Bagian 7

653 74 11
                                    

"Kak..." memanggil Jongin yang berada di dekatnya. Bersiap untuk membereskan pakaian Luhan yang sebelumnya ia kenakan untuk pergi ke sekolah, namun sayangnya harus berisikan banyak darah di sana.

"Ada apa hmm?" Mendekat ke arah Luhan yang terlihat khawatir di sana. Memegang erat pergelangan tangannya yang masih dibalut perban itu.

"Apa ayah tahu tentang ini?" Jongin terdiam sejenak, namun Jongin juga tidak bisa menutupi hal ini sampai kapanpun. Setidaknya Luhan harus tahu tentang kebenarannya.

"Tuan Yifan tahu. Saat beberapa kali aku menghubunginya dan akhirnya beliau menjawab, aku pun menyampaikan namun tuan masih menghadiri rapat penting" perkataan Jongin membuat Luhan menundukkan kepalanya dan detik berikutnya ia pun mengangkat kepala sambil tersenyum simpul.

"Kak Jongin kenapa terlihat sedih?" Pertanyaan Luhan membuat Jongin tidak bisa berkata apapun. Bahkan kini Jongin sudah meneteskan air matanya karena melihat senyuman Luhan yang seperti malaikat. Benar-benar teduh namun entah mengapa Jongin merasa sakit dan sedih di saat yang bersamaan.

"Luhan, jika ayahmu tidak bisa menemanimu, aku berjanji akan selalu menemanimu"

"Kak...kakak tidak perlu membuat janji yang sewaktu-waktu akan berubah" turun dari tempat tidur dan langsung berjalan keluar dari kamar inapnya. Meninggalkan Jongin yang menatap kepergian Luhan dengan pikiran yang bercabang. Seharusnya Jongin tahu jika Luhan benar-benar sudah rapuh. Bahkan mungkin sudah hancur berkeping-keping.

"Luhan...." segera menyusul Luhan yang sudah berjalan agak jauh di depannya.

"Luhan....ayo kita pergi ke suatu tempat" ajak Jongin saat dirinya sudah menyetarakan langkah dan berjalan di samping Luhan. Namun jawaban Luhan pun hanya gelengan dan membuat Jongin semakin takut.

"Kita pulang saja ya, aku ingin istirahat" sikap Luhan seperti ini hanya membuat Jongin semakin khawatir saja. Jongin tidak mampu menolak, bahkan suara yang harusnya keluar dengan lantang harus tercekat dan berakhir diam.

.

.

.

.

.

"Istirahatlah, tuan Yifan mungkin sebentar lagi pulang" perkataan Jongin hanya Luhan balas dengan anggukan namun entah mengapa Jongin seolah menunggu apa yang ingin Luhan katakan sebentar lagi.

"Tidak apa, kak Jongin istirahatlah juga. Aku yakin kakak kelelahan. Ayah tidak melihatku juga tidak apa-apa, yang terpenting ayah sudah mengetahuinya" kembali tersenyum namun membuat Jongin semakin sakit di dada. Entah harus seperti apa untuk bisa mengerti pikiran Luhan. Bahkan saat ini Luhan seperti acuh dengan sekitar. Hanya berbaring dan memunggunginya.

"Ah ya aku lupa...letakkan saja obatku di atas meja kak, aku rasa obatnya bertambah" selesai mengatakan itu, Luhan semakin meringsuk dalam tidurnya dan Jongin hanya bisa menuruti perkataan Luhan saja. Meletakkan sejumlah obat yang Jongin tahu jumlahnya sangat banyak. Itu semua harus Luhan konsumsi setiap harinya. Bisakah untuk sehat Luhan tidak meminum obat sebanyak ini?

"Selamat tidur" hanya membisikkan kata itu dan Jongin pun keluar kamar Luhan.

Berjalan lemah menuruni anak tangga dan dapat Jongin lihat Yifan sudah duduk sambil meminum vodka kesayangannya. Sungguh membuat Jongin geram, namun apa daya, kembali pada posisinya yang tidak mungkin melawan perintah.

"Bagaimana keadaannya?"

"Tuan muda sedang istirahat, tuan" menyampaikan dengan sopan pada Yifan yang memutar-mutar gelas kaca itu. Jongin yang melihatnya hanya mampu mengumpat di dalam hatinya karena ketidaksukaannya terhadap Yifan.

Ordinary Person [HunHan] | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang