Sepuluh

53 10 0
                                    


Ruang yang sangat redup terdapat seorang gadis tengah berbaring lemas di ranjang. Disana ada juga seorang perempuan dan laki-laki yang menunggu perempuan yng terbaring bangun.

"Ris dia kenapa kok bisa pingsan gitu?" tanya noval.

"Gue jga gak tahu val, dari pagi juga dia muka nya udeh pucet mungkin krna belum makan."

"Gue pergi dulu lo tunggu disini ya, kalo shei udah sadar kabarin gue"

Risti mengangguk.
"Kata gue juga apa lo mah ngeyel sih shei, udah tau belum sarapan malah ngeles bilang udah sarapan" kesal risti.

"Sstt berisik"

"Eh? Shei lo udah sadar?"

"Belum"

"Lo mah suka gitu deh shei"

"Aduh kepala gue sakit, gue dimana ini"

"Syurga" ucap risti sekenanya.

Shei malah menatap risti dengan tajam.
" lo tiduran aja dulu gue mau keluar bentar"

Risti keluar untuk menelpon noval.
Tak butuh lama noval datang dengan sekantung kresek di tangan kanan nya.

"Gimana keadaan shei?dia udah sadar?" tanyanya.

"Lo tenang aja dia udah baikan"

"Oh iya val lo tolong jagain dulu shei gue ada urusan"

Noval mengangguk dengan mengangkat jempolnya ke atas.

Ceklek..
Noval masuk ke ruang uks tak lupa menutupnya kembali.

"Gimana keadaan lo?" tanyanya.

Shei membuka matanya dan perlahan bangun. Melihat shei akan bangun reflexs noval langsung membantunya. Shei mengamati wajah noval, ternyata benar kata orang-orang kalo noval itu ganteng pikir shei.
Sesudah shei duduk noval menoleh ke arah Shei yang tengah menatap nya itu. Cukup lama mereka bertatapan.

Astaga ada apa dengan jantung gue, kenapa rasanya da yang menghantam ya.

Astaga shei kenapa lagi sama jantung lo. Gk gk lo gak mungkin suka sama dia.

"Lo kenapa geleng-geleng shei?" pertanyaan noval barusan menyadarkan dari lamunan nya.

"Gue tahu gue ganteng gak perlu natap terus kali"

Shei melotot.
"Apaan sih lo"

"Selow dong shei matanya ampe keluar gitu dah haha" ucap noval dengan tawa yang nyaring.

Shei mematung, dia baru kali ini melihat noval tertawa lepas dengan nya rasanya tenang ketika melihat noval tertawa.

"Tuh kan lo geleng-geleng lagi" ucap noval lalu tangannya terulur memegang kepala shei.

"Sini gue pegangin aja biar gak geleng-gelng lagi" tambahnya

shei terpaku dengan apa yang di lakukan noval saat ini.
Shei tersadar lalu menghempaskan tangan noval di kepalanya dengan kasar.

"Lo apa-apaan sih" bentak shei.

Dia turun dari brankar lalu keluar meninggalkan noval yang sedang mematung. Noval pikir perlakuan nya tadi bisa membuat hati shei luluh ternyata pikiranny salah.

"Gue tahu gue cuman cowo brengsek shei, tapi gue berusaha buat jadi cowo yang lebih baik dari sebelumnya." gumam noval.

❄❄❄

Suasana yang tenang dan damai seperti air yang mengalir di atas bebatuan hitam. Disana terdapat seorang gadis tengah duduk dengan kedua kaki dilipat dan kedua tangan di memeluk lututnya. Matanya memandang ke arah depan dengan tatapan lurus.

"Kenapa keaadan gue seperti ini" gumannya.

Dialah shei yang saat ini tengah duduk di tepi danau tersebut.

"AAAAAAA KENAPA HIDUP GUE KAYA GINI HAH? KENAPA TUHAN GK ADIL SAMA GUE KENAPA?" teriak shei.

"Gue benci sama hidup gue sendiri" ucapnya memelan.
Tanpa meminta air mata mengalir begitu saja seperti sungai yang tak dapat di bendung kembali.

Shei menelungkup kan wajahnya dan menangis sejadi-jadinya. Entah kenapa rasanya sakit sekali dunia seperti tak adil untuknya. Rasanya ingin mempunyai keluarga yang damai tanpa adanya masalah sedikitpun tapi kenapa keluarga shei tidak bisa seperti itu. Rasanya sulit untuk merasakan kebahagiaan itu.

Shei terus saja menangis untungnya disini sangat sepi tidak ada siapa pun mungkin karna waktunya juga sudah hampir sore.

❄❄❄

Sore telah berlalu siang telang tergantikan dengan malam, angin sore telah tergantikan dengan angin malam.

Shei baru saja pulang kerumahnya, saat ini waktu telah menunjukan pukul 7:30 pm.

"Assalamualaikum" salam shei saat tiba di rumahnya.

"Waalaikumsalam.. Atta kamu kemana aja? Ayah sma bunda khawatir sama kamu" ucap bunda shei dengan mimik muka cemas.

Shei tersenyum tipis.
"Aku tadi ada urusan jadi pulang jam segini deh" ucapnya berbohong.

Dewi terdiam ia sangat tahu kalo puntrinya ini berbohong. Tidak mungkin shei pergi tanpa sepengetahuan bunda nya.

"Alah dia bohong bun, palingan juga dia maen" celetuk sena

Dewi dan shei menoleh ke arah ruang tamu.
"Sotau lo" sinis shei.

Sena berdiri lalu berkata.
"Alah ngaku aja deh lo shei, lo pikir gak sih gue nyekolahin lo itu biar lo bisa jadi anak yang berguna bukan nya jadi orang yang gak guna. Buat apa gue nyekolahin lo mahal-mahal tapi lo kaya gini." ucap sena dengan wajah nahan emosi.

"Gue gk nyuruh buat lo sekolahin gue" balas shei dingin.

"Heh lo bukan nya mikir malah ngelunjak lo punya sopan santun gak sih" bentak sena

"Punya, tapi tidak buat lo" setelah mengucapkan itu shei berlalu dari hadapan mereka.

Dewi tidak bisa berbuat apa-apa. Dari tadi ia hanya bisa memandangi kedua anaknya yang sedang bertengkar dengan nanar. Selepas shei pergi dewi pun juga berlalu dari tempatnya dan sena kembali duduk dengan perasaan kesal.

Di ruangan yang sangat nyaman terdapat seorang perempuan sedang duduk dengan lemas di balik pintu nya.

"Gue gk butuh sekolah baru, gue gak butuh uang lo gue juga gak butuh fasilitas mewah yang lo kasih sama gue. Yang gue butuhin saat ini hanyalah kasih sayang dan perhatian dari lo ka." gumannya.

Shei bangun lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan nya. Setelah mandi dia duduk di ranjangnya dengan sebuah laptop di pangkuannya.

Tok..tok..

"Atta aya makan dulu, kamu belum makan dari tadi"

Shei terdiam ia mengabaikan suara panggilan dari luar.
"Ta kamu udah tidur ?" tanyanya

Masih tak ada jawaban. Akhirnya dewi pergi dari kamar shei dan turun kebawah.
"Atta mana bun?" tanya bayu.

"Mungkin udah tidur kayanya kecapean. kita makan bertiga aja"

Bayu mengangguk-ngangguk kan kepalanya.

❄❄❄

Attala [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang