Bagian 12

547 68 39
                                    

Play Mulmed ya ^^

.

.

.

No, Luhan tidak mencoba untuk berpikir buruk pada siapapun. Bahkan selama hidupnya Luhan akan selalu berpikir positif dan hanya berakhir menyakiti dirinya sendiri dan akan selalu menyalahkan dirinya sendiri.

Namun entah mengapa, tiap kali Luhan melihat Sehun, tiap kali ia terbangun di tengah malam dengan keringat dingin yang membasahi pelipis serta napas yang terengah, saat itu juga ia teringat akan mimpi mengerikannya. Luhan kembali takut kehilangan sesuatu. Dirinya memilih untuk turun dari tempat tidur dan berjalan keluar. Kebiasaannya yang sempat hilang kini datang lagi karena pikirannya yang begitu dihantui ketakutan hingga menembus hatinya. Sakit namun Luhan tidak mampu mengatakannya. Luhan takut hal yang ia mimpikan benar-benar terjadi.

Kakinya kini bahkan sudah membawanya ke satu tempat. Bukan tempat yang indah seperti ia kunjungi sebelumnya bersama Sehun. Dirinya hanya mengunjungi satu taman yang dulunya sering ia kunjungi bersama ibunya.

"Bunda, Luhan rindu" berbisik dalam gelapnya malam sambil menatap indahnya langit malam yang seolah mencibirnya karena bersedih di malam yang cerah ini.

"Apa bunda tahu, Luhan di sini sudah tidak sanggup lagi...tapi berapa kalipun Luhan mencoba bertemu bunda, Luhan selalu gagal...Luhan ingin bertemu bunda" menangis dalam sepinya malam. Bahkan kini sudah tidak ada yang berlalu lalang. Jalanan begitu sepi dan tidak ada suara rem dan ban yang beradu dengan jalanan. Tidak ada ketukan sepatu yang bertubrukan dengan pijakan. Benar-benar sepi.

"Aku tidak ingin berpisah dengan bunda. Tapi aku yakin bunda pasti bahagia di sana. Aku juga ingin bahagia bersama keluargaku sekarang. Dokter Junmyeon benar-benar baik dan Sehun juga sangat menyayangiku. Tapi aku takut jika ayah tahu maka--"

"Maka apa?" Terkejut bukan main mendengar suara berat itu. Ia tahu betul siapa yang memiliki suara berat nan mengintimidasi itu. Takut, itulah yang Luhan rasakan sekarang. Luhan hanya ingin seseorang menolongnya. Siapapun termasuk Sehun.

"Kau diam?" Pria itu bahkan sudah melangkah dan mendekat ke arahnya. Luhan hanya ingin pergi dari hadapan ayahnya. Luhan takut. Tubuhnya bergetar namun otaknya memaksa kakinya untuk cepat melangkah dan pergi dari sana.

Berlari sekuatnya tanpa peduli dengan teriakan menggema ayahnya yang mungkin akan membangunkan tiap orang yang tengah tertidur di tengah malam. Luhan hanya ingin selamat secepatnya. Luhan tidak ingin kebiasaannya dahulu kembali menghantuinya dan kebiasaan itu yang mungkin akan membuatnya benar pergi dari dunia.

"Anak sialan! Ke manapun kau pergi, aku akan menemukanmu kelinci malang" sepertinya Yifan benar-benar sudah gila. Tadi Luhan sempat mencium aroma menyengat dari tubuh Yifan. Bukan hanya bau alkohol, tapi juga bau rokok yang benar-benar membuat Luhan ingin muntah di saat itu juga.

"Hentikan pelarianmu anak sialan!" Namun Luhan masih tetap berlari dan mencoba mengabaikan teriakan menyesakkan itu. Kakinya berlari, tatapannya terus menuju ke arah depan. Ia hanya ingin sampai di rumah dengan selamat. Sebentar lagi, sebentar lagi Luhan sampai. Tinggal beberapa meter lagi.

'Hah...hah...ku mohon...ku mohon...' memohon dan jarak pun semakin terkikis. Beruntung ayahnya dalam keadaan mabuk hingga larinya masih lebih cepat dari gerak ayahnya yang terkadang tumbang di tengah jalan.

BRAK

CKLEK

Pintu ia buka kasar dan langsung ia kunci. Luhan takut. Tidak ada orang dewasa di rumah saat ini. Dokter Junmyeon bahkan masih berada di rumah sakit dan mungkin besok pagi baru akan pulang dengan wajah yang lesu dan lelah. Hanya ada dirinya dan Sehun yang mungkin masih tertidur.

Ordinary Person [HunHan] | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang