malapetaka

18 1 0
                                    

Siang itu matahari tampak bersinar malu malu di balik awan. Diandra yang berjalan sendiri di pinggir jalan besar dekat kampusnya itu terlihat cemas. Sesekali dia menengok jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukan pukul 10.15.

Hari ini Diandra tidak ada kelas. Kebetulan sang dosen berhalangan hadir jadi dia memutuskan untuk pergi ke sebuah seminar di kampus lain. Tapi dia masih menunggu Bakti  yang akan mennemaninya pergi. Bakti bilang dia sedang terjebak macet di jalan.

Dari ujung jalan Valdo datang dengan beberapa rombongan teman satu club motornya.

" Kalian duluan cabut gue ada perlu" teriak Valdo pada teman tamannya.

" Oke" sahut beberapa dari mereka.

Kini Valdo membawa motornya ke tempat Diandra berdiri. Tidak ada kapoknya menang itu anak. Tanpa kenal menyerah terus meyakinkan Diandra tentang isi hatinya.

" Hah.. Dia lagi" gumam Diandra yang langsung membuang muka melihat Valdo memarkirkan morotnya

"  Loe nungguin siapa Ndra?" Sapa Valdo turun dari motornya

" Bukan urusan loe, dan jangan panggil gue dengan sebutan yang kayak cowok itu. Lagi pula kenapa sih loe gak kapok kapok,mau gue tampar lagi?" Diandra dengan tatapan sinis dan membuang tatapanya membalas membelakangi Valdo

" Gak apa, gue rela loe tampar beribu kali . Gue gak masalah" ucap Valdo sambil menarik Diandra untuk menghadap pada Valdo

"Apaan sihh loe, lepas ih" tak sengaja Diandra melihat kalung yang melingkar di leher Valdo. Diandra teringat benda itu,benda yang juga Diandra simpan sampai sekarang.

" Gue mohon dengerin gue Di, gue cuma deket sama loe,gue cuma mau kita ngobrop sewajarnya orang di luar sana, gue capek jika harus seperi kucing dan tikus seperti ini" Valdo menatap lekat mata Diandra tanpa melepaskan genggaman tangannya.

"Di...Diandra" Dari sebrang jalan Bakti memanggil Diandra, rupanya dia sudah siap untuk berangkat sekarang.
Tanpa pikir panjang Diandra langsung menghampiri Bakti yang menunggunya di sebrang jalan.

Tanpa Diandra ketahui sebuah minibus melaju dengan kecepatan yang tinggi menghantam tubuh mungil itu. Sontak membuat Valdo dan Bakti teriak hampir bersamaan. Sepasang mata mereka melihat Diandra kini sudah berlumuran darah.

Kevin langsung menghampiri Diandra yang sudah tergeletak tak berdaya di tengah jalan. Mobil yang menabraknya di amankan warga sekitar yang melintas, lalu lintas menjadi macet. Bakti segera menghubungi ambulan dan pihak kepolisian.

Valdo menangis meronta melihat kondisi orang yang dia sayang saat ini. Mobil ambulan membawanya ke rumah sakit terdekat untuk segera mendapat pertolongan. Dari pihak kepolisian segera menghubungi keluarga Diandra.

Bakti dan Kevin masih stay di rumah sakit sampai kedua orang tua Diandra datang.

" Di mana Diandra?" Ucap sang ayah dengan wajah yang panik bercampur sedih terlihat jelas. Ibu dan adiknya sudah tidak sanggup berucap kata, deru air mata sudah menggambarkan bagaimana perasaan mereka saat ini.

" Diandra masih di dalam Om" jawab Bakti sambil menunjuk ruangan ICU di rumah sakit itu.

Tampak Valdo sangat terpukul dengan kejadian ini, dia diam seribu bahasa. Tatapan matanya kosong, kakinya lemas tak mampu lagi berdiri,tubuhnya di biarkan bersender di tembok rumah sakit itu.

"Kamu nak Valdo kan?" Ucap sang ibu ketika menyadari sosok yang dia kenal beberapa tahun yang lalu.

"Tante, maafkan Valdo tante. Harusnya Valdo tidak memaksa Diandra" ucapnya sambil bersujud di kaki ibu Ani.

"Apa maksut kamu ?"

" Saya memaksanya untuk bisa memaafkan perbuatan saya di masa lalu, itu membuat Diandra semakin marah sama saya tante. Tapi itu karena saya sangat mencintainya Tante, saya tidak mau jauh lagi darinya tante. Tapi Diandra salah paham, Diandra kira semua ini permainan dan pergi meninggalkan saya tanpa dia sadari sebuah mobil berkecepatan tinggi mendekat dan menabraknya. Harusnya saya bisa jaga Diandra tante. Harusnya saya tidak membuatnya marah lagi. Maafkan saya tante" mereka berdua larut dalam kesedihan, tanpa berucap  kata bu Ani memeluk Valdo dengan penuh kasih sayang.

Tak berapa lama kemudian dokter keluar. Mengabarkan bahwa kaki Diandra harus di operasi dan itu memerlukan ijin dari keluarga.

" Tapi tidak sampai di amputasi kan dok?" Tanya sang ibu

" Tidak buk, ini operasi pada bagian tulang keringnya yang patah. Semoga saja semua berjalan lancar, kami minta doanya dari semua"

" Lakukan yang terbaik untuk anak saya Dok,"

"Baik pak, kalau begitu mari ke bagian administrasi untuk tanda tangan surat persetujuan operasi ini" Ayah Diandra mengikuti langkah sang dokter menuju ruangan yang di maksut.

Di lorong rumah sakit masih Valdo yang matanya sembab karena twrus manangis, Della yang kini tertidur di pangkuan sang ibu karena lelah menangis. Bakti yang masih sibuk dengan handphone di tangannya. Dan juga sang ibu yang selalu penuh kasih mengelus kepala Della mencoba menenangkan putri bungsunya itu meskipun hatinya sendiri juga merasa berkecamuk. Lusa adalah hari yang di  paling tunggu karena hari pengumuman beasiswa yang Diandra ikuti sedangkan di sisi lain dirinya sekarang terbaring lemah di ranjang rumah sakit ini.

i will still love u (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang