidupnya akan terus berlanjut, dengan masa lalu ataupun tanpa masa lalunya.

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang