sembilan.

1.8K 297 19
                                    

usai menyanyikan lagu untuk hyunjin, bangchan langsung menarik adik tingkatnya itu untuk duduk berdua di lapangan kosong yang terletak di depan aula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

usai menyanyikan lagu untuk hyunjin, bangchan langsung menarik adik tingkatnya itu untuk duduk berdua di lapangan kosong yang terletak di depan aula.

canggung, hyunjin hanya memainkan jemarinya sendiri sambil menunduk. bangchan pun sama, lelaki itu bahkan belum mengatakan apapun semenjak mereka berdua sudah duduk berdampingan di lapangan itu. hyunjin sebenarnya menikmati momen itu, bisa duduk di samping orang yang disukainya sudah membuatnya senang.

"evan," panggil bangchan, membuat sang pemilik nama menoleh ke arahnya. "kamu gamau komentar soal nyanyian aku tadi gitu?"

hyunjin tergelak. "kakak mau aku komen?"

bangchan mengangguk dan menatap hyunjin serius. dia mengharapkan respon yang bagus dari hyunjin—jelas saja, ia ingin hyunjin menyukai suaranya, apalagi ia barusan menyanyikan lagu yang khusus untuk adik tingkatnya itu.

"suara kakak..." hyunjin sengaja menggantungkan kalimatnya, membuat bangchan menatapnya sebal. yang lebih muda terkekeh pelan sebelum melanjutkan. "aku suka k— eh, aku suka suara kakak."

pipi hyunjin merona, ia merutuki dirinya sendiri yang hampir keceplosan. dan ia bersorak dalam hati karena bangchan kelihatan seperti tidak terlalu memperhatikan dirinya yang hampir saja menyatakan perasaannya sendiri.

"serius?" sahut yang lebih tua, dan dibalas oleh anggukan. "syukur deh kamu suka. siap-siap juga ya, karena kakak bakal sering nyanyi,"

"kenapa aku harus siap-siap?"

bangchan nyengir. "siapa tau kamu bakal suka sama kakak,"

satu pukulan yang tak terlalu keras dilayangkan ke bahu bangchan. wajah adik tingkatnya itu benar-benar merah sekarang, membuat bangchan ingin mengecup kedua pipi gembil itu saat ini juga. "kak! apaan sih.."

"aku bercanda, evan."

hyunjin mendengus dan memalingkan wajahnya, ia sungguh tak ingin bangchan menatap pipinya yang merona. angin malam mengusik hyunjin, ia kedinginan. memang salah dirinya sendiri karena hanya mengenakan kaus berwarna hitam dan celana chino berwarna beige.

dingin yang ia rasakan perlahan menghilang setelah bangchan menyampirkan jaket denim miliknya ke bahu hyunjin.

"kak, ngapain—"

bangchan mengusap kepala hyunjin. "tau bakal keluar malem gini, kenapa cuma pake kaus gitu doang, van?" kemudian sebuah cubitan di pipi ia berikan. "pake aja, nanti kamu kedinginan."

hyunjin jadi gugup lagi. "t-tapi, jaket kakak kemarin aja belum aku balikin.."

"gapapa," bangchan tersenyum. "aku punya banyak, kamu bisa ambil kalau mau."

hyunjin jelas saja terkejut. "jangan gitu dong, kak. besok aku—"

"loh, chris?"

sebuah suara menginterupsi dua anak adam yang sedang asik berbincang ini. saat mereka menoleh, ada minju yang berdiri di depan mereka. hyunjin mendongak dan bibirnya membentuk kurva dengan terpaksa saat pandangannya bertemu dengan minju. canggung.

muara | chanjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang