20. Rani Santuy

2.8K 167 2
                                    

Sekarang Rani dan Mark sudah berada di Starbucks setelah meminta soal kepada guru pembimbing olimpiade. Mereka memesan minuman, mereka duduk di salah satu kursi yang ada disana.

Rani sudah mengeluarkan kertas soalnya dan ipad yang dia gunakan untuk menghitung dan membuat beberapa coretan. Mark juga melakukan hal yang sama, sampai 1 jam kedepan mereka tidak bisa diganggu dan fokus sendiri.

Setelah selesai semua soal yang harus dikerjakan dan dipelajari, Mark dan Rani membereskan barang-barangnya agar lebih mudah mengobrol.

"Eh gue mau ngomong nih sama lo, lebih tepatnya ngasih tau sih."

Karna saran dari Adel tadi Rani lebih memilih untuk memberi tau Mark bahwa dia mendapatkan teror, lagipula kan teror itu datang setelah Rani dan Mark menjadi dekat, padahal mereka cuma temen aja udah ada teror kayak gini.

"Serius deh keliatannya."

"Gak juga sih menurut gue, gak tau menurut lo gimana."

Karna memang Rani tak berefek apa-apa terhadap teror tersebut jadi ya biasa saja tidak seserius yang dipikirkan oleh Mark.

"Kenapa?"

"Semenjak gue ikut sama lo latihan di sekolah lo waktu itu gue dapet semacam teror gitu sih, gak tau bisa disebut teror apa bukan orang guenya gak merasa terteror."

Mark wajahnya langsung berubah serius gitu kan, perubahan wajah Mark itu lucu gitu walaupun emang biasanya dia memasang wajah seperti itu.

"Teror? Siapa yang teror lo?"

Mark ngomongnya aja udah ngegas gitu gak santai, padahal nih yang di teror itu santainya minta ampun.

"Lah itu gue gak tau, yang gue tau itu pastinya bukan anak sekolah gue karna mereka gak bakal berani berurusan sama gue dan berandalan yang lainnya. Kalau dari musuh musuh gue gak mungkin juga karna mereka lebih seneng ngajakin tawuran daripada ngasih ancaman ke gue, mereka juga ngerti itu gak guna."

Rani cerita sih dengan maksud siapa tau Mark ada pemikiran gitu siapa yang teror Rani, soalnya nih kalau bisa segera diakhiri saja karna tidak membuahkan hasil.

"Masa Chelsea?"

Gumaman Mark masih mampu di tangkap oleh telinga Rani.

"Gue juga mikir gitu awalnya, tapi gue gak mau suudzon juga."

"Emang dia kirim teror kayak gimana?"

"Isinya sih hampir sama semua intinya suruh jauhan sama lo, keliatannya mah fans lo gak mungkin kan fans gue terus terornya ke gue."

Mark kembali diam dan terlihat berpikir, yang ada dipikirannya hanya Chelsea karna Bella lebih suka main sosmed daripada teror gini.

"Gue yakinnya Chelsea sih."

"Gue gak tau sih gimana sifatnya karna gak kenal, tapi lo mestinya tau secara satu sekolahan dan demen sama lo."

Mereka malah diam sibuk dengan pemikiran masing-masing.

"Dirumah lo gak ada cctv?"

Rani menggeleng, lagian rumahnya gak sebesar punya Mark ngapain ada cctv segala kan gak penting banget itu.

"Tapi Mark yang ngirim itu selalu kurir kata Mama gue, yang nerima selalu Mama."

"Gini aja kalau gitu, besok kan libur tuh tunggu aja kurir nya terus tanyain ke kurir nya siapa pengirimnya."

"Kalau gak mau ngasih tau gimana? Biasanya kan ada kesepakatan gitu kan."

"Bilang aja dalemnya teror pasti dikasih tau."

SMA vs SMKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang