finally

21 1 0
                                    

Jadwal bangun Valdo kini menjadi lebih pagi dari biasanya, dia harus bergegas bersiap siap untuk pergi kerumah sakit. Tidak ada orang yang memberi komando untuknya harus datang tepat waktu tapi jantungnya sudah bergemuruh ingin segera bertemu dengan gadis pujaan hatinya. 

" Valdo? Kamu mau kemana tumben hari minggu jam segini udah rapi?"

" Ada urusan dulu ma, entar siang udah di rumah lagi kok. Tapi setelah jam makan siang ya!"

" Mau kencan ya? "

" Mama kepo ya..."

" Kenalin dong, mama kan juga pengen kenalan!"

" Iyaa.   Kalo waktunya udah tepat" jawabnya sambil mengambil sepotong  roti di meja makan.

" Makan yang bener, mama buatin jus dulu jangan lupa minum obatnya!"

" Ah.... Bosen ah ma!" Jawabnya sambil berlalu mengambil helm kesayangannya.

🌸🌸🌸

" Selamat pagi! Tumben udah bangun!" Goda suster

" Pagi juga sus, kan bangun pagi lebih bagus buat aku olahraga sus, kok di katain tumben" jawab Diandra

" Ow... Mau olahraga di luar ya, ya udah saya panggil suster Rina buat nemenin kamu ya..." Jawab sang suster sambil selangkah mendekat pintu keluar tapi Diandra menahannya.

" Gak usah sus, aku... Ehmm.... Aku.." Diandra tampak gugup suster itu masih memandangnya setengah bingung. Tiba tiba saja daun pintu itu terbuka datang sosok yang Diandra tunggu dari tadi.

"Ohhhh.... Ini yaaa..  hemmmm...,oke oke suster paham, ya udah hati hati yaaa..... Suster pamit dulu" suster keluar ruangan sambil mencubit pelan pinggang Valdo sontak membuat dirinya meringis. Diandra yang melihatnya hanya tertawa geli.

" Kamu udah nunggu lama?" Tanya Valdo

" Yaa lumayan( tunggu sejak kapan Valdo memanggilnya dengan sebutan kamu)" di membatin dan mencerna kembali barusan yang Valdo ucapkan.

" Ya udah, aku bantu duduk di kursi roda, aku yang bantu dorong" Valdo menyiapkan kursi dan tongkat untuk Diandra. Sedangkan, Diandra masih bengong dengan perubahan bahasa yang Valdo gunakan pagi ini.

Mereka keluar kamar, menikmati sinar mentari yang hangat, sangat nyaman sekali ketika mengenai permukaan kulit. Valdo membawa Diandra ke taman yang terletak di belakang rumah sakit. Valdo membantu Diandra yang ingin berdiri melatih keseimbangan kakinya.

Valdo memegang erat pundak Diandra agar Dia bisa berdiri dengan sempurna, dan perlaham dia melangkahkan kakinya maju kedepan. Perasaan senang yang tak terkira akhirnya kaki Diandra bisa berjalan lagi setelah sekian lama dia harus menggunakan tongkat.

Rasa girangnya itu tidak bisa di tutup lagi bahkan dia mencoba meloncat kecil tapi alhasil itu membuat tubuhnya ingin terjatuh. Untung saja ada Valdo yang siap siaga menopak tubuhnya. Kini Diandra sudah jatuh di pelukan dada Valdo yang bidang. Ada perasaan malu pada keduanya.

Tapi Valdo justru menggendong Diandra, jarak wajah Valdo dan Diandra sangat dekat. Bahkan. diandra bisa merasakan hembusan nafas Valdo mengenai pipinya. Valdo menatapnya sambil tersenyum begitu juga dengan Diandra dia tersipu malu.

Valdo mendudukan Diandra kembali pada kursi roda yang telah siap menunggunya.

"Kamu gak apa? Kaki kamu sakit?" Valdo  bersimpuh dan mengamati kaki Diandra

" Enggak kok aku gak apa, mungkin tadi aku terlalu senang" (aku? Kenapa bahasa ku juga berusah seperti ini) dalam batin Diandra, dia heran dengan dirinya sendiri.

" Ya sudah, kita keliling taman saja sambil menikmati sinar matahari pagi" Diandra hanya membalasnya dengan senyum dan sebuah anggukan kecil.

Mereka akhirnya mengelilingi taman sambil sesekali Valdo mengabadikan moment itu di ponsel miliknya. Mereka berhenti di pinggir kolam berukuran sedang di tengahnya terdapat air mancur yang sengaja di buat untuk memperindah taman itu. Di sekeliling kolam itu di tanami berbagai macam bunga yang cantik.

Diandra terlihat sangat menikmati suasana itu, suasana yang sunyi, udara pagi yang segar, sinar mentari yang lembut membuat dirinya terbuai   dalam mata terpejam Diandra merasakan suara percikan air di tengah kolam itu. Tak lupa Valdo mengabadikan moment itu yang  pasti tanpa sepengetahuan Diandra.

"Di..." Ucap Valdo

" Ehmm" jawab Diandra dengan mata yang masih terpejam.

" Buka dong matanya!" Perlahan Diandra membuka mata, dia sekarang melihat Valdo berlutut di hadapannya dengan setangkai bunga kecil berwarna kuning di tangannya.

" Maafin aku yang selama ini selalu membuat mu marah, tidak ada maksutku untuk menodai perasaanmu. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang ada di dalam hatiku" Valdo mengucapkannya dengan lancar dengan satu tangannya menggenggap erat tangan Diandra

"Hem.... Aku juga minta maaf, selama ini aku terlalu berlebihan. Tidak seharusnya aku berbuat seperti itu"

" Lalu?"

" Lalu apa?" Jawab Diandra kebingungan

" Bagaimana perasaanmu tentang aku? Apa kamu juga mencintaiku?"

" Kamu sedang menembak aku? Dengan di sisi lain kamu menjalin hubungan dengan Maria?"

" Kamu salah paham Di, sejak awal aku tidak pernah suka dengan Maria hanya saja Maria yang sering mengajakku untuk hangout, lalu semenjak kejadian di lapangan itu Maria marah besar padaku dan itu kesempatan buatku untuk menjelaskan semuanya pada Maria bahwa dari awal aku tidak pernah suka padanya"

" Jahat kamu! Dengan semua anak kampus tahu kalo kamu pacar Maria dan kamu baru bilang kalo kamu gak suka sama dia?"

" Bukan begitu Di, kamu tahu sendiri aku seperti apa? Tidak ada sedikitpun niatan di hatiku untuk mempermainkannya, dia yang salah paham Di.."

" Bener? Kamu gak bohong?"

" Buat apa aku bohong padamu, aku sangat mencintaimu sejak kita masih Sd hingga sekarang rasa itu gak pernah berubah Di,"

" Iya.... Aku percaya itu!"

" Lalu bagaimana dengan kamu dan Bakti?"

" Bakti? Kita gak ada hubungan apa apa,cuma semenjak Risa ke London dia sering temenin aku kemana aja"

" Apa kamu tidak sadar kalo dia suka sama kamu?"

" Ohh ya? Dia tidak bilang kalo dia suka sama aku, berbeda sama kamu selalu bilang bagaimana perasaan yang kamu miliki, sedangkan Bakti, dia tidak pernah menyinggung tentang hal itu. Yaaa.  Mana aku tahu"

" Hahahahhaha.... Masa iya kamu sepolos ini Dii..." Sambil mengucek ngucek pelak kepala Diandra.

" Iihh.... Jangan gitu dong, rambut aku kusut niih!" Sambil manyun Diandra merapikan rambutnya.

" Iya maaf, ok. Sekarang sini tanganmu," Di raihnya kedua tangan Diandra di pegangnya erat, mata Valdo menatap lurus kedepan menembus ke dalam tatapan mata Diandra.

" DIANDRA AYU PRATIWI aku sangat mencintaimu, ijinkan aku selalu menjagamu hingga kelak hanya maut yang memisahkan kita. Maukah kamu menjadi kekasih hatiku?" Ucap Valdo

"Iya" jawab Diandra malu sambil tertunduk

" Apa? Aku gak denger? " Sambil mendekatkan wajahnya pada wajah Diandra

"Iya aku mau" seketika Valdo memeluk Diandra, gadis itu hanya pasrah saat wajahnya terbenam oada dada Valdo yang bidang.

i will still love u (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang