41. Penjebakan

1.2K 222 20
                                    

  Sehabis dari kantor polisi, Jeno dan Jaehyun tidak langsung pulang. Mereka sepakat untuk pergi ke cafe dulu.

  Jeno dan Jaehyun sama-sama termenung. Setelah dari kantor polisi tadi, tak ada satupun dari mereka yang berbicara.

  Mereka telah terkecoh selama ini. Mereka kira, Saera memberikan diarynya sesuai urutan untuk memberi kalau dia dibunuh dengan kedok bunuh diri. Namun ternyata, urutan yang diberi malah terbalik. Barulah mereka mengerti. Saera ingin mereka membantu menangkap pembunuhnya. Namun karena arwah jahatnya dendam, dia juga membunuh mereka yang lain.

  "Kita kok bodoh sekali ya, Jen," kata Jaehyun tiba-tiba.

  Jeno mengangguk. "Aku merasa jadi orang paling bodoh di dunia."

Keduanya menatap lurus ke arah depan dengan hampa.

"Ternyata dia memberi urutannya terbalik supaya kita bisa langsung tahu kalau dia dibunuh," kata Jaehyun. "Tapi ternyata ada yang nyembunyiin bagian terakhir yang ditulis Saera."

"Jadi kita terkecoh," kata Jeno.

"Bodoh sekali," sahut Jaehyun. Dia menghela napas. "Aku mau pulang. Lelah sekali aku, Jen."

Jeno mengangguk. Mereka pun pulang ke rumah masing-masing.

Namun, setibanya Jaehyun di rumah, dia terkejut ketika melihat dua orang berdiri di depan pintu rumahnya.

"Kalian sedang apa di depan rumahku?" tanya Jaehyun.

"Ada yang ingin kami sampaikan," kata salah satu orang tadi. "Sebenarnya, kami yang memberikan diary itu ke polisi."

Mata Jaehyun membelalak kaget. "A-apa?! Jadi kalian ... ?!"

"Dengar dulu, Jaehyun," kata orang yang satunya. "Kami melakukan itu karena mau pembunuhnya tertangkap. Dan kami tahu siapa pembunuhnya. Yang kami butuhkan cuma pengakuan dari si pembunuh."

Jaehyun tak dapat berkata-kata saking kagetnya. Kedua tangannya gemetaran. Lidahnya kelu. Dia hanya bisa terdiam di tempat.

"Jaehyun, kita jebak pembunuhnya besok malam," kata orang yang satunya lagi. "Aku punya rencana."

•••

Jaehyun berlari tergopoh-gopoh di koridor sekolah. Dia mengejar Jeno yang berjalan menuju kelasnya. Dia belum sempat memberi tahu Jeno kemarin tentang rencana penjebakan itu.

"Jeno!"

Lelaki yang dipanggil itu pun menoleh dan menghentikan langkah kakinya ketika melihat Jaehyun mengejarnya.

"Kenapa?" tanya Jeno.

Jaehyun tanpa basa-basi langsung menarik tangan Jeno menuju tempat yang lebih sepi.

"Jeno," kata Jaehyun. "Kita harus menjebak pembunuhnya malam ini."

Mata Jeno terbelalak kaget. "Hah?"

"Aku sudah tahu siapa pembunuhnya," kata Jaehyun. "Aku juga sudah menyusun rencana. Akan kuajak yang lain juga. Nanti seseorang akan memancing pembunuhnya untuk muncul dengan dia. Kita harus tangkap dia malam ini juga."

Jeno tak bisa berkata-kata, jadi dia hanya mengangguk. Ketika bel berbunyi, mereka kembali ke kelas masing-masing.

•••

Jeno, Jaehyun, Bella, Kyunghee, dan Jaemin bersembunyi di dalam mobil. Mereka sedang memata-matai si pembunuh yang akan datang bersama Xiaojun.

Mereka berada di tempat pelaksanaan ritual. Alasannya karena akan lebih mudah untuk memanggil Saera nantinya. Rencana mereka adalah membawa si pembunuh ke sana dengan mengatakan kalau mereka akan melakukan ritual pengusiran arwah.

"Sepertinya kita harus berpencar, Jaehyun," kata Bella. "Kalau kita bersesak-sesakan begini nanti susah untuk menangkapnya."

"Oh iya juga," kata Jaehyun. "Oke, aku dan Jeno ke belakang pohon yang sebelah kanan. Kalian berdua di sebelah kiri. Ayo, mumpung Xiaojun belum datang."

Mereka segera keluar dari mobil dan pergi ke tempat sembunyi. Cuaca malam itu sedang mendung. Tak ada bintang sama sekali. Bunyi jangkrik saling bersahutan di sana-sini. Apalagi ditambah dengan angin yang bertiup cukup kencang. Untung saja mereka semua mengenakan jaket tebal.

Cukup lama mereka menunggu di sana. Mobil mereka sudah berada di tempat yang tersembunyi agar tak kelihatan.

Kemudian, terdengar bunyi mesin mobil mendekat. Mereka segera berlindung agar tak terkena lampu mobil. Setelah mesin mobil dimatikan, barulah mereka bisa mengintip lagi.

Ketika dua orang keluar dari mobil, Jeno terbelalak kaget.

"T-Taeyong?!"

"Ssst!" Jaehyun menyuruhnya diam. Jeno langsung menutup mulutnya. Mereka kemudian memperhatikan Xiaojun dan Taeyong.

  "Loh, mana yang lain?" tanya Taeyong.

  "Jaehyun bilang dia terlambat," jawab Xiaojun. "Lalu Kun dan Doyoung seperti sedang berkeliling, deh. Aku juga tidak tahu."

  "Kamu yakin pengusiran arwahnya berhasil?" tanya Taeyonv lagi. "Kok aku tidak yakin?"

  "Kamu takut?" tanya Xiaojun balik.

  "M-maksudnya?"

  Xiaojun tersenyum miring. "Kamu takut Saera tahu kalo kamu itu ... " Xiaojun menggantungkan ucapannya. " ... pembunuhnya?"

  Taeyong terlihat kaget. "Maksudmu apa?!"

  "Tidak usah berlagak bodoh, Taeyong," kata Xiaojun. "Aku tahu semuanya."

  Jaehyun mengkode yang lain untuk bergerak pelan-pelan mendekati Taeyong. Doyoung, Winwin, Mark, dan Kun ternyata sudah bersembunyi terlebih dahulu. Mereka ikut berjalan mengendap-endap mendekati Taeyong.

  "Aku tidak tahu maksudmu apa," kata Taeyong. "Bukan aku pembunuhnya!"

  "Memangnya ada pembunuh yang mau mengaku?" tanya Kun dari belakang.

  Taeyong berbalik dan melihat yang lain sudah siap siaga. Bahkan Jaehyun dan Kun membawa kayu.

  "Kalian gila! Aku bukan pembunuhnya!!!"

  Jeno melangkah maju untuk mendekati Taeyong. Dia menatap Taeyong dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

  Kemudian, tanpa disangka-sangka, Jeno jatuh tersungkur.

•••

aku double update ya, check ke bawah

LILILI YABBAY • NCT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang