33. Kesaksian Jaehyun

1.1K 226 6
                                    

  Sesuai perkiraan Jaehyun, dirinya diminta kesaksiannya di kantor polisi bersama ayahnya. Tak hanya itu, Taeyong sebagai tetangga juga dimintai kesaksian.

  Jaehyun duduk berseberangan dengan petugas polisi yang menanyainya.

  "Coba katakan pada saya, bagaimana keadaan adik anda ketika anda menemukannya pertama kali."

  Jaehyun menunduk. "Saat itu saya baru pulang dari cafe bersama teman saya. Ketika itu, saya entah mengapa ingin mengecek keadaannya karena sebelum pergi, saya sempat memarahinya. Namun, saya terkejut ketika melihat dirinya terbujur kaku di lantai dengan pisau digenggam dan pergelangan tangannya diiris."

  "Menurut penyelidikan terdahulu, tidak terdapat sidik jari lain selain milik korban di lokasi. Selain itu juga tak ada hal mencurigakan. Itulah mengapa kasus tersebut dinyatakan sebagai kasus bunuh diri. Namun, beberapa hari yang lalu, kami menerima barang bukti yang bisa digunakan untuk membuka kasus ini lagi," jelas sang petugas.

  "Kalau boleh saya tahu, bukti seperti apa itu?" tanya Jaehyun.

  "Saya tidak bisa memberi tahu seluruh barang bukti, karena itu adalah rahasia penyelidikan. Akan tetapi, ada satu barang bukti pendukung, yaitu sebuah diary milik korban," jawab petugas itu.

  Jaehyun tersentak kaget.

  Diary Saera?

  Tunggu dulu, Jaehyun rasa diary-diary yang mereka dapat tidak ada yang mengarah ke pembunuhan. Jadi, siapa yang mendapatkan bagian diary yang mengarah ke pembunuhan? Apa orang itu juga yang membawanya ke sini?

  "Siapa yang membawa barang-barang bukti tersebut, Pak?"

  "Sebenarnya, barang-barang bukti tersebut diserahkan oleh orang yang berbeda," jawab sang petugas. "Masing-masing ingin nama mereka dirahasiakan."

"Bapak percaya kalau bukti tersebut benar?" tanya Jaehyun.

"Kami sudah melakukan pemeriksaan sekitar seminggu, dan bukti tersebut memang benar."

  Jaehyun menggigit bibirnya. "Kalau begitu, apa boleh saya membaca bagian diary itu? Mungkin saya bisa memberi petunjuk."

  Petugas tersebut mengambilkan barang itu. Kemudian, dia menyerahkannya kepada Jaehyun untuk dibaca.

Aku dimarahi lagi. Namun kali ini, aku juga ikut marah. Tetapi apa yang bisa kuperbuat? Aku hanya bisa menangis sembari menulis ini. Dengan menulis, hatiku menjadi tenang.

Tunggu, mengapa aku mendengar sesuatu di luar sana? Diary, aku ketakutan. Seharian ini aku diikuti oleh seseorang. Namun aku tidak tahu siapa.

Sudah dulu aku menulisnya. Aku takut orang tersebut masuk ke rumahku. Semoga aku baik-baik saja.

  Jaehyun terdiam. Dia tidak dapat berkata-kata. Benar perkiraannya, pasti ada seseorang yang sengaja menyembunyikan bagian diary ini. Kedua tangan Jaehyun bergetar.

  "Jadi, anda memang memarahi korban sebelum anda pergi," kata petugas tersebut. Jaehyun hanya bisa mengangguk. "Apakah anda tahu kalau dia diikuti?"

  Jaehyun menggeleng. "Saya tidak tahu karena saya tidak dekat dengannya. Kami ... kami punya hubungan kakak-adik yang rumit. Saya tidak pernah memperhatikannya. Saya bahkan sempat membencinya."

  "Membencinya?"

  "Dia bukan adik kandung saya," kata Jaehyun. "Maka dari itu kami tidak dekat."

  "Apakah ada seseorang yang membencinya juga?"

  "Sebenarnya, satu sekolah membencinya," jawab Jaehyun. "Dia sering dibully di sekolah. Itulah mengapa kami mengira bahwa dia memang bunuh diri."

  "Siapa orang-orang terakhir yang berinteraksi dengannya di hari kematiannya?"

  "Saya, teman saya Lee Jeno dan Mark Lee, kakak kelas saya Kim Doyoung, Qian Kun, Lee Taeyong, dan Xiao De Jun," jawab Jaehyun. "Selain itu, saya tidak tahu lagi."

Petugas tersebut menunjukkan sebuah buku. "Ini buku diary korban. Di dalamnya banyak bekas sobekan. Dan kertas itu salah satu isinya."

Jaehyun kembali terdiam. Sungguh, dia benar-benar bingung.

  "Baiklah, anda boleh pulang. Kami akan menghubungi anda lagi jika kesaksian anda diperlukan kembali. Terima kasih atas kerja samanya."

  Jaehyun bangkit, lalu menjabat tangan petugas itu. Kemudian, dia keluar dari ruangan introgasi. Jaehyun cepat-cepat keluar dari kantor polisi. Dia langsung mengendarai motornya pergi dari situ.

  Jaehyun menggeram. Siapa yang membuat masalah ini semakin rumit? Seharusnya orang tersebut langsung saja mengatakan kalau dia juga menemukan diary Saera.

  Pantas saja Saera membunuh teman-temannya. Selain untuk balas dendam, Saera juga ingin membunuh orang yang membunuhnya. Barulah Jaehyun mengerti.

Jaehyun harus menemukan siapa yang membawa diary Saera kepada polisi.

•••

ayo masih ada rahasia yg perlu diungkap wkwkwk

LILILI YABBAY • NCT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang