Empatbelas

50 10 1
                                    

Satu minggu sudah orang tuanya meninggal dan satu minggu juga kakanya tak pulang. Entah bagaimana dengan kakanya itu padahal shei sudah memberitahukan kabar orang tuannya namun tak ada balasan dari kakanya.

"Ayah..bunda kenapa kalian ninggalin shei sendirian shei takut bun shei sangat butuh kalian ada disini.. Hiks..hikss" ucap shei sambil mengelus poto figura keluarganya.

"Shei" panggil seseorang dari luar.

Shei menghapus air matanya dan menyimpan kembali foto figuranya ke tempat semula. Ia berjalan ke arah pintu dan membukanya.

"Ada apa?" tanyanya dingin.

Bukannya menjawab yang ditanya malah diam dan menatap shei penuh arti. Sulit sekali jika harus menerima keadaannya yang sekarang badan yang dulu nya bagus sekarang terlihat sangat ramping, senyum yang dulu sering menghiasi wajahnya sekarang telah hilang dan di gantikan dengan wajah datan yang sendu. Mata yang memberikan kehangatan sekarang telah di gantikan dengan mata penuh luka dan kebencian.

Laki-laki itu tersenyum masam.
"Gimana kabar kamu" tanyanya basa-basi.

Shei terdiam.
"Ah ya ini aku bawa makanan buat kamu, kamu pasti belum makan, kan?"

Bukannya menjawab shei malah setia dengan kediamannya. Tak lama shei mundur beberapa langkah dan menutup pintunya dengan kasar.

Yang di luar hanya bisa menghela nafasnya kasar dan menatap pintu kamar shei dengan nanar.

"Shei aku mohon tolong kamu jangan seperti ini mana shei yang ku kenal?mana shei yng selalu tersenyum kepada semua orang?mana shei yang kuat? Mana shei yang ak..kku..-" rasnya sulit sekali untuk lelaki itu melanjutkan bicaranya.

Tiba-tiba pintu kamar shei terbuka dan menampakan shei dengan muka datar nya.
"Shei yang lo kenal udah mati bersamaan dengan kedua orang tuanya" ucap shei dingin dan menusuk.

Noval tersentak saat shei berucap begitu. Sesak didada tiba-tiba menjalarnya.
Saat noval akan mengangkat bicara shei lebih dulu angkat bicara.

"Jadi lo gak perlu lagi repot-repot datang kesini untuk kasih gue makanan. Gue gak butuh" shei kembali berucap dengan nada dingin nya.

Noval tak mampu lagi berbicara. Ia malah terdiam menatap shei dengan tatapan sendu.

"Apa lagi yang lo tunggu, sekarang mending lo pulang dan jangan pernah datang lagi kesini. Satu lagi gue gak butuh belas kasian dari lo atau pun dari siapa pun" setelah mengucapkan itu shei berbalik dan menutup pintunya.

Lagi, untuk kedua kalinya noval tertusuk akan ucapan dari shei. Ingin rasanya noval menghantamnya tapi sayangnya shei adalah perempuan sekaligus pacar nya. Akhirnya dengan rasa sakit noval berbalik dan pergi dari kalangan rumah shei.

Ketika di depan gerbang noval berhenti lalu berbalik kepalanya ia tanggahkan ke atas yang pasti nya tertuju pada kamar shei.
"Aku akan tetap menunggu kamu shei, dan segimanapun sikap kamu ke aku. Aku akan terima karna aku sangat sayang sama kamu".

❄❄❄❄

Satu bulan sudah shei tidak bersekolah dan tidak berinteraksi dengan alam luar. Dan selama itu juga shei tidak bertemu dengan noval. Shei memang tidak bertemu dengan noval tapi noval selalu menemuinya tanpa sepengetahuan dirinya.

Hari ini shei kembali ke sekolah dengan suasana baru, suasana tanpa kehadiran orang tuannya . kakanya sudah tidak pulang semenjak ia memutuskan hubungan persaudaraan dengan shei. Entah maksudnya apa namun shei tak peduli ada atau tidak adanya sena di hidupnya semuanya akan baik-baik saja pikir shei.

Shei sudah siap dengan seragam sekolahnya. Setelah semuanya siap shei berangkat hari ini shei membawa mobil pribadinya. Sebenarnya shei bukan tak punya mobil bahkan dari dulu ayahnya membelikannya untuk shei. Namun shei malah memilih menggunakan angkutan umum di banding dengan naik mobil.

Attala [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang