Hari ini seperti biasa ayana berangkat kesekolahnya tepat waktu. Namun bedanya, hari ini ia berangkat bersama fasya. Ya, fasys memintanya untuk berangkat bersama tadi malam di telepon.(maaf ga diceritain:))
Kini ayana sudah siap. Ia berjalan keluar kamar menuju meja makan untuk sarapan bersmaa mama dan papa. Kemana aidan? jawabannya ia sudah berangkat duluan pagi-pagi sekali. Rajin bukan? namun ia akan berkumpul dengan teman-temannya dulu dikantin dan masuk kekelas saat bel masuk berbunyi.
"Kamu berangkat sama siapa?" Tanya papa sambil mengunyah sesuap nasi.
"Sama temen, pa." Ayana terpaksa berbohong. Ia belum berani mengatakan yang sejujurnya kalau ia sudah memiliki pacar.
"Temen apa temen? temen yang kemarin sore nganter kamu?" Tanya mama dengan nada sedikit meledek.
"I-iya.." Ayana menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Harap-cemas papanya akan menanyakan tentang fasya.
"Siapa?" Yaps, benar saja. Barusan ayana pikirkan akhirnya terjadi juga.
"Itu, temen dia, cowok. Ganteng loh, pa. Ramah, sopan lagi. Dia juga anak OSIS, temennya aidan juga." Jelas mama antusias menceritakan tentang fasya. Ayana berusaha senormal mungkin agar tidak kelihatan grogi.
"Oh, boleh dong dikenalin ke papa."
Deg!
Jantung ayana sudah tak bisa berdetak dengan normal lagi. Seakan jantungnya lagi lari maraton. Cepat namun tak kencang.
Tak lama, terdengar suara motor berhenti tepat dipekarangan rumah ayana. Sudah ditebak itu siapa. Ayana langsung bergegas menyelesaikan sarapannya lalu mengambil tasnya yang ia letakan diruang tamu.
"Pa, ma, ayana berangkat ya! assalamualaikum!" Ucapnya menyalimi satu persatu punggung tangan mama dan papanya.
"Temennya udah dateng? kalo gitu papa mau ketemu dia sebentar." Ucap papa langsung berjalan keluar rumah menghampiri fasya yang sudah siap diatas motornya.
"Oh jadi ini temennya.." Fasya sedikit terkejut, ia pun turun dari motornya dan menyalimi papa ayana tanpa ragu dan sangat sopan.
"Pagi, om.." Sapanya.
"Pagi. Udah mau berangkat?" Tanya papa.
"Udah, om. tapi gak buru-buru kok, santai. Ayana udah sarapan kan om?kalo belum saya bisa tunggu." Ucapnya sambil tersenyum ramah sesekali melirik ayana yang berdiri kikuk disamping motor fasya.
"Sudah tadi. Kamu udah sarapan?kalo belum boleh kita sarapan bareng. Yuk?" Tawar papa. fasya tersenyum dan menolak tawarannya secara halus.
"Gak usah om, makasih. Saya udah sarapan dirumah." Ucapnya.
Papa mengangguk. Ada rasa canggung yang fasya rasakan saat berinteraksi dengan papanya ayana. Ia kira papa ayana galak dan emosional seperti bayangannya, namun salah. Papa ayana sangat baik dan juga ramah.
"Kalo gitu, kita berangkat dulu ya, pa?" Ucap ayana menyalimi papanya lagi lalu mengisyaratkan fasya untuk segera pergi.
"Ternyata papa lo enak ya. Ramah. Gak kaya anaknya, emosian, nyebelin." Ayana memutar kedua bola matanya malas.
"Tapi sayang." Lanjutnya yang berhasil membuat pipi ayana terasa panas. Mungkin saja pipinya sudah merah seperti kepiting rebus saat ini.
"Apaan sih lo?" Ketusnya. Dalam hatinya ia sudah berteriak karena malu.
Fasya hanya tertawa sambil melihat wajah ayana lewat kaca spion. Senyum terukir dibibirnya walaupun tak terlihat melihat wajh ayana yang sekarang sangat menggemaskan.
![](https://img.wattpad.com/cover/196249963-288-k587967.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayanafasya
Novela Juvenil"Persahabatan jauh lebih penting, gw gak mau persahabatan kita berubah hanya karena perasaan satu sama lain" -Ayana. Ayana, seorang siswa perempuan diSMA 3 BANDUNG menjadi sorotan warga sekolah karena sifatnya yang aneh. Nakal, absurd, gk suka denga...