36. Tentang Ritual Itu

1.1K 228 9
                                    

  Setelah insiden di rumah Mark tiga hari yang lalu, yang Mark lakukan hanyalah termenung. Jaehyun bahkan harus ke apartemen Mark selama tiga hari ini untuk memastikan Mark sudah makan atau belum.

  Yang Mark inginkan adalah berbicara dengan Saera dan mengungkapkan perasaannya. Mark tidak ingin Saera hanya merasuki tubuhnya. Dia ingin berhadapan dengan gadis itu dan meminta maaf. Kemudian tak masalah jika setelah itu Saera ingin membawanya.

  Seperti saat ini, ketika para siswa istirahat, Mark malah duduk termenung di bangkunya. Jaehyun menghela napas melihat keadaan Mark yang seperti ini.

  Mendadak, Xiaojun masuk ke kelas Jaehyun tanpa permisi. Untung saja kelas tersebut sepi. Jaehyun kaget melihat kedatangan Xiaojun.

  "Jaehyun, ayo bicara sebentar," kata Xiaojun. Dia mengisyaratkan agar Jaehyun mengikutinya. Jaehyun menoleh ke arah Mark, namun lelaki itu masih termenung. Akhirnya Jaehyun bangkit dan mengikuti Xiaojun.

  Xiaojun mengajak Jaehyun ke bangku di samping perpustakaan. Mereka berdua menduduki bangku tersebut. Xiaojun kemudian mengeluarkan sebuah catatan kecil.

  "Ada apa, Xiaojun?" tanya Jaehyun.

  Xiaojun membuka catatannya. "Selama seminggu terakhir, aku menyelidiki tentang ritual yang ada di mimpi kalian itu, dan aku mendapatkan informasi mengejutkan."

  Jaehyun jadi tertarik. Dia mendengarkan Xiaojun menjelaskan dengan seksama.

  "Berdasarkan cerita Doyoung tentang jalannya ritual itu di mimpi kalian, ada yang salah dari pelaksanaannya," kata Xiaojun. "Aku sudah mencari bahan ke mana-mana, dan akhirnya mengerti sesuatu. Persembahan kita memang tepat. Lilili Yabbay, nama tarian itu pun tepat, tapi ada yang ketinggalan."

  "Apa itu?" tanya Jaehyun tak sabar.

  "Ritual itu memang seharusnya dilakukan saat jam 12 malam," jawab Xiaojun. "Akan tetapi, kita tidak melakukannya di hari kematian Saera. Seharusnya, kita melakukan ritual itu tepat di tanggan kematiannya. Dan juga mantra yang kita katakan kurang tepat."

  Xiaojun menunjukkan mantra yang sudah dia tulis di catatannya.

Hatiku surut
Jiwaku porak-poranda
Aku memanggilmu
Untukmu, Lilili Yabbay

  Jaehyun terbelalak kaget. Dia merutuki dirinya sendiri karena sudah salah memberi informasi tentang ritual itu.

  "Lalu, apa akibat dari kesalahan kita itu?" tanya Jaehyun dengan takut.

Xiaojun menghela napas. "Arwah yang kita panggil bukan arwah yang baik. Arwah itu akan berubah-ubah jadi baik atau buruk dan kita tidak bisa memprediksi kapan dia jadi baik atau jahat. Saat jadi baik, dia tidak akan berbuat apa-apa pada kita. Tapi saat jadi jahat, dia bisa mencelakai kita. Apalagi kalau arwah itu pernah dibunuh oleh seseorang."

Jaehyun mengernyitkan keningnya, berpikir keras. Kemudian, dia tersentak kaget. "Jadi teman-teman kita meninggal karena dibunuh oleh Saera yang jadi arwah jahat?"

"Kemungkinan iya," jawab Xiaojun. "Kita bisa melihat sendiri, emosinya berubah-ubah. Saat di rumahmu, dia mencekikmu. Tapi setelah itu dia menangis tersedu-sedu."

Jaehyun menjambak rambutnya frustrasi. "Sekarang aku mengerti kenapa Saera membunuh mereka. Dia dendam dengan pembunuhnya. Tapi, dia tidak tahu siapa orangnya. Jadi, dia membunuh kita satu persatu."

Xiaojun mengangguk. "Itulah kenapa aku takut, Jaehyun."

Jaehyun menghembuskan napas dengan lelah. Bebannya kian hari kian bertambah. Dia pikir dia harus mengakhiri ini. Dia bertekad akan menemukan orang yang membawa diary Saera ke polisi.

"Kamu mengerti kan sekarang?" tanya Xiaojun.

Jaehyun harap dia tidak pernah mengerti. Karena informasi yang dia dapat membuatnya ketakutan setengah mati.

•••

ada yg tebakannya bener lagi? btw, ada yg sadar kalo mantra itu aku taroh di deskripsi cerita ini? wkwkkw

LILILI YABBAY • NCT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang