Terilah senyuman yang begitu indah. Begitu menyejukkan hati hingga seseorang yang saat ini menerima senyuman itu hanya bisa meminta agar senyuman itu tidak pudar dengan cepat. Seseorang itu bahkan tidak menyesal karena telah menunggu begitu lama di bangku taman sekolah. Tidak, dia tidak pernah menyesali hal itu karena malaikatnya pasti akan tiba kepadanya.
"Sehun!" Senyuman itu bahkan sudah semakin mendekat ke arahnya. Bukan hanya senyuman, Sehun juga merindukan orang yang telah mengukir senyuman itu hingga terlihat begitu indah.
"Maafkan aku karena membuat Sehun menunggu lama" oh tidak, senyuman itu berubah menjadi guratan kesedihan, Sehun tidak ingin itu terjadi hingga Sehun pun meminta Luhan untuk duduk di sebelahnya.
"Kemari, Lu" menepuk tempat duduk yang ada di sebelahnya yang memang sengaja Sehun kosongkan hanya untuk malaikat kesukaannya itu. Jujur, Sehun sudah terlalu mengagumi Luhan sejak mereka tinggal bersama.
"Uh..." Sehun memeluk tubuh Luhan yang lebih kecil dari tubuhnya tentunya. Namun Sehun bisa merasakan jika tubuh Luhan terasa begitu pas untuk ia peluk seberapa lamapun itu.
"Aku merindukanmu" berbisik di telinga Luhan yang terlihat bingung di sana.
"Tapi bukankah tadi kita berangkat bersama?"
Luhan memang begitu polos di mata Sehun hingga Sehun sendiri tidak tega jika melihat Luhan tersakiti lagi. Sehun bahkan setiap malam berjanji pada dirinya di depan Luhan yang tertidur pulas. Berjanji untuk melindungi Luhan sampai kapanpun.
"Sehun...Luhan sesak..." karena pelukan yang begitu lama dan kian mengerat, Luhan sedikit memukul bagian punggung Sehun, tidak kuat memang, tapi cukup menyadarkan Sehun dari berbagai macam imajinasi yang mungkin tadi sudah berkembang di dalam pikiran pintarnya.
"Luhan sudah makan?" Entahlah, saat bersama Luhan, Sehun akan selalu memanggil Luhan dengan namanya. Sehun merasa nyaman melakukan itu walau mungkin orang yang mendengarnya akan merasa geli karena satu sama lain atau bahkan diri sendiri memanggil dengan nama.
Pertanyaan Sehun barusan hanya Luhan jawab dengan anggukan singkat dan dengan senyuman yang begitu manis di mata Sehun. Sehun dapat menduga jika hari ini Luhan bahagia, tidak seperti hari-hari lalu yang membuat Luhan seperti tersiksa, tidak hanya Luhan, Sehun yang bersamanya pun juga merasakan keresahan yang luar biasa akibat Luhan yang gelisah di hari lalu.
"Makan bersama Kyungsoo?" Kembali Luhan mengangguk namun sedikit memberengut dan membuat Sehun bingung karenanya.
"Ada apa hmm?" Mengusap pipi Luhan dan membuat Luhan kembali membuka mulutnya untuk sekedar menjelaskan kekesalannya, mungkin.
"Sehun tidak ikut dan entah mengapa Luhan merindukan kak Jongin" kini bahkan mata indah itu sudah menatapnya dengan kesedihan, Sehun tidak sanggup menerima tatapan itu hingga mata Sehun pun menghindari tatapan itu dan memilih menatap pohon-pohon rindang di depannya.
"Sehun..." Luhan hanya bisa memanggil nama itu walau Sehun seolah tidak berniat untuk menatapnya kembali.
"Sehun mau mengantar Luhan bertemu kak Jongin?" Pertanyaan itu membuat Sehun menatap Luhan terkejut. Tidak, Sehun benar-benar tidak ingin Luhan kembali ke tempat yang salah. Sehun tidak ingin Luhan tersakiti kembali.
Sehun hanya diam tanpa menjawab apapun. Raut sedih kembali menghiasi wajah cantik itu dan membuat Sehun tidak sanggup untuk terus mengabaikan apapun yang akan Luhan katakan nanti. Hanya tidak ingin membiarkan butiran-butiran bening jatuh dan membasahi pipi lembut milik malaikatnya itu.
"Sehun marah?" Luhan tidak bodoh untuk tidak mengetahui bagaimana raut wajah Sehun yang begitu tegang sedari tadi, setelah dirinya mengatakan bahwa dirinya merindukan Jongin. Namun saat kekecewaan itu hendak menghampiri, tangan Sehun pun kini sudah mendarat tepat di pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary Person [HunHan] | ✔
FanfictionHidupku bisa dibilang sebagai kisah klise yang pasti semua orang pernah merasakannya, tapi jika boleh aku memohon, bolehkan panggung ini menjadikanku sebagai pemeran utamanya? Aku hanya ingin bahagia tanpa beban berat di punggungku. Egois memang Hun...