2. Ospek.

16.5K 1.8K 55
                                    

"Lu dimana?"

"Gue di depan gedung auditorium"

"Iya gue tau, dekat mana nya?"

"Dekat tiang yang gede, pake baju putih rok hitam"

"Iya gue tau Anjani Embun Pertiwi masalah nya bukan lu doang yang make tu baju, ribuan nama nya juga lagi ospek"

"Santuy jan ngegas"

"Bacot lu ah"

Anjani tertawa dan mematikan sambungan telepon Vania, dari tempat nya berdiri Anjani dapat melihat Vania yang celinguk-celinguk kebingungan mencari keberadaan nya.

"Woi sini"

Anjani berteriak, yang berhasil membuat Vania menoleh tidak hanya Vania tetapi juga maba-maba yang lain. Bagaimana tidak teriakan Anjani mirip seperti suara banci yang marah karena tidak terima di panggil banci.

"Suara lo gede banget anjir"

Anjani hanya membalas dengan cengiran kuda. Ngomong-ngomong entah bagaiman cerita nya Anjani dan Vania berada di gugus yang sama, yang tentu itu membuat mereka berdua senang bukan kepalang.

Semua mahasiswa baru sudah memasuki auditorium karena acara formal akan segera di mulai, tidak main-main karena tamu undanganya adalah bapak wakil presiden.

Ospek kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelum nya, karena tidak ada yang mana nya penindasan atau pun kekerasan yang biasa dilakukan senior kepada para junior seperti tahun-tahun yang lalu, ini semua karena banyak nya kasus-kasus kekerasan yang telah terjadi bahkan sampai ada yang meninggal dunia. Yah meski masih ada senior yang ngebentak-bantak sedikit.

Beberapa jam berlalu hingga kini memasuki bagian game dengan tantangan siapa yang salah bakal maju ke atas podium.

Jantung Anjani dag-dig-dug ia takut kena hukuman, berbeda dengan Vania yang santai-santai saja bahkan dia sampai ngomong "ngak papa deh gue kena semoga aja hukuman nya nembak senior gua mau nembak Presma nya biar gua tenar"

Ajaib memang wanita satu itu tapi sekaligus aneh. Game nya tidak susah, sebuah lagu di putar dan setelahnya tangan dikepal kan lalu di naik turunkan keatas dan saat lagu nya berhenti seorang senior akan bilang atas dan bagi tangan nya yang dibawah akan kena hukuman.

Lagu milik PSY yang berjudul daddy di putar, Anjani senang bukan main karena lagu ini diputar, semua nya kompak dengan tangan di atas terlebih dahulu lagu terus berputar sampai sang senior berkata.

"BAWAH!"

Lagu berhenti, sunyi para senior berpencar mencari siapa yang salah. Dan Anjani bersumpah untuk menenggelamkan diri nya di pulau Nusa Kambangan saja.

"Ya kamu yang rambut dikuncir kuda maju kedepan"

Senior itu memegang pundak Anjani menyuruh ia untuk maju kedepan karena hanya ia seorang diri yang gempalan tangan nya di atas kepala.

Mati gue mati ajalah, mau ditaro kamana wajah gue yang buluk ini.

"Mampus lo, habis ini tenar dah lo ngak jadi gue" Ejek Vania dengan wajah puas nya.

Anjani berjalan keatas podium utama dengan beribu-beribu pasang mata yang tertuju kepadanya. Rasa nya sumpah malu sekali. Orang-orang semua bertepuk tangan dan tertawa. Wajah Anjani panik bercampur malu.

"Wah baru sekali main langsung dapat mangsa ya"

"Nama nya siapa dek? Dan dari jurusan/prodi apa?"

Senior itu bertanya dan menyodor kan mic ketangan Anjani. Dengan tangan berkeringat ia menerima mic itu. Kerongkongan nya kering, lalu mata nya mengitari seluruh audutorium.

Kuliah [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang