"Ugh, kenapa kita selalu kebagian Quest paling susah?" keluh Dylan.
Siang itu, Tim Four Savior diberikan Quest dari guru mereka. Dan sesuai kata Dylan, mereka kebagian Quest dengan tingkat paling sulit. Sebagai perlindungan, masing-masing tim diberikan jubah pelindung agar bisa menghilang ketika ada musuh, lalu turun ke hutan perbatasan untuk melaksanakan tugas yang didapat.
Tim Four Savior sudah berjalan sekitar satu jam dari Hogakuma Academy ke bagian paling dalam hutan perbatasan. Matahari sudah mulai meninggi. Untunglah pohon-pohon di sana cukup rimbun sehingga mereka tidak kepanasan. Namun mereka harus tetap waspada dengan keberadaan Black Crows, itulah pesan yang disampaikan oleh salah satu prefek Hogakuma Academy ketika mereka diizinkan untuk keluar.
"Yah, mau bagaimana lagi? Tim lain selalu mengambil Quest paling gampang dan menyisakan yang tersulit," sahut Iriya dengan wajah muram. "Dan Miss Ether malah membiarkan mereka meremehkan kita."
"Terserahlah. Aku tidak peduli mereka menganggap kita cupu atau apa." Dylan tampak jengah. "Nah, kita diminta mencari apa tadi? Telur?"
"Ya, telur emas yang konon sangat langka dan mahal. Kalau dijual, mungkin hanya pemerintah atau Hogosha dan Akuma yang bisa membelinya," jawab Iriya.
"Aku ingin tahu seberapa langka telur emas itu."
Langkah Erio tiba-tiba berhenti. "Teman-teman, tunggu."
Haru, Iriya, dan Dylan ikut berhenti. Erio menunjuk ke depan mereka. "Kalian lihat batu-batu itu?"
"Kenapa?" tanya Iriya.
Haru mengaktifkan scan-nya. "Golem penjaga."
"G-Golem penjaga?!"
"Golem di sini tidak begitu berbahaya. Kita hanya perlu berjalan dengan langkah pelan dan tidak bergerak secara tiba-tiba. Pendengaran dan penglihatan mereka tidak begitu kuat, tapi kita harus hati-hati. Satu pukulan dari mereka bisa menghancurkan tubuh kita," jelas Haru.
Ketiganya mengangguk mengerti. Lalu mereka berjalan perlahan-lahan sesuai dengan kata Haru barusan. Sambil berjalan, mata mereka tetap melihat ke kanan dan ke kiri –takut ada golem yang tiba-tiba muncul dari tanah dan menyerang mereka. Apalagi golem itu pintar berkamuflase. Salah langkah, mereka bisa diserang.
Tak!
Tanpa sengaja, Dylan menendang sebuah batu hingga mengenai salah satu batu besar. Haru, Iriya, dan Erio pun sontak menoleh ke arah laki-laki itu. "Apa yang kau lakukan?" tanya Iriya dengan suara pelan, namun terdengar kesal.
"Maaf, aku tidak..."
Seketika, sebuah guncangan terjadi. Dari guncangan itu, batu-batu yang ada di sekeliling mereka berguling dan akhirnya membentuk tubuh sebuah golem dengan ukuran cukup besar. Golem tersebut menggeram dan mengaum dengan cukup keras sehingga keempatnya segera menghunus senjata masing-masing.
"Nice work, Dylan. Sekarang kita diserang oleh satu golem yang cukup mengerikan," ujar Iriya dengan nada sarkastis.
"Baiklah, maafkan aku. Sekarang, bagaimana kita bisa mengalahkan golem sebesar itu?" tanya Dylan. Dia melirik ke arah Erio, yang biasanya menjadi pembuat siasat. "Kau punya ide, Erio?"
"Kurasa tidak ada pilihan lain. Serang!" jawab Erio.
Mereka langsung berlari dan melesat ke arah golem tersebut untuk menyerangnya, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil. Erio dan Haru menggunakan jurus Ultimatum, namun usaha mereka sia-sia. Golem itu terlalu kuat sehingga keempatnya kelelahan. Daripada mana habis, mereka langsung bersembunyi di atas salah satu pohon. Golem tersebut tampak mencari keempat mangsanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Descendants of Dark & Light
FantasiaKebakaran hebat membakar lab Prof. Hakone, seorang ilmuwan yang terkenal dengan penemuan-penemuan hebatnya. Hanya ada satu penemuan yang berhasil dibawa kabur oleh salah satu peneliti yang selamat: sebuah robot Mechadroid, Prototype H No. 4 R/U. Rob...