Dua Sisi

628 94 2
                                    

"Lo tinggal di apartemen, Jun?" tanya Wonjin, sesaat setelah mereka pulang dari rumah sakit dan Wonjin mengantar Hyungjun pulang ke apartemennya.

Pemuda bertubuh gempal itu hanya mengangguk, enggan menjawab lebih lanjut dan memilih turun dari mobil Wonjin. "Gue duluan ya, njin."

Wonjin mengangguk, dan melambaikan tangan pada Hyungjun. Sementara Hyungjun hanya memandangi mobil Wonjin yang perlahan menjauh, kemudian Ia berjalan tertatih-tatih masuk ke gedung apartemennya.

Setelah sedikit perjuangan, Ia akhirnya sampai ke depan pintu apartemennya. Kemudian menekan deretan angka, sebelum memasuki tempat tinggalnya.

Lalu, hal yang pertama kali Ia lihat adalah adiknya yang menatapnya polos. "Kak njun, kok jalannya gitu?"

Song Beomgyu, adik laki-lakinya yang baru berusia 12 tahun segera menghampiri Hyungjun; membantu kakaknya untuk berjalan.

"Dek, ambilin kakak minum ya?"

Adik laki-lakinya mengangguk polos, kemudian berjalan ke arah dapur untuk mengambilkan kakaknya minum. Beberapa saat Ia kembali dengan segelas air dingin, dan biskuit chocolate kesukaaan Hyungjun.

"Emang ibu udah belanja, dek? Kok ada biskuit?" tanya Hyungjun heran.

"Tadi sewaktu aku pulang sekolah, kak Hangyul udah di depan apartemen dan ngasih satu kantong berisi biskuit dan sereal, katanya buat camilan kakak, biar makin semangat belajarnya."

Hyungjun kemudian memandangi biskuitnya, dan mendengus pelan. "Kamu gimana tadi sekolahnya?"

Beomgyu mendekati beberapa buku yang berserakan dilantai, hendak melanjutkan kegiatannya belajar yang sempat terganggu gara-gara Hyungjun. "Sekolahku baik, nilai-nilaiku juga baik, temanku baik, semuanya baik, kak."

Hyungjun menghela nafasnya, cukup bersyukur walaupun Beomgyu tidak seperti teman-temannya yang mendapatkan les tambahan diluar sekolah, adiknya terbilang pintar dan selalu mendapat peringkat 1 setiap semester.

Well, Hyungjun dulu juga seperti adiknya. Selalu mendapat peringkat satu dari SD, SMP, dan SMA. Walaupun Hyungjun terbilang cukup pandai untuk ukuran seseorang yang tidak mendapatkan pelajaran tambahan diluar sekolah, Ia sejujurnya sangat tertekan.

Berkuliah di Fakultas Kedokteran merupakan pilihan besar sekaligus beresiko baginya dan keadaan ekonomi keluarganya. Tentu saja, Ibu dan Ayahnya memang bekerja, mencoba mencukupi semua kebutuhannya.

Hingga Hyungjun nekat mencoba peruntungannya untuk mendaftar di FK tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya. Tentu saja, setidaknya Ia harus mencoba daripada penasaran.

Hyungjun sebenarnya sudah menyiapkan diri, dan sudah memiliki rencana lain untuk melanjutkan pendidikannya, namun takdir berkata lain. Hyungjun lolos masuk kedokteran.

Terkejut. Sudah pasti. Bahkan Ia berkali-kali menampar pipinya takut matanya mendadak melihat hal-hal tidak nyata layaknya fatamorgana; saking berharapnya Ia lolos di Fakultas impian banyak orang tersebut.

Hyungjun tanpa sadar berteriak girang hingga melompat-lompat kesenangan. Namun tiba-tiba Ia berpikir, bagaimana reaksi kedua orangtuanya?

Awalnya, Ibunya sempat menentang keputusannya untuk berkuliah di Kedokteran. Alasannya sangat sederhana. Rentang pendidikan yang panjang, melelahkan, sekaligus memerlukan biaya yang tentunya tidak sedikit.

Tapi setelah Hyungjun membujuknya, Ibunya akhirnya luluh dengan catatan bahwa Hyungjun harus lulus tepat waktu, jangan mengulang satupun blok, harus rajin belajar, dan menghindari apapun yang berpotensi menambah pengeluaran biaya.

Four Seasons - Winter ( Minkyu X Wonjin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang