09. PESTA TOPENG

3.1K 183 15
                                    

"Gantian dong dumbbell-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gantian dong dumbbell-nya." sahut seorang pria di belakangku.

"Di situ masih ada dumbbell yang lain kan?" tanyaku yang sibuk melatih otot lengan tanpa menengok ke arah belakang.

"John?"

Eh, dia tahu namaku?
Setahuku tidak ada yang mengenalku di tempat Gym ini.

Sudah sekitar tiga bulanan aku jadi member di tempat Gym ini, tapi percayakah kalian jika tidak ada seorang pun kecuali resepsionis di depan yang mengetahui namaku di tempat sini? Iya, kalian harus percaya!

Tapi dari mana dia tahu namaku?

"Kamu nge-Gym di sini juga ya?"

Nah, dia bertanya lagi.
Tapi suara ini ...?
Aku kenal suara ini!

Kuletakan dumbbell yang sebelumnya kupakai, lalu aku menengok ke arah belakang.

Iya, dugaanku benar.

"Pak Doni nge-Gym di sini juga?" tanyaku.

Doni Renaldi, Kepala Toko supermarket Anthony's Mart, usia tiga puluh tahun, kulitnya kuning langsat, tinggi tubuhnya kira-kira hampir 180 sentimeter kemudian badan kekarnya itu membuat singlet Gym abu-abu yang dikenakannya terlihat begitu ketat, memamerkan setiap lekuk tubuhnya. 

"Saya mah member di sini." dia tersenyum ramah seperti biasanya, "Tempat kebetulan bersih, saya jadi betah."

"Itu yang Bapak pegang dumbbell juga kan?" aku ikut tersenyum.

"Hahaha ..." tidak seperti saat di supermarket, kali ini aku bisa melihat Pak Doni tertawa lepas, "Saya cuma bercanda, John. Saya nggak nyangka ketemu kamu di sini."

"Udah berapa lama Bapak jadi member?"

"Hampir mau satu tahun, tapi biasanya saya malam ke sininya." wajahnya benar-benar terlihat ramah kepadaku, "Pantesan badan kamu bagus gitu, ternyata rajin nge-Gym."

"Hanya untuk kebugaran aja, Pak." ucapku, "Kalo badan jadi bagus ya berarti bonus."

"Mantap!" dia mengacungkan jempol kanan, "Yaudah, dilanjut lagi aja olahraganya."

Kami berdua melanjutkan olahraga di tempat Gym itu seraya mengobrolkan banyak hal. Karena obrolan itulah aku baru mengetahui Pak Doni rupanya berasal dari Bandung. Ya, memang sudah kentara kok dari logat bicaranya yang seperti orang sunda.

Pak Doni bahkan tidak memandangku sebagai bawahannya, "Nyantai aja, John. Kalo di luar kamu jadi teman saya, tapi kalo di tempat kerja kamu baru bawahan saya." tadi Pak Doni berkata seperti itu kepadaku.

Selama aku bekerja di supermarket, sekalipun aku belum pernah mengobrol seakrab ini dengan Pak Doni. Mungkin karena situasi juga yang tidak mempertemukan kami. Tapi sesekali jika sedang berpas-pasan, kami paling hanya bertegur sapa.
Untuk keramahan sepertinya jangan ditanya lagi. Iya, Pak Doni sudah terkenal dengan keramahtamahan-nya di supermarket. Satu hal yang tidak pernah kuduga sebelumnya, ternyata Pak Doni ini orangnya sangat menyenangkan.

BLUE SKIES [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang