Stage 12: Familiar

13 2 0
                                    

Badai salju mulai menerpa Amaveri. Seluruh tempat tertutupi oleh salju yang tebal. Angin berhembus dengan kencang dan meniup apa saja yang bisa ditiup. Kebanyakan warga memilih untuk tetap berada di rumah masing-masing atau berada di suatu tempat yang hangat untuk berteduh dan menunggu badai berhenti.

Di Hogakuma Academy, Miss Julia menghela napas dan memijat kepalanya. Beliau benar-benar pusing memikirkan cara agar Black Crows tidak kembali lagi dan mengganggu ketenangan murid-murid Hogakuma Academy. Setelah mendengar tentang penyerangan yang dialami Tim Four Savior dan Tim Spellcaster beberapa hari sebelumnya, Miss Julia yakin kalau gagak-gagak hitam itu akan melancarkan serangan berikutnya.

Sambil mengelus seekor kitsune kecil yang terlelap di meja, Miss Julia memikirkan cara terbaik agar sekolah mereka aman. Sebagai kepala sekolah Hogakuma, sudah menjadi tugasnya untuk melindungi para murid serta guru-guru. Dia harus mencari cara agar Black Crows tidak menghancurkan pertahanan sekolah dan membahayakan murid-murid.

Tok! Tok! Tok!

"Masuklah," sahut Miss Julia.

Seorang guru wanita masuk dengan seorang gadis berambut hitam panjang. Gadis itu hanya berbalut jubah hitam dan pakaian yang ujungnya sobek. Salah satu tangannya hilang.

"Maaf mengganggu, Miss Julia. Tapi saya menemukan gadis ini kedinginan di depan pintu masuk, jadi saya ajak kemari," ujar guru itu. "Kata gadis ini, tempat tinggalnya terbakar dan dia terdampar di hutan. Dia saat ini sedang mencari kakaknya yang hilang akibat kebakaran itu."

"Begitukah? Anak yang malang," kata Miss Julia sambil berdiri dan menghampiri gadis itu. "Kalau begitu, kamu akan aman di sini. Kamu boleh tinggal di asrama sekolah ini hingga lulus. Masa depanmu sudah terjamin."

Gadis itu mengangguk. "Terima kasih."

"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" tanya Miss Julia.

"Namaku...,"

Miss Julia sontak terkejut ketika mendengar nama itu. "Tak pernah kusangka aku akan menemukan sosok sepertimu di sekolahku."

"M-Maksud Ibu?"

Sebuah senyum mengembang di wajah kitsune didepannya. "Ada murid yang sama sepertimu di sekolah ini. Kamu mungkin mengenalinya."

Mata gadis itu membelalak. "A-Apakah...,"

Miss Julia mengangguk. "Rekanmu juga ada di sini."

☆☆☆☆

Ruang olahraga...

"Bukan, bukan begitu caranya!"

Erio menurunkan sedikit pedang milik Iriya. "Kau jangan mengarahkan pedangmu terlalu tinggi. Sama saja bohong."

"Iya, iya!" Iriya menyahut dengan kesal. "Ugh, kau mengajariku selayaknya guru yang galak mengajari murid. Bisa tidak kau lebih smooth sedikit? Aku, 'kan, perempuan."

"Daripada diajari Erio Hitam, mau?" tanya Dylan dengan nada mengejek. Haru hanya cekikikan mendengarnya.

Iriya bergidik. "Eeek, mendingan aku berlatih dengan Erio yang asli!"

"Makanya, ikuti arahannya dengan baik."

Sesaat kemudian, Deko dan Kanna menghampiri mereka. "Hyaho, ada kabar baik."

Iriya dan Erio menghentikan "latihan" mereka, Haru dan Dylan menoleh ke arahnya. "Kabar baik apa?" tanya Dylan.

"Ada anak baru. Tapi bukan sekedar anak baru. Ada satu hal yang harus kalian tahu. Dia sebuah robot, sama seperti Haru!"

[End] Descendants of Dark & LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang