Stage 3: Four Savior

11 3 0
                                    

Kamar Dylan dan Erio...

Erio menyibak karpet merah di kamarnya. Terlihat sebuah pintu berbentuk persegi dengan lubang kecil yang digunakan untuk membukanya. Dylan memberikan senter kepada masing-masing temannya, kemudian membuka pintu.

"Ini pintu menuju tempat rahasia kami. Tidak ada yang tahu tentang hal ini, kecuali kita. Dan sekarang, kau adalah salah satu penghuni tempat ini," jelas Iriya.

"Baiklah. Seperti biasa, jangan ribut. Kita berada tepat di bawah kamar tim yang lain. Jangan bersuara selagi kita berjalan ke ruang rahasia." Dylan mengingatkan.

Erio dan Iriya mengangguk. Satu persatu, keempatnya pun melompat turun. Di bawah, mereka disambut dengan lorong yang gelap dan ribuan anak tangga. Berbekal senter, keempatnya berjalan menuruni tangga ke arah tempat rahasia yang dimaksud. Mereka dapat mendengar langkah kaki dan berbagai macam obrolan dari murid-murid di atas mereka.

"Penasaran bagaimana kita menemukan tempat ini?" tanya Erio yang kebetulan berada di dekat si Mechadroid. Yang ditanya mengangkat bahu.

"Sebenarnya tidak terlalu spesial." Dylan melirik ke arah mereka berdua. "Saat itu, kami bertiga baru menjadi murid di sekolah ini. Aku dan Erio sedang membersihkan kamar. Dan ketika ingin membersihkan karpet, kami menemukan pintu ini. Kami pikir ini hanya pintu untuk menyimpan sesuatu."

"Waktu Iriya tahu kalau ada pintu rahasia, dia langsung mengajak kami menjelajah ke dalam sini. Sampai akhirnya, kami menemukan sesuatu yang menarik. Dua buah pintu. Yang satu adalah tempat rahasia, yang satunya lagi adalah pintu keluar dari menara," sambung Erio.

"Setidaknya kita mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh tim yang lain. Kau tahu, tidak? Tim kita dicap sebagai tim paling lemah dan paling cemen di antara mereka, walaupun kemampuan kami adalah mengendalikan cahaya dan kegelapan," gerutu Iriya.

"Cahaya dan kegelapan?"

"Peristiwa langka. Cukup panjang ceritanya kenapa kami terlahir dengan percampuran darah antara Dewi Seraphine dan Dewi Hayrith. Namun, kami dibesarkan oleh kaum Hayrith," jelas Erio. "Semua murid di sini rata-rata adalah kaum Seraphine, jadi wajar saja kita dikucilkan. Semenjak perang beberapa tahun yang lalu, kedua kaum itu masih saling membenci. Bahkan tampaknya kebencian itu menurun ke generasi-generasi selanjutnya."

Dylan menghela napas panjang. "Yah, yang dikatakan Erio memang benar."

Akhirnya, mereka berhasil mencapai pintu menuju tempat rahasia yang dimaksud. Ketika dibuka, terlihat sebuah ruangan yang luas dan sangat nyaman. Ada kotak cooler, lemari berisi camilan, pendingin ruangan, TV kecil, dan sebuah robot pelayan. Di salah satu sisi, terdapat dua patung dewi, patung Dewi Seraphine dan Dewi Hayrith.

"Selamat datang di tempat rahasia kita," kata Iriya. "Tidak banyak, sebenarnya. Tapi kuharap kau menyukainya."

Si Mechadroid tampak terpana dengan ruang rahasia tersebut. Ruangan itu benar-benar terlihat nyaman. Dylan mengajak mereka untuk duduk di tengah ruangan. Robot pelayan pun menyuguhkan berbagai camilan kepada mereka.

"Karena gadis android ini sudah resmi menjadi anggota tim kita, this cause for celebration!" seru Iriya sambil membuka sekaleng minuman dingin.

"Tunggu dulu. Sebelum itu, kita harus menamai dia," ujar Dylan sambil melirik si gadis android.

"Benar juga. 'Android H No. 4 R/U' tampaknya terlalu panjang. 'Gadis android' pun terdengar cukup aneh," papar Erio.

Iriya berpikir, mencari nama yang bagus untuk si gadis android. Kemudian, dia menjentikkan jari. "Aku tahu! Kita namai dia dengan 'Haru'!"

"Ha...ru?" si gadis android menatap Iriya dengan bingung.

[End] Descendants of Dark & LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang