30. Cerita Jaehyun

1.2K 232 29
                                    

  Jeno tersentak bangun.

  Kepalanya terasa pusing. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Hari sudah senja ternyata. Jeno ketiduran di bawah pohon belakang rumahnya.

  Rupanya, Jeno bermimpi lagi.

  Jeno menghembuskan napas frustrasi. Serius? Dia bermimpi lagi? Mengapa Saera selalu muncul dalam mimpinya? Mengapa dia tidak muncul di hadapannya?

  Jeno kesal. Jeno ingin marah. Namun apa haknya marah pada Saera? Lagipula, mana bisa dia marah pada Saera.

  Jeno mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dia melihat notifikasi ponselnya penuh dengan telepon dari Jaehyun. Dia lalu membuka sms yang dikirim oleh Jaehyun.

Jaehyun:
Jeno, ke rmhku skrng. Taeyong menemukan diary lg
18.00

  Jeno kemudian mengecek jam tangannya. Pukul 18.25. Jeno segera bangkit dan berlari ke dalam rumahnya untuk mengambil kunci motor. Setelah itu, dia melajukannya ke rumah Jaehyun.

  Dalam perjalanan, Jeno berpikir keras. Lalu seakan mendapat pencerahan, Jeno mengerti sesuatu.

  Dia mempercepat laju motornya. Beberapa saat kemudian, dia tiba di depan rumah Jaehyun. Dia segera masuk ke rumah dan mendapati yang lain sudah terkumpul.

  "Kamu dari mana saja, Jeno?" tanya Jaehyun dengan kesal.

  "Maaf, aku tadi ketiduran," jawab Jeno. "Sini, mana diarynya? Aku ingin melihat."

  Doyoung menyerahkan kertas yang dia pegang. Yang lain sudah membacanya. Hanya tersisa Jeno yang belum.

Seharusnya aku terlahir buta saja. Agar aku tidak melihat sesuatu yang menakutkan. Menjadi buta lebih baik daripada melihat mereka yang tak ingin kulihat.

Mungkin juga seharusnya aku terlahir tuli. Agar aku tidak mendengar bisikan mengerikan mereka. Menjadi tuli lebih baik daripada mendengar suara mereka uang mengerikan. Agar aku tidak tahu kalau aku diikuti.

  Jeno terdiam setelah membacanya. Sebegitu putus asanya Saera? Kemudian, Jeno menghela napasnya.

  "Jaehyun, aku ingin bertanya padamu," kata Jenk. "Kenapa kamu dulu benci sekali dengan Saera? Apa salahnya?"

  Jaehyun terdiam sebentar. "Karena dia menghancurkan keluargaku."

  "Tapi, dia kan adikmu, Jaehyun?" tanya Xiaojun.

  "Dia memang adikku," jawab Jaehyun. Dia menghembuskan napas. "Tapi dari selingkuhan ayahku."

  Semua yang ada di ruang tamu syok mendengarnya. Mereka tak pernah tahu hal itu. Awalnya mereka memang merasa aneh karena Jaehyun dan Saera seangkatan. Tapi kata Jaehyun, itu karena sewaktu Saera SMP, dia ikut kelas akselerasi. Makanya mereka bisa seangkatan.

  "A-apa?" tanya Bella syok.

  "Saera memang benar-benar ikut program akselerasi, aku tidak mengarang itu," kata Jaehyun. "Tapi, Ayah menyuruhku untuk menutupi semua itu dan memaksaku mengenalkannya ke orang lain kalau dia adjk kandungku."

  Semuanya masih mendengarkan.

  "Saat itu, Ayah tiba-tiba membawa Saera ke rumah dan memperkenalkannya sebagai anaknya," kata Jaehyun lagi. "Selingkuhan Ayah sudah meninggal. Jadi, dia ingin ibuku yang mengurus Saera. Ibuku sakit hati. Aku pun sama. Aku membenci ayahku. Tega-teganya dia selingkuh, lalu membawa anak hasil selingkuhannya ke rumah."

  Suasana menjadi tegang sekaligus sedih.

  "Ibuku menuruti keinginan Ayah untuk merawat Saera," kata Jaehyun. "Tapi, lama-lama ibuku semakin tidak kuat. Ayah tidak berubah. Akhirnya Ibu meninggal karena sakit parah. Dari situ, aku semakin benci dengan Saera. Aku menyalahkan dia yang menghancurkan keluargaku."

LILILI YABBAY • NCT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang