sembilan belas.

1.3K 195 21
                                        

felix baru saja membayar makanannya di kantin asrama ketika ia menemukan hyunjin yang duduk lemas di salah satu bangku. tatapan anak itu kosong, membuat felix keheranan. biasanya anak itu terlihat ceria, tapi kali ini ia menemuka hyunjin yang terduduk lesu. sendirian pula.

penasaran—sekaligus mengambil tempat untuk duduk saat makan nanti karena kebetulan ia belum mendapatkan tempat, ia menghampiri meja tempat hyunjin berada.

ketika ia duduk di depan hyunjin, anak itu hanya diam saja. felix makin yakin kalau ada suatu hal parah yang mengganggu pikirannya. ia pun mengetuk meja dua kali, mencoba mengambil perhatian lelaki di depannya.

"hey?"

hyunjin berkedip beberapa kali sebelum melihat ke arah felix. wajahnya memerah sedikit karena ia tahu kalau ia secara tidak sengaja tak menyadari keberadaan felix yang mungkin sudah sedari tadi duduk di depannya.

"e-eh, maaf. felix, kan? sorry, sorry. gue tadi gak fokus—"

"chill," felix tersenyum. "kelihatannya lo lagi ada masalah, jadi gue samperin."

hyunjin hanya mengangguk singkat dan tersenyum canggung. ia merasa cukup malu karena orang langsung paham bahwa kondisinya saat ini sedang tidak bagus.

"lo... baru selesai kelas?" tanya hyunjin saat felix mengeluarkan ponselnya untuk ia mainkan.

felix mengangguk. "lo sendiri? apa jangan-jangan udah dari pagi diem di sini?" tanya felix setengah bercanda.

hyunjin buru-buru menggelengkan kepalanya kuat, wajahnya memerah. "e-enggak lah! gila aja."

jujur, hyunjin sebenarnya merasa agak canggung karena ia tidak pernah berbincang dengan felix dalam waktu yang lama seperti saat ini. jadi saat felix diam sambil memainkan ponselnya, hyunjin memilih untuk diam juga. ia memilih untuk menunggu felix berbicara dulu.

sampai saat makanan pesanan felix datang, hyunjin hanya mengangguk kala felix berkata ia akan makan duluan. hyunjin mengusap tengkuknya kemudian menghela napas. ia tidak tahu harus melakukan apa saat ini—ponselnya belum ada. ia memang sudah meminta untuk dibelikan ponsel baru pada orangtuanya, tetapi ia ragu apakah orangtuanya sudah mengirimkannya uang atau belum. hyunjin pun enggan untuk kembali ke kamar asrama—seungmin pasti menanyainya habis-habisan.

felix makan cukup cepat. ia membersihkan bibirnya menggunakan tisu sebelum melihat hyunjin yang sedang memperhatikan orang-orang sekitar. "canggung ya?"

"hah? apa?" hyunjin kaget dan langsung menatap felix. "eh, ya... kita ga pernah ngobrol sebanyak ini gue rasa."

felix menggerakkan bahunya singkat. "memang. gue mungkin ga akan ngajak lo ngobrol kalau gak ketemu di sini."

"lo nyamperin gue karena muka gue menyedihkan banget ya?"

"maybe?" felix terkekeh. "gue gak suka ngelihat orang sedih sendirian."

hyunjin tersenyum singkat. ia sebenarnya merasa senang karena ada orang yang bersedia menemaninya saat ini.

felix memainkan ponselnya untuk sesaat sebelum mendongak untuk menatap hyunjin. "mau jalan ga? ke mal gitu, ajakin jonathan atau temen-temen lo yang lain sekalian."

"boleh aja," hyunjin memainkan jemarinya di atas meja. "coba lo aja yang chat jonathan, hp gue ilang."

kedua alis felix bertaut kala hyunjin mengatakan itu. "ilang kenapa?"

hyunjin menatap felix ragu. felix bukanlah orang terdekatnya, jadi ia sedikit ragu untuk menceritakan masalah ponselnya yang hilang beberapa hari lalu pada orang yang belum terlalu ia kenal. felix tampaknya menangkap sinyal dari hyunjin, dan lelaki itu tersenyum. "okay, lo boleh ceritain ke gue kalau lo udah percaya sama gue."

muara | chanjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang