delapan belas.

1.3K 215 28
                                    

hyunjin sedang duduk di bangku sebelah pintu musala lantai 3 fakultasnya. helaan napas lolos dari mulutnya—memikirkan ponselnya yang baru saja hilang kemarin. ia belum menghubungi bangchan, jadi ia tahu jelas kalau kekasihnya itu pasti akan mencarinya di kampus hari ini.

diusapnya poni yang basah karena air dengan singkat sebelum memasang sepatunya.

"evan, kan?"

seorang lelaki yang memiliki tinggi di bawahnya tiba-tiba duduk di sebelah hyunjin. rambutnya juga terlihat basah karena air.

hyunjin mengulas senyum manis. "halo, kak arya," sapanya manis, "habis salat juga?"

changbin mengangguk singkat sambil memasang sepatunya. setelahnya, ia menyandar di sandaran bangku dan melipat kedua lengannya di depan dada.

"bukannya kak arya fakultas belakang, ya? kok salatnya di fakultas depan?" tanya hyunjin begitu ia selesai mengikat tali sepatunya.

changbin mengeluarkan ponselnya dari saku celana, membuka lockscreen dan membaca notifikasi yang tertera di layar. "tadi bang dimas mau ketemu gue, jadi sekalian aja."

hyunjin mengangguk paham. changbin kemudian menatapnya serius, membuat hyunjin menjadi bingung dan sedikit takut.

"chris sempet nyariin lo."

changbin mengharapkan wajah hyunjin yang terlihat tak senang saat ia menyebutkan nama bangchan, tapi perkiraannya salah.

"aku tau," hyunjin tersenyum, tebakannya memang benar ternyata.

changbin menaikkan sebelah alisnya, bingung karena hyunjin malah tersenyum.

"kenapa lo senyum?"

"hah?" hyunjin memiringkan kepalanya tak mengerti. "memangnya kenapa? salah ya kalau aku senang karena dicariin sama pacar sendiri?"

changbin duduk tegak sekarang. "bentar? pacar?"

perasaan hyunjin jadi tak enak sekarang.

"bukannya lo mutusin dia kemarin?"

"aku nggak—"

kepalanya jadi pusing sekali sekarang. ia ingat tentang ponselnya yang hilang. sekarang ia sudah paham kalau ada seseorang yang dengan sengaja merusak hubungannya dengan kekasihnya itu.

hyunjin menggenggam lengan changbin. "kak arya, kak chris lagi di kost? kalau iya, aku ke sana—"

"semalem dia ngomong gak mau ketemu lo dulu karena shock... ya walaupun dia sempet nyariin lo, sih."

hyunjin ingin menangis sekarang. "kak, aku pinjem hp kakak ya? please, ini penting banget."

ingin rasanya changbin menolak, tetapi setelah melihat wajah hyunjin yang panik itu, ia langsung menyerahkan ponselnya pada hyunjin.

yang lebih muda menggumamkan kata terima kasih dan langsung menelepon bangchan. helaan napas lega lolos dari mulutnya saat panggilan tersambung.

"halo? kenapa arya—"

"kak, ini aku."

hening merupakan jawaban dari bangchan. hyunjin sudah mati-matian menahan tangisnya saat ini. "kak, kasih aku kesempatan buat jelasin, please? ini semua salah paham."

"go on."

"hp aku hilang, kak," hyunjin memulai, kini sudah terisak. changbin yang masih duduk di sampingnya pun mengusap punggung sempit anak itu. "hilang di toilet kampus. aku lupa buat masang lockscreen dan aku kemarin belum sempet buat dateng langsung ke tempat kakak."

muara | chanjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang