Hari telah berlalu sejak kejadian yang menyesakkan hati, namun hari yang berlalu tidak membuat Sehun melupakan banyak penyesalan yang ia rasakan. Tiap waktu yang ia lewati, penyesalannya pun semakin menjadi hingga dirinya hanya terus mengucapkan satu kata tiap dirinya bersama Luhan.
Operasi memang berjalan lancar, namun Luhan masih belum ingin membuka matanya. Luhan masih ingin ada di dunia mimpi yang mungkin lebih indah dari kenyataan. Dunia yang benar-benar Luhan buat sendiri dan mungkin lebih membuatnya bahagia.
"Sehun, setidaknya kau harus mengisi tenagamu. Kami tidak ingin kau jatuh sakit" Kyungsoo sungguh khawatir dengan keadaan Luhan, tapi di sini Kyungsoo juga khawatir dengan keadaan Sehun yang selalu mengabaikan Kyungsoo dan selalu mengabaikan waktu makannya.
Sepanjang waktu hanya memandang Luhan dari balik kaca tempat Luhan dirawat. Banyak luka yang sudah ditutupi dengan kasa steril, namun tetap saja ada beberapa lebam yang masih dapat Sehun lihat dengan jelas walau hanya memperhatikan dari balik dinding kaca itu. Wajah pucatnya bahkan sudah semakin pucat saat mengetahui Luhan tidak akan sadar dalam waktu dekat. Kondisi yang sempat memburuk dan luka yang begitu banyak. Ditambah bukan hanya luka fisik yang Luhan miliki, tapi luka batinnya yang Sehun yakin amat sulit untuk disembuhkan walau waktu terus berjalan.
Tapi, Sehun masih bisa bersyukur, Luhan masih bisa ia selamatkan. Sehun amat bersyukur Luhannya masih bernapas hingga saat ini dan Sehun bersyukur dirinya tidak melihat wajah bajingan yang telah melukai Luhan dan sialnya bajingan itu adalah ayah biologis Luhan.
"Bagaimana keadaannya?" Walau tidak begitu jelas, namun Sehun masih bisa mencuri dengar percakapan ayahnya dengan dokter yang menangani Luhan. Sehun mendengar bagaimana kondisi Luhan yang sebelumnya belum ada perkembangan tetapi untuk hari ini, Sehun bisa bernapas lega, setidaknya keadaan Luhan lebih baik dari sebelumnya. Setidaknya ada perkembangan yang terjadi. Namun, Sehun juga mendengar bagaimana Luhan yang harus segera dibawa untuk terapi psikisnya. Karena melihat begitu banyak luka dan karena ayahnya mengatakan bagaimana Luhan hingga seperti saat ini, maka dokter itu menyarankan hal itu demi kebaikan Luhan.
"Aku tahu, pasti sangat sulit untuk anak itu. Anak itu sudah berjuang sampai saat ini" Sehun kembali memejamkan matanya. Mengingat bagaimana Luhan yang masih bisa tersenyum, mengingat bagaimana Luhan yang tidak pernah membantah ayahnya, dan mengingat bagaimana Luhan yang berakhir seperti saat ini. Sehun menyesal tidak menjaga Luhan dengan baik.
"--memanggil polisi untuk kasus seperti ini mungkin tidak cukup membantu. Tapi mungkin suatu saat nanti, ayahnya akan menerima hukuman atas yang telah diperbuat" bagaimanapun, Junmyeon hanya bisa membenarkan perkataan rekannya itu. Junmyeon juga tidak berharap banyak atas kesadaran pikiran Yifan. Sudah terlalu jauh untuk diraih, seakan sudah begitu mustahil untuk menyadarkan Yifan dengan perkataan saja. Bahkan saat dirinya melayangkan banyak pukulan pada Yifan, sahabatnya itu sama sekali tidak berubah. Tidak sekalipun ada penyesalan di hatinya hingga Junmyeon memilih untuk menyerah. Sadar akan dirinya yang seorang sahabat dan sadar akan dirinya yang seorang dokter, maka Junmyeon menyudahi pertengkaran yang Junmyeon tahu akan sulit berujung.
"Yah, aku menyesal karena tidak bisa mencegahnya lebih awal" rekannya hanya bisa menepuk bahunya sebagai penyemangat. Tidak ada yang bisa disalahkan, sebagai seorang dokter, tugasnya hanya melakukan yang terbaik untuk pasiennya.
"Kau tidak perlu khawatir, Luhan ada dalam pengawasan kami. Dia aman di sini" tersenyum dan membuat Junmyeon mengangguk dan kemudian rekan kerjanya itu pun beralih undur diri. Sementara Junmyeon kini mendekat ke arah anaknya yang masih duduk menatap Luhan yang terbaring dengan alat bantu napas di sana.
"Luhan pasti akan baik-baik saja. Kau juga jaga dirimu. Ayo ikut aku, kita makan sekarang" hendak menolak, namun Junmyeon lebih dahulu menarik lengan anaknya. Junmyeon tahu, Sehun tidak akan menerima ajakannya, namun Junmyeon juga tidak menerima penolakan. Dirinya tidak ingin menambah pasien untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary Person [HunHan] | ✔
FanfictionHidupku bisa dibilang sebagai kisah klise yang pasti semua orang pernah merasakannya, tapi jika boleh aku memohon, bolehkan panggung ini menjadikanku sebagai pemeran utamanya? Aku hanya ingin bahagia tanpa beban berat di punggungku. Egois memang Hun...