Dua Puluh Tiga

17.5K 2.1K 251
                                    

"Astaga dragon! Kaget eiyke."

Kalimat pertama yang keluar dari mulut Elang ketika ia membuka pintu bagasi mobilnya dan mendapati Jason tertidur dengan posisi meringkuk di dalam sana. Segera Elang membangunkan Jason dengan cara menarik kaki pria itu hingga jatuh terduduk dan meringis kesakitan.

Mendapat tatapan tajam dari Jason, Elang hanya menjulurkan lidahnya lalu menurunkan barang-barang yang berada di dalam mobilnya. Hari ini Elang memutuskan untuk tinggal sementara waktu bersama Vino. Itu karena Elang tidak memperpanjang kontrak apartemennya dan rumahnya sudah di jual karena sejak sebulan yang lalu kedua orangtuanya memutuskan untuk kembali ke Palembang.

"Bantuin kek," ketus Elang ketika melihat Jason yang berjalan mengabaikannya seolah tidak melihat bahwa Elang sedang kesusahan membawa barang-barangnya.

Vino yang baru turun pun langsung melirik Jason yang kini menunggu di depan lift. Dahinya berkerut melihat tingkah Jason yang belakangan ini seperti orang gila. Padahal yang Vino tau, Jason sangat menjaga image dan reputasinya. Bahkan Jason tidak segila sekarang ketika mendengar Vanilla meninggal beberapa tahun lalu.

"Lo ngapain sih ikutin Elang Mulu?" tanya Vino risih sendiri.

Sejak mendapati teman-temannya menggila, Jason memutuskan untuk numpang tidur dan makan di apartemen Elang. Berhubung sekarang Elang tidak memiliki tempat tinggal, maka Jason akan ikut menumpang di apartemen Vino. Betapa enaknya hidup Jason, tidur dan makan gratis seperti tidak memiliki beban hidup.

"Koper gue jangan sampai lecet," perintah Jason pada Elang yang menggeret kopernya.

Mendengar perintah menyebalkan itu, Elang langsung menjatuhkan koper Jason dan menendangnya, lalu berlari masuk ke dalam apartemen Vino. Jason mengangkat tangannya, siap mendaratkan tinjuan pada Elang yang sudah terlebih dahulu kabur.

"Kalau sampai apartemen gue berantakan kayak waktu itu, gue usir Lo berdua!" ancam Vino meletakkan barang-barang yang ia bawa dan mengambil kunci mobilnya di atas meja.

"Mau kemana?" tanya Jason yang menghentikan langkah kaki Vino persis di depan pintu.

Vino menoleh, "ikut gue. Ada yang mau gue omongin sama Lo," ujarnya tanpa ekspresi membuat Jason mengerutkan dahi sementara Elang memandang Vino dan Jason bergantian.

Tanpa menunggu lama, Jason menyusul Vino dan mereka meninggalkan Elang yang kebingungan. Elang pun memutuskan untuk tidur, lagi pula urusan Jason dan Vino bukanlah urusannya.

Setibanya di sebuah cafe dekat apartemen Vino, mereka langsung duduk dan memesan dua gelas kopi. Tak lama Jason mengeluarkan beberapa undangan dan meletakkan di atas meja, "Vanessa dan Antonio," ujarnya memberitahu.

"Sepupu Lo?" tanya Vino dengan nada setengah terkejut.

Jason hanya menganggukkan kepalanya. Tidak ada yang menyangka bahwa Vanessa akan menikah dengan sepupu Jason yang bernama Antonio. Selama ini hubungan mereka memang di rahasiakan, bahkan ketika bertunangan pun, hanya keluarga terdekat saja yang di undangan.

"Vanessa berharap Vanilla hadir di acara pernikahannya nanti, tapi sampai sekarang gue belum tau dimana dia. Bahkan Antonio pun kesulitan cari Vanilla."

Vino menarik napas dalam-dalam, "sebenarnya ada sesuatu yang gue curigai," ujarnya kembali membuat Jason mengerutkan dahinya. "Selama ini Vanilla tinggal di Paris, dan dia lulus dari ESMOD dan setelah itu pindah kan?" tanya nya di balas anggukan oleh Jason.

"Lo bilang kalau Lo ketemu sama orang yang perawakannya mirip sama Vanilla, tapi orang itu keburu kabur setelah Sandra datang?" untuk kedua kalinya Jason mengangguk. "Dan beberapa waktu lalu, gue dengar dengan jelas, Sandra teriak ke temen sekamarnya, dan nama yang gue dengar itu, Vanilla."

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang