42. Penjebakan (2)

1.4K 223 77
                                    

  "Astaga, bagus sekali aktingmu!" puji Doyoung.

  "Iya dong, biar begini aku pernah main drama sekolah," kata Taeyong dengan bangga.

  "Heh, sombong sekali kamu, Taeyong," cibir Kyunghee.

  Jeno terbangun karena mendengar pembicaraan mereka. Matanya mengerjap-erjap pelan. Ketika pandangannya sudah jelas, dia melihat teman-temannya berdiri di depannya.

  Jeno berusaha menggerakkan kaki dan tangannya. Namun, kemudian dia tersadar. Kedua tangan dan kakinya terikat.

  Lelaki itu tersentak kaget.

  "Bagaimana aktingku tadi, Jeno?" tanya Taeyong pada Jeno.

  Xiaojun berdecak. "Gila ya kamu, Jeno. Aku kira kamu tidak bersalah. Ternyata, yang paling jahat itu adalah dirimu!"

  "NGAKU, KAMU KAN YANG BUNUH SAERA?!" Jaehyun menonjok wajah Jeno. Lelaki itu berusaha menahan sakit di wajahnya. Dia meringis pelan.

"Maaf ... " lirih Jeno dengan sedih.

Ketika dia mendongak, Jeno melihat Saera melayang mendekat ke arahnya. Wajahnya menunjukkan ekspresi sedih dan kecewa.

Ya, niat awal Jaehyun adalah menjebak Jeno. Mereka berakting bahwa Taeyong yang dijebak, padahal Jeno lah yang sebenarnya terkena jebakan.

Dari mana Jaehyun tahu bahwa Jeno pembunuhnya?

Sebenarnya, yang datang malam itu adalah Jaemin dan Kyunghee. Mereka jugalah yang melaporkan kepada polisi tentang barang bukti itu.

Jaemin juga tahu bahwa sahabatnya membunuh Saera, namun Jaemin tidak ikut merencakannya. Jaemin tak sengaja menemukan catatan kecil di buku Jeno yang pemuda itu tulis, bahwa dia menyesal telah membunuh Saera. Jaemin merasa bersalah karena harus menyembunyikan fakta ini. Karena itulah dirinya sudah tidak tahan lagi.

"Jeno ... " Jeno menangis. "Kenapa kamu membunuhku?"

"Maafkan aku," kata Jeno yang juga menangis. "Aku hanya ... aku hanya tidak tahan melihat kamu terus-terusan disiksa oleh mereka. Aku ingin kamu bebas dari mereka. Itulah kenapa aku berencana untuk membunuh kamu."

Jeno terisak-isak.

"Itu semua aku lakukan karena aku sayang banget sama kamu," lanjutnya. "Aku tidak mau melihat kamu menangis lagi. Maafkan aku, Saera. Aku menyesal."

Yang lain menatap Jeno tak percaya.

"Aku berani sumpah aku menyesal," kata Jeno. Air matanya tumpah ruah. "Selama setahun ini aku hidup dalam penyesalan. Dan aku sudah berniat untuk menebus kesalahanku. Maka dari itu aku membantu Jaehyun untik mengungkap siapa pembunuhnya. Itu semua aku lakukan supaya Jaehyun tahu sendiri dan dia sadar betapa pentingnya kamu, Saera. Tapi aku minta maaf, caraku salah."

  Jeno menghapus air matanya. "Aku juga yang menyerahkan bukti paling kuat kepada polisi."

  Jaehyun terkejut sekali mendengarnya. Dia ingin marah karena dibohongi. Tetapi, Jaehyun tidak tahu harus bagaimana.

"Jeno, apa harus kamu membunuh Saera?" tanya Bella dengan lebih lembut. Dirinya bahkan ikut menangis melihat Jeno.

"Aku tidak sanggup melihat dia menderita terus. Itu juga membuatku tersiksa," jawab Jeno. "Aku pikir ... dengan membunuh dia, Saera bisa terbebas dari kalian. Tapi, aku tidak tahu akan begini jadinya. Maafkan aku ... "

Tiba-tiba, mata Saera berubah menjadi merah menyala. Dia menatap Jeno dengan tajam. Angin bertiup dengan kencang. Yang lain ketakutan melihat Saera yang sedang diambil alih oleh arwah jahatnya.

"Lepas talinya," perintah Saera dengan dingin, masih menatap Jeno.

Dengan segera, Jaehyun melepaskan tali yang mengikat kaki dan tangan Jeno. Lelaki itu kebingungan.

Lalu tanpa disangka-sangka, Saera menerjang tubuh Jeno.

Punggung Jeno terbentur pohon di belakangnya. Saera mencengkram kuat leher Jeno, sementara lelaki itu megap-megap. Kuku Saera yang panjang berhasil menembus leher Jeno hingga mengeluarkan darah.

Jeno hanya bisa pasrah. Dia memegangi tangan Saera yang mencengkram lehernya.

"Saera ... aku menyayangimu ... " lirih Jeno dengan susah payah sambil megap-megap.

Saera menggeram. Dia kemudian membanting tubuh Jeno ke pohon itu berulang kali.

"SAERA, BERHENTI!" teriak Jaehyun, Bella, Kyunghee, dan yang lain berulang kali.

"SAERA!!"

Gadis arwah itu tak mendengarkan. Tangannya masih mencengkram leher Jeno.

Perlahan-lahan, Jeno semakin melemah. Sebelum menutup kedua matanya, Jeno tersenyum kecil pada Saera.

"Maafkan ... Jeno ... "

Jeno terbatuk.

"Jeno ... sayang ... Saera ... "

Kemudian, Jeno tak bergerak lagi. Dan di saat itulah, Saera akhirnya tersadar.

"J-Jeno ... " lirih Saera tak percaya. Tubuh Jeno merosot ke tanah. Yang lain tak bisa berkata apa-apa selain menyaksikan dengan sedih sekaligus takut.

Saera berlutut di samping tubuh Jeno. Air matanya mengalir membasahi pipinya. Kemudian, dia mulai terisak-isak.

"Jeno, maafkan aku ... "

Saera memeluk tubuh Jeno. Dia menempelkan dahinya di dahi Jeno sambil menangis. Tangannya mengelus pipi Jeno.

Dia tidak percaya dia telah membunuh Jeno.

Sungguh tragis. Dahulu, Jeno yang membunuh Saera. Namun sekarang, Saera lah yang membunuh Jeno.

Saera masih terus menangis. Suara tangisnya menggema ke seluruh hutan, membuat siapa saja yang mendengarnya juga ikut menangis. Bahkan Jaehyun juga menangis sedari tadi.

"Jeno maafkan aku ... " lirih Saera. Namun Jeno sudah tiada. Sekuat apapun Saera menangis, Jeno takkan bisa kembali hidup.

Saera mengangkat wajahnya dari atas wajah Jeno. Dia memandang wajah Jeno, lalu mengelusnya. Dengan sesenggukan, gadis itu mengecup bibir Jeno dengan lembut. Air mata bercucuran mengiringi kecupannya.

Kemudian, Saera memeluk Jeno lagi.

Hari itu, Jeno, orang yang membunuh Saera, meninggal dibunuh oleh Saera sendiri.

•••

kaget gak? ada yg dari awal udah nebak kalo jeno yg sebenarnya membunuh saera?

btw, nanti kapan2 aku bikin chapter buat ngejelasin gimana jeno ngebunuh saera

LILILI YABBAY • NCT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang