Bagian 15

474 71 12
                                    

Play Mulmednya ^^

.

.

.

.

.

TIN

TIN

TIN

BRAK

Mata Luhan membulat dan kaki itu langsung berlari menuju sumber suara. Luhan lebih dari cukup untuk mengetahui siapa yang menjadi korban. Luhan sudah lebih dari cukup tahu hingga tangan gemetar itu terus saja berlanjut hingga membuat tangisnya pecah.

"SEHUN!!!" Sisa tenaga yang ia miliki ia gunakan untuk menyerukan satu nama yang akhir-akhir ini mengisi hari-harinya. Bahkan satu nama itu sudah selalu ada hingga dirinya berhasil melupakan kenangan buruk yang pernah ia lalui, namun sayangnya kenangan itu harus datang lagi.

Menyeruak hingga membuat dadanya sesak. Kenangan yang sempat terlupakan, kini sekaligus menyakiti hatinya. Sakit, sangat sakit hingga dirinya tidak tahu harus berbuat apa.

"Bangun Sehun...ku mohon buka matamu" menangis dan menyentuh wajah pucat Sehun. Bahkan tangan gemetarnya itu tak henti-hentinya mengusap pipi tirus Sehun. Bukan seperti ini yang Luhan harapkan, bahkan Luhan tidak pernah membayangkannya. Takut, itulah yang Luhan rasakan kini.

"Seseorang tolong panggil ambulance...tolong hiks selamatkan temanku hiks...ku mohon hiks...hiks..." memohon pada semua orang yang ada di sana. Luhan tidak tahu harus apa, namun dirinya mencoba memeluk Sehun yang tidak sadarkan diri dengan darah yang sudah mengotori pakaiannya.

"Ku mo--"

"Lupakan dia!" Ketakutan Luhan semakin menjadi saat tangan besar seseorang menarik lengannya dan membuat Luhan merintih dan terpaksa bangun dari bersimpuhnya dan melepaskan pelukannya. Menangis sejadinya kala dirinya ditarik keluar dari kerumunan itu. Menyesakkan saat melihat dirinya harus meninggalkan Sehun yang tengah tergeletak tak berdaya.

"Tidak!! Luhan harus bersama Sehun...Sehun terluka...Sehun sakit...kumohon yah...kumohon...ayah, Luhan mohon hiks...hiks...hiks..." menangis dan meronta-ronta di sana. Namun tetap saja, tangan itu terus ditarik tanpa peduli Luhan yang berteriak, tanpa peduli Luhan yang menangis, dan tanpa peduli Luhan yang ingin melepaskan diri untuk bisa menemani Sehun.

"Ayah...Luhan mohon...kali ini, untuk terakhir kalinya, Luhan ingin menamani Sehun..." tangis diiringi sirine ambulance yang benar-benar membuat sesak dada. Memilukan hati, namun sayangnya tidak untuk Yifan. Hati yang sudah mati rasa dan entah dapat diperbaiki atau tidak. Hati yang sudah tidak ingat bagaimana itu tangis. Hati yang begitu lupa dengan kasih sayang dan semuanya Yifan layangkan pada Luhan yang sudah benar-benar rapuh.

"Ayah...Luhan mohon untuk kali ini sa--"

"Hentikan! Kau tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Dia yang memisahkanku denganmu dan membuatmu menjadi pembangkang. Ah, apa kau tahu siapa yang melakukan itu pada bocah sialan itu?" Menatap Luhan yang terlihat begitu ketakutan. Tidak, Luhan yakin yang tengan mencengkeramnya dengan amarah yang menyeruak bukanlah ayahnya. Luhan yakin pria yang ada di hadapannya bukanlah ayahnya. Luhan yakin akan ada yang menolongnya, tapi siapa?

Ordinary Person [HunHan] | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang