Bagian 2

1K 118 39
                                    

Tiba di ruang kesehatan dan di saat itulah Luhan sudah tidak sanggup lagi dengan rasa pusing dan mual yang mendera. Luhan pun tidak sadarkan diri tepat di pintu masuk ruang kesehatan. Bersyukur tubuh Luhan masih dipapah oleh Kyungsoo sehingga tubuhnya pun masih dijaga dengan baik oleh Kyungsoo.

"Luhan..." melihat wajah Luhan yang semakin memucat dan tubuh yang memanas. Tanpa Kyungsoo tanyakan pun ia sudah tahu penyebab Luhan seperti ini di hari pertama mereka pisah kelas.

"Orang-orang sialan itu"

"Di mana Luhan?!" Tiba-tiba suara seseorang terdengar dan sedikit mengejutkan Kyungsoo yang duduk menunggu Luhan sadarkan diri.

"Ayah Luhan?" Namun pertanyaan Kyungsoo sama sekali tidak dijawab oleh Yifan. Yifan langsung membawa Luhan ke pelukannya dan tentunya membawa Luhan ke gendongannya. Membawa tubuh mungil itu dalam dekapannya.

Mengabaikan Kyungsoo yang perlu penjelasan lebih, namun sayangnya orang yang harus menjelaskan sudah berjalan keluar dari ruang kesehatan.

"Apa benar dia ayah Luhan?" Kyungsoo memang belum pernah melihat ayah Luhan, Luhan selalu mengatakan bahwa ayahnya begitu sibuk dengan pekerjaan dan begitu gila dengan pekerjaannya. Sama dengan ayahnya yang juga pebisnis namun selalu menyempatkan diri bercengkeraman dengan keluarga. Namun dari cerita Luhan, Kyungsoo tidak yakin jika itu ayah Luhan. Kenapa? Karena terlihat begitu khawatir dan begitu menyayangi Luhan. Tidak seperti cerita Luhan. Sangat berbeda jauh.

"Ayahku selalu sibuk dengan pekerjaannya" mengingat itu, mengingat raut wajah sedih dan kesepian Luhan, membuat hati Kyungsoo ikut merasakan kesedihan Luhan. Sejak saat itu, Kyungsoo selalu membawa Luhan ke rumahnya dengan tujuan untuk bisa merasakan bagaimana memiliki keluarga yang utuh.

Kyungsoo sudah bersama Luhan sejak bunda Luhan pergi ke tempat yang begitu jauh. Kyungsoo bahkan terlalu paham bagaimana perasaan Luhan yang kala itu akan melangsungkan sebuah pesta ulang tahun bundanya sendiri.

Sebelum kejadian mengerikan itu, Luhan selalu bercerita begitu semangatnya tentang persiapan ulang tahun bundanya yang mana akan dilakukan di luar rumahnya. Bahkan Luhan sudah menyiapkan hadiah sederhana namun amat berkesan bagi Luhan. Sebuah kalung sederhana yang berliontin kecil berbentuk bulat. Namun naas, semuanya harus Luhan kubur dalam-dalam. Semuanya harus pergi di malam itu, semuanya termasuk kebahagiaannya.

.

.

.

.

.

"Bagaimana keadaannya?" Suara berat dan menusuk itu terdengar dan membuat sang dokter menghela napasnya.

"Aku yakin yang selalu kau lakukan hanya bertanya padanya tentang meminum obat. Itu yang selalu kau lakukan setiap saat"

"Apa aku salah? Aku peduli padanya!" Suaranya menggema akibat kemarahan yang sudah sampai di titik puncak.

"Aku tidak berhak memberimu ceramah, yang tahu adalah kau sebagai ayahnya. Kau pasti tahu bagaimana perasaan anakmu sendiri. Jaga dia dengan baik. Luhan perlu kasih sayang darimu"

"Aku sudah melakukannya" masih keras kepala dan membuat pria itu menghela napasnya kembali. Sulit memang berbicara dengan orang yang sudah menutup hatinya rapat-rapat.

"Sudahlah. Satu pesanku, jaga dia dengan baik" pria itu, Dokter Junmyeon pun pergi meninggalkan Yifan. Memberikan waktu untuk seorang ayah yang menyaksikan anaknya terluka karena kehilangan bundanya, sang istri.

"...nda..." suara lirih Luhan membuat Yifan tak sanggup berada dekat dengan Luhan. Yifan memilih meninggalkan anaknya sendiri dalam ketakutannya.

"Bunda...hiks...hiks..." bahkan dalam ketidaksadarannya, Luhan selalu menangis. Begitu menyakitkan dan menyayat hati jika kita mendengarnya, namun sayang Yifan memilih menutup telinganya dan pergi begitu saja.

Ordinary Person [HunHan] | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang