20. Misi Rahasia.

7.5K 924 49
                                    

Anjani duduk manis di bawah pohon besar depan gedung fakultas yang sengaja diletakkan kursi besi panjang dibawah nya. UTS terakhir telah selesai satu jam yang lalu senang, lega, namun juga cemas hinggap di perasaan Anjani. Lega karena satu beban telah terlaksana, tapi juga cemas memikir kan bagaimana hasil nya nanti. Tapi Anjani yakin jika ia sudah melakukan yang terbaik dengan ujian nya.

Sudah satu minggu Anjani tidak bertemu dengan Jefri atas permintaan Anjani sendiri, itu semua agar mereka bisa fokus belajar dengan ujian masing-masing.

Mereka hanya bertukar kabar melalui WhatsApp dan sekali-sekali melakukan vidiocall. Saling memberi semangat, bertukar kabar masing-masing, juga Anjani yang bertanya seputar pelajaran dunia kedokteran dengan Jefri.

Belum ada seorang pun yang tau tentang hubungan mereka berdua, Anjani ingin memberi tahu Vania tapi tadi Vania buru-buru pulang karena ada acara keluarga.

Lagu Bitterlove-Ardhito Pramono mengalun indah dari headset yang Anjani pakai. Semilir angin menerpa wajah dan rambut, suasana yang menenang kan. Memperhatikan mahasiswa yang berlalu lalang, petugas kebersihan yang sedang menyapu pekarangan kampus, atau sekedar memandangi langit Jakarta yang terlihat biru.

Saat lagu berganti judul seseorang menepuk pundak Anjani, dengan cepat ia melepas kan headset dan memasukkan nya kembali kedalam tas sandang yang ia kenakan.

"Oh, Sudah selesai?" Tanya Anjani lalu berdiri.

Narendra menganggukkan kepala nya. Setelah ujian berakhir Narendra menyuruh Anjani menunggu nya sebentar di depan fakultas, Narendra ingin mengajak Anjani bertemu ketiga teman nya yang juga bergabung mengurus dunia Neverland.

"Yok berangkat sekarang mereka udah nunggu di kedai kopi" ajak Narendra setelah membaca chat salah dari teman nya.

Anjani menganggukkan kepala nya, mereka berjalan beriringan menuju parkiran sambil membahas kembali soal ujian terakhir tadi. Ini kali kedua Anjani menaiki jamila—Vespa kuning Narendra. Sungguh menyenang kan bisa menaiki salah satu kendaraan antik ini.

Narendra memarkirkan jamila—di depan kedai kopi. Ada banyak mahasiswa yang datang kesini. Suara dentingan pintu khas dari kedai ini saat mereka masuk menyambut indra pendengaran, Anjani mengedarkan pandangan nya menebak kira-kira dimana teman yang Narendra maksud berada.

Tebakan Anjani jatuh kepada tiga laki-laki yang sedang bergurau ria di dekat meja menghadap jendela samping. Dan tebakan Anjani benar saat Narendra membawa nya ke meja itu.

"Woi brooo" sapa salah satu dari mereka saat melihat Anjani dan Narendra tiba, laki-laki dengan postur tinggi yang hampir sama dengan Narendra dan memiliki kulit hitam manis.

Mereka berempat saling sapa ala anak laki-laki. Anjani tersenyum dapat di lihat seberapa dekat hubungan pertemanan mereka.

"Ini Anjani yang gue bilang kemarin, yang baru gabung sama kita" ucap Narendra.

Mereka bertika tersenyum melihat Anjani, rasa nya senang sekali memiliki anggota baru.

"Ecan Ageng Suganda panggil Ecan aja, Teknik Elektro"

"Anjani Embun Pertiwi, ilmu kesehatan anak"

"Lah satu fakultas sama Nana?" Ucap mereka bertiga serentak. Anjani tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Satu kelas juga"

"Jeno Akhiryan, Teknik Sipil"

"Anjani"

"Rendy Kurniawan, Psikologi"

"Anjani"

Setelah berkenalan mereka berbincang-bincang, perut Anjani terasa keram karena mendengar candaan mereka terlebih dengan yang nama nya Ecan, dia tidak henti-henti nya mengeluarkan candaan. Anjani sudah dapat menilai karakter mereka bertiga di pertemuan pertama ini.

Kuliah [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang