Play mulmed ya ^^
.
.
.
.
"Luhan aku harus membeli sesuatu, tunggulah aku di sini hmm?" Mendudukkan Luhan di sebuah bangku taman yang tidak jauh dari toko tempat Sehun akan membeli sesuatu.
"Baiklah Sehun, Luhan akan menunggu Sehun di sini" tersenyum pada Sehun yang juga ikut tersenyum. Sehun pun segera menuju toko yang sempat ia kunjungi juga bersama Luhan. Sehun yakin buku catatan yang pernah ia berikan mungkin sudah habis kini.
Tiap langkah yang ia jalani, dirinya akan selalu tersenyum dan membayangkan bagaimana Luhan yang duduk di bangku taman dan menungu dirinya. Membayangkan Luhan menikmati sore hari yang sejuk dengan senyuman yang terlukis begitu cantik di wajah Luhan.
Semakin dirinya membayangkan, maka semakin cepat pula langkah yang ia lakukan. Takut jika Luhan menunggu lama dan akan membuat Luhan khawatir. Sehun meminta Luhan menunggu hanya karena Sehun ingin memberikan sebuah kejutan walau tidak terlalu mahal memang, namun Sehun hanya ingin menyenangkan hati Luhan. Senangnya Luhan akan membuat dirinya bahagia juga. Sesederhana itu memang, namun tidak ada yang tahu bagaimana rasa itu jika tidak merasakannya sendiri.
"Ah ini dia" tersenyum menatap satu buku dengan gambar pohon pinus itu. Sungguh menyejukkan mata dan tak lupa Sehun juga mengambil beberapa pena untuk diberikan pada Luhan tentunya.
Selesai dengan pilihannya, tentu sekarang tugas Sehun adalah membayar dan kemudian kembali kepada Luhan yang masih menunggunya.
Senyum semakin mengembang dan jinjingan di tangannya pun ia bawa dengan hati-hati. Kadang matanya akan melirik sekilas pada isi jinjingan yang ia bawa dan semakin membuatnya tersenyum. Tidak sabar melihat bagaimana reaksi Luhan jika dirinya memberi hadiah yang cukup sederhana ini.
"Sepertinya harimu benar-benar menyenangkan, tuan Sehun" langkahnya terhenti tepat di depan orang dewasa dengan tubuh jangkung itu. Sedikit mengerutkan alisnya dan mengingat siapa gerangan orang yang berdiri dengan angkuhnya di depannya dan dengan berani menghentikan langkahnya menuju Luhan.
"Ah, kau tidak tahu siapa aku?" Berbicara begitu angkuh hingga membuat Sehun memutar bola matanya malas dan sedikit berdecak kesal di sana. Sungguh, waktunya harus terbuang untuk meladeni pria kurang waras yang mengoceh padanya.
"Yifan. Ayah Luhan" saat mendengar nama itu, Sehun sedikit terkejut namun dirinya masih bisa menutupi rasa terkejutnya itu dengan tatapan dingin menusukkan itu. Sehun sudah biasa menghadapi orang dewasa. Bahkam orang dewasa tidak berakal seperti orang di depannya ini, Sehun akan lebih dingin lagi.
"Oh aku sempat berpikir kau pria gila" tidak penting berhadapan dengan Yifan dan Sehun memilih kembali melangkahkan kakinya. Mengabaikan tatapan marah seorang Yifan dan sedikit berdecak kala dirinya sukses melewati pria jangkung itu.
"Ck. Ayah Brengsek" mengumpat pada Yifan yang tentunya terdengar jelas di telinga Yifan karena terbukti dengan wajah memerah menahan amarah dan tangannya juga mengepal kuat. Setidaknya dirinya tidak boleh melayangkan tinjuannya pada seorang remaja yang baru saja berkata kasar padanya di depan umum. Setidaknya dirinya harus menahannya entah sampai kapan.
"Tunggu saja, aku akan menyiapkan hadiah terbaik untukmu"
.
.
.
.
.
"Lama menunggu?" Luhan menggeleng dengan senyuman yang masih terukir. Sungguh Sehun terkadang tidak habis pikir di mana Luhan meletakkan kesedihannya, atau mungkin Luhan menutupi kesedihannya dengan senyuman manisnya? Sehun hanya tidak ingin yang kedua itu menjadi alasan sebenarnya senyuman Luhan selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary Person [HunHan] | ✔
FanfictionHidupku bisa dibilang sebagai kisah klise yang pasti semua orang pernah merasakannya, tapi jika boleh aku memohon, bolehkan panggung ini menjadikanku sebagai pemeran utamanya? Aku hanya ingin bahagia tanpa beban berat di punggungku. Egois memang Hun...