Setelah ayana secara tak sengaja menerima fasya, hari-hari nya menjadi tak karuan. Ya, entah apa yang merasukinya sampai membuatnya seperti belut yang selalu menggeliat sana sini. Bedanya, ayana selalu berjalan mondar mandir entah itu disekolah, dirumah, dikamar, bahkan saat ia pulang sekolah pun seperti itu.
Jam istirahat pun telah berbunyi, dan kini ayana, disha, dan yesha telah berada dikantin.
"SERIUS?!!!!"
Entah habis makan apa hingga disha maupun yesha berteriak sangat keras dengan suara mereka yang sangat nyaring hingga membuat semua penghuni kantin menoleh kearah mereka bertiga.
Ayana langsung menyumpel mulut kedua temannya tersebut dengan sebulat bakso.
"Bisa dikecilin gak sih suara kalian tuh?! ngelebihin toa'masjid tau gak!" Ketus ayana dengan suara yang sedikit dipelankan karena melihat kondisi kantin dimana para penghuninya melihat kearah mereka dengan tatapan beragam.
"Lo..-"
"Lo beneran resmi jadian sama fasya?" Tanya yesha yang kali ini suara nya ia kecilkan.
Ayana mengangguk, "Sip! Mang!! Bakso 2 porsi lagi ya!! ayana yang bayar!"
Ayana membulatkan matanya karena yesha memesan 2 porsi bakso. Walaupun hanya lima ribu rupiah namun jika dikali 2 porsi bakso lagi maka bukan lima ribu rupiah lagi harganya.
"Yesha lo apaan sih?!"
"Lo gak takut gendut apa sha?makan 3 porsi bakso??satu aja udah kenyang banget gue." Ucap disha sambil memandang heran yesha.
"Disha ku sayang, hari ini itu hari keberuntungan buat kita. karena apa? karena ada yang resmi jadian dan wajib deh kasih kita PJ!" Ucap yesha yang berhasil mendapat toyoran gratis dari ayana.
"Btw, kok lo bisa sih main terima aja? oiya gue lupa. Lo kan belum pernah ngalamin yang namanya pacaran." Ucap disha dengan suara sedikit dikecilkan.
"Gue gak tau ih.. gue asal jawab. Gue aja gak tau kenapa gue bisa main terima gitu." Ucapnya sambil meneguk cepat minuman kalengnya.
"Apapun itu, gue dukung kok lo sama dia, asal jangan lupa temen aja kalo udah punya status baru." Ucap disha sambil menepuk pundak ayana.
"Tenang, lagian gue juga pasti butuh bantuan kalian buat ngejalanin ini."
Berakhirlah mereka berpelukan bak telletubies.
********
Sekolah pun telah usai. Ayana kini tengah berada dihalte untuk menunggu bus lewat. Namun, sepertinya tidak ada lagi bus jam segini yang lewat. Ya, hari telah menjelang sore. Dan ayana harus pulang telat karena ada ia mengerjakan pr yang akan dikumpul besok. Ya, itu kebiasaan barunya. bisa dibilang mengalami sedikit perubahan perilaku pada dirinya.
"Hp gue mati lagi. Duit cuma cukup buat ongkos bus. Kenapa tadi gak bareng aidan aja ya?dasar bego gue!" Gumamnya merutuki dirinya sendiri.
Sudah hampir setengah jam ia menunggu disana namun tak ada tanda-tanda bus lewat.
"Hei.."
Ayana menoleh, nampak fasya tengah berada disamping halte yang masih berada diatas motornya lengkap dengan helm dikepalanya.
"E-elo? kok belum pulang?" Tanya ayana dengan nada senetral mungkin.
"Rapat Osis. Seharusnya gue yang nanya gitu sama lo." Jawab fasya.
"Oh."
Hening. Tak ada satu kata pun yang keluar baik dari ayana maupun fasya.
"Pulang bareng gue aja. Udah lumayan sore."
"Tapi..."
"Kenapa?" Fasya menaikan satu alisnya. Ayana langsung menggelengkan kepalanya pelan.
"Yaudah naik. Gue anter sampe rumah kok." Lanjutnya disertai senyum nya yang bisa membuat anak orang terbang setinggi langit ketujuh.
"O-oke.."
Kini ayana telah berada diatas motor fasya, "Pegangan entar jatuh."
Ayana bingung harus berpegangan dengan apa.
"Pegang jaket gue aja gapapa. Kalau mau pegang pundak gue juga dengan senang hati." Ucap fasya disertai tawa kecilnya.
Deg!
"Apaan sih." Oke, jantung ayana kini tengah berdetak tak karuan. Dengan hati-hati ia pun memegang ujung jaket fasya, Dan motor pun mulai melaju.
10 menit berlalu, motor yang dikendarai mereka pun sampai disebuah tempat. Bukan rumah ayana, melainkan sebuah tempat orang berjualan roti bakar.
"Kenapa berenti disini?" tanyanya sembari turun dari motor.
"Beli roti bakar dulu sebentar." Ayana hanya mengangguk.
Hanya butuh waktu beberapa menit,roti pun telah siap dan mereka kembali melajukan motornya menuju rumah ayana.
"Kok beli banyak banget?" Sudah kodrat seorang wanita punya sifat kepo.
"Buat mama papa lo, gak enak kan udah nganterin anaknya pulang sore gini terus gak ngasih apa-apa." Jawab fasya santai namun sukses membuat ayana tersenyum dalam hati.
15menit kemudian, mereka pun telah sampai dipekarangan rumah ayana.
"Thanks ya udah nganterin." fasya hanya mengangguk dan ayana pun berjalan keteras rumahnya.
"Eh roti bakarnya?" Baru saja ayana ingin menoleh, mama nya pun keluar dari dalam rumah.
"Ada fasya juga??"
Mama ayana senum sumringah dan langsung menghampiri fasya dan melewatkan ayana yang tengah berdiri begitu saja.
"Eh tante, assalamualaikum, tan.." Ucap fasya sambil mencium punggung tangan mama ayana layaknya seorang anak.
"Kok baru pulang?"
"Iya, tadi lagi ada rapat osis disekolah. Oh iya, ini buat tante sama om.." Fasya memberikan 2 bungkus kantong plastik berisikan roti bakar yang masih hangat.
Sementara ayana hanya menghela nafas berulang kali menyaksikan pertemuan layaknya seoramg ibu dengan anaknya.
"Kalo gitu fasya pulang dulu, tan. udah kesorean" Pamitnya.
"Hati-hati ya.. makasih loh roti bakarnya," Oke, ayana memilih untuk masuk kedalam rumahnya lalu segera menuju kamarnya untuk rebahan.
Bruk!
Ayana langsung membanting tubuhnya dikasur empuk nya sambil menatap langit kamarnya.
"Dipikir lagi? ternyata fasya diem-diem tau caranya ngambil hati mama.." Gumamnya sambil menatap langit kamarnya. Tanpa sadar senyum pun terukir diwajahnya.
Happy Reading❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayanafasya
Teen Fiction"Persahabatan jauh lebih penting, gw gak mau persahabatan kita berubah hanya karena perasaan satu sama lain" -Ayana. Ayana, seorang siswa perempuan diSMA 3 BANDUNG menjadi sorotan warga sekolah karena sifatnya yang aneh. Nakal, absurd, gk suka denga...