7. Besi tua.

10K 1.4K 71
                                    

Anjani rebahan di ruang TV sembari menonton siaran Upin&Ipin yang sudah berapa kali ditayang kan tapi tidak pernah ada rasa bosan untuk terus menonton nya. Anjani memang pecinta kartun dengan karakter berkepala pelontos itu bahkan ia punya boneka besar upin&ipin hadiah dari abang Guntur saat ulang tahun ke-17.

Dirumah hanya ada ia sendiri, ibuk dan bapak pergi mengantar pesanan catering dan Abang pergi mengurus perlengkapan pernikahan dengan si calon, jadi lah tinggal Anjani seorang diri dengan keadaan belum mandi meski sudah menunjukan jam sepuluh pagi.

"Yah habis deh" rutuk Anjani saat siaran itu berganti ke cerita legenda.

Anjani mematikan TV dan beranjak ke kamar. Hari ini adalah hari minggu dan Anjani tidak memiliki kegiatan apapun selain rebahan sambil bermain ponsel, bahkan mandi saja ia tidak. Karena terlalu suntuk Anjani memutus kan untuk pergi ke Gramedia melihat-lihat novel, ia mengambil handuk yang tergantung di paku belakang pintu lalu beranjak ke kamar mandi.

Setelah siap semua nya Anjani memesan ojek online setelah menelepon bapak meminta izin jika ia ingin pergi keluar sebentar. Di dalam Gramedia Anjani berkeliling sekitar satu jam dan membeli dua novel.

"Sedih amat hidup gue apa-apa sendiri nasip jomblo gini amat" Guman Anjani setelah keluar dari toko buku tersebut. Ia berpikir apakah langsung pulang kerumah atau mampir ke tempat lain.

Mata Anjani melirik cafe di sebrang jalan, akhir nya ia memutus kan untuk mampir mau duduk-duduk dengan segelas ice cream sambil membaca novel yang barusan ia beli.

Setelah menyebrang di bantu oleh seorang petugas satpam Anjani masuk kedalam cafe. Cuaca panas seperti sekarang ini memang ice cream menjadi pilihan terbaik. Suasana cafe tidak terlalu ramai hanya ada sepasang kekasih dan enam orang pemuda laki-laki yang sedang asik mengobrol ria.

Spot duduk di sudut dekat kaca menghadap ke jalanan memang menjadi tampat yang sangat pas. Anjani melepas topi dan masker yang ia gunakan, ice cream rasa matcha memang moodbooster untuk seorang Anjani.

Dan tanpa Anjani sadari salah satu dari enam pemuda di dalam cafe ini tengah memperhatikan nya bahkan sejak ia masuk kedalam cafe, lengkap dengan seutas senyuman manis milik nya. Ia senang melihat berbagai perubahan ekspresi wajah Anjani ketika membaca novel yang entah apa judul nya itu, yang kadang memasang wajah datar dan sesekali tersenyum seperti orang jatuh cinta. Lucu.

Anjani menaruh novel yang sudah setengah ia baca lalu memakan pesanan ice cream kedua nya. Tidak terasa sudah satu jam lebih ia berada disini. Anjani melirik jalanan luar yang masih terlihat padat karena sampai kapan pun jalanan Jakarta tidak pernah akan sepi selalu ramai, tapi itu menarik karena Jakarta tidak akan merasakan apa itu yang nama nya kesepian. Kesepian itu adalah rasa yang menyedihkan.

Yang nama nya cuaca memang tidak pernah di tebak, yang tadi nya terasa sangat panas namun beberapa saat kemudian bisa saja berubah menjadi mendung san siap menurun kan hujan badai. Ya contoh nya seperti sekarang ini langit sore Jakarta mendadak berwarna kelabu.

Anjani bergegas merapikan barang-barang nya kedalam tas, ia memasang kembali topi berwarna putih tapi tidak dengan masker yang ia lepas tadi. Ia harus bergegas pulang sebelum hujan turun dan menahan nya untuk berada disini lebih lama.

"Anjani?"

Baru saja Anjani akan membuka aplikasi ojek online, seseorang memanggil nama nya dari suara nya terdengar tidak asing.

"Lho kak Jefri?"

Jefri berjalan mendekati Anjani yang memasang wajah keget.

"Habis dari mana?" Tanya Jefri santai.

"Habis makan ice cream di dalam" tunjuk Anjani ke cafe di belakang mereka.

Jefri mengangguk-angguk kan kepala nya.

"Kakak dari mana?"

"Mau ke cafe ini juga ngumpul sama temen, tapi pada ngak bisa semua"

"Oh begitu kak"

Kedua nya terdiam.

"Mau pulang ya?"

"Iya kak, ini mau pesan ojek online bentar lagi mau hujan"

"Ngak usah di pesan"

"Lah kenapa?"

"Pulang sama kakak aja"

"Beneran ini kak? Saya ngak enak, setiap ketemu sama kakak nyusahin terus"

"Nggak nyusahin santai aja, ayo buruan nanti keburu hujan nya turun.

Mereka berdua berjalan ke basement parkir di bawah cafe. Mata Anjani menyipit saat melihat Jefri berjalan ke arah motor Vespa berwarna merah maron. Perasaan kemarin motor Jefri yang Anjani tumpangi jenis motor trail sekarang berubah jadi Vespa.

Dan Anjani juga baru sadar jika Jefri tidak menyebut dirinya dengan sebutan "Gue" tapi "kakak".

Jefri menyerah kan helm ke Anjani.

"Kenapa ngak suka ya naik Vespa?" Tanya Jefri hati-hati.

"Gilaaaa! Kenapa nggak suka, justru dari dulu banget kak aku kepengen naik Vespa tapi orang rumah sama teman-teman aku ngak ada yang punya"

Jefri tersenyum senang karena berhasil mewujud kan impian sederhana Anjani.

Braaaaatakatakatak!

Bunyi khas dari kendaraan besi tua itu membahana saat Jefri menghidupkan nya. Tawa Anjani pecah.

"Ih lucu banget sih bunyi nya" ujar Anjani lalu duduk di kursi penumpang.

Jefri kembali tersenyum menampakkan dimple maut nya. Di saat wanita lain merasa risih dengan bunyi dan asap dari motor ini Anjani malah tertawa kesenangan di buat nya.

Lagi langit sore menjadi saksi bagaimana bahagia nya seorang Jefri Laut Wirantara saat kembali membonceng wanita selain bunda. Kebahagiaan Jefri semakin bertambah saat Anjani memegang kedua sisi baju kaos nya ia kenakan. Jegri merasa senang meski ini bukan sebuah pelukan. Ingin rasa nya Jefri berdoa agar jalanan Jakarta lebih terasa macet saat ia membonceng Anjani agar waktu yang ia rasakan terasa lebih lama.

"Makasih ya kak udah nganterin aku, maaf ngerepotin kakak" ucap Anjani sambil menyerah kan kembali helm.

"Iya sama-sama, udah kakak bilang nggak ngerepotin kok"

"Hati-hati dijalan ya kak, kalo nanti di perjalanan hujan berteduh aja dulu"

"Iya Anjani"

Hati Anjani entah mengapa terasa damai saat mendengar seorang Jefri memanggil nama nya.

Anjani melambai kan tangan nya saat Jefri melajukan Vespa itu kembali. Setelah melihat Jefri berbelok kelorong selanjut nya.

"Aaaaaaaaaaa!"

Teriak Anjani dan menghentak-hentak kan kaki nya dengan kedua tangan menggepal di dada. Ia berjalan kegirangan ke arah pagar rumah. Kebahagiaan yang sedari tadi ia sembunyikan selama di perjalanan pulang.

Dasar pemuda-pemudi yang sedang mabuk asmara.

—-

Flashback waktu di cafe sore tadi.

"Titan lo bawa Vespa kan kesini tadi?" Tanya Jefri saat mereka tiba di basement.

"Ho'oh kenapa?"

"Lo bawah mobil gue ya, gue bawa motor lu"

"Lah kenapa?" Tanya Titan bingung masa iya Jefri mau menukar mobil mewah nya dengan Vespa tua milik Titan.

"Pinjam bentar besok gue balikin dengan bensin yang full" Jefri lalu mengambil kunci Vespa ditangan Titan lalu menukar nya dengan kunci mobil milik nya.

Entah apa yang akan Jefri lakukan dengan motor Vespa nya Titan tidak tau. Yang penting sahabat nya itu merasa senang.

"Kalian pulang duluan aja, barang gue ada yang ketinggalan di dalam" dan Jefri kembali lagi ke cafe bukan karena ada barang nya yang ketinggalan tapi menjumpai seorang Anjani untuk ia antar pulang dengan Vespa berbesi tua tersebut.



—-
Ily

Kuliah [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang