Aku begitu merindukanmu. Bagaimanapun seharusnya aku cukup bersyukur dengan kembalinya dirimu, namun aku cukup serakah dan terus saja meminta agar dirimu selalu di sampingku dan yang ada di pikiranmu hanya diriku. Namun kemudian aku menyadari bahwa permintaanku cukup sulit untuk dilakukan. Aku berpikir jika permintaanku cukup sulit untuk sekedar dikabulkan hingga kau melupakan segalanya.
Jantungku seolah berhenti berdetak kala kau bertanya siapa aku. Kakiku begitu lemas saat kau menatapku dengan tatapan yang berbeda dari sebelumnya. Aku tahu itu bukan salahmu, namun apa yang bisa aku lakukan? Aku hanya bisa menyalahkan diri sendiri agar tidak berujung menyalahkanmu.
Bahkan, saat kau keluar dari tempat yang cukup kau tidak sukai, kau masih saja bersikap canggung padaku. Ketika kau diminta tinggal bersama, matamu mengatakan seolah tidak menginginkannya. Senyummu luntur dan rasa takutmu bahkan semakin terlihat.
Aku berusaha, sedikit demi sedikit mendekatimu lagi. Tanpa harus membuatmu takut dan mengingat kejadian lalu yang membuatmu terluka. Semakin hari, akhirnya aku bisa melihat bagaimana senyummu terlihat, walau senyum itu masih terlihat kaku untuk kau perlihatkan padaku, tapi tak apa, aku bersyukur dengan hal itu. Namun, walau kau tersenyum, aku tahu sakit yang masih kau simpan dan aku tahu terkadang kau merasa ketakutan dalam gelapnya malam.
.
.
.
.
.
"Ada apa Lu?" Sehun mendekat dan duduk di sebelah Luhan yang tampak cukup khawatir sekarang. Luhan memang sudah keluar dari rumah sakit dan Luhan juga bersedia untuk tinggal bersama Sehun. Walau awalnya sulit untuk membujuk Luhan, namun pada akhirnya Luhan bersedia karena Luhan tidak tahu harus pergi ke mana.
"Ti-tidak ada, kak...Luhan hanya--"
"Luhan, sudah aku katakan beberapa kali, jangan memanggilku seperti itu. Kita sebaya, Lu" mengusap pucuk kepala Luhan yang terlihat terkejut dengan perlakuan Sehun. Tentu Sehun tahu hal itu dan tak lama kemudian Sehun pun menarik tangannya kembali.
"Maafkan Luhan..." menundukkan kepalanya dan Sehun hanya bisa menatap Luhan yang terlihat sedih karena perkataannya barusan.
"Emm Lu, sejak kau keluar dari rumah sakit, sepertinya kau selalu melamun, apa ada yang kau pikirkan? Katakan saja padaku hmm...aku akan melakukan apapun untukmu" Sehun tersenyum dan detik berikutnya Luhan pun mendongakkan kepalanya dengan senyum yang cukup manis. Setidaknya Sehun bisa melihat senyum itu lagi setelah beberapa lama tidak Luhan tunjukkan.
"Benarkah?" Sehun mengangguk dan hal itu membuat Luhan tertawa kecil. Kali ini Luhan benar-benar seperti anak kecil yang akan diberikan hadiah dan imbalan apapun.
"Katakan saja padaku, apapun itu"
"Luhan ingin ke taman bermain. Luhan ingin memakai hiasan kepala berbentuk kucing dan kak Sehun akan mengenakan hiasan berbentuk anjing...kita akan naik banyak wahana di sana. Kak Sehun mau kan mengantar Luhan?" Terlihat lebih antusias dari sebelumnya dan itu membuat Sehun tersenyum di sana. Anggapan Sehun, mungkin Luhan sedikit lebih aktif dari sebelumnya.
"Tapi Luhan berjanji kan setelahnya akan rajin menemui dokter?" Namun detik berikutnya bibir Luhan melengkuk ke bawah. Sehun tahu Luhan tidak menyukai pertanyaan itu, tapi bagaimanapun juga, Sehun ingin Luhannya segera sembuh. Sehun ingin Luhannya seperti dulu yang tidak melupakannya.
"Luhan tidak mau! Dokter itu menyebalkan...kemarin saja dia hanya bertanya hal-hal yang membosankan dan Luhan benar-benar bosan menunggu kak Sehun datang" memang benar ketika Sehun mengantar Luhan, Sehun akan menunggu di luar dan terkadang Sehun akan mengunjungi café yang ada di dekat sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary Person [HunHan] | ✔
FanfictionHidupku bisa dibilang sebagai kisah klise yang pasti semua orang pernah merasakannya, tapi jika boleh aku memohon, bolehkan panggung ini menjadikanku sebagai pemeran utamanya? Aku hanya ingin bahagia tanpa beban berat di punggungku. Egois memang Hun...