07. SEBUAH SYARAT

4.2K 196 30
                                    

Pikiranku masih saja tertuju kepada surat si Cowok Gagah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pikiranku masih saja tertuju kepada surat si Cowok Gagah. Jujur, sekarang ini aku benar-benar ketakutan. Sebenarnya aku ingin sekali memberitahu Mas David tentang hal tersebut, tapi jika aku memberitahu Mas David, aku takut dengan ancaman si Cowok Gagah yang akan membocorkan rahasia kami.

Dengan beraninya dia menulis surat itu untukku, aku bisa menyimpulkan bahwa mungkin saja dia punya bukti tentang hubungan rahasia kami. Aku mencoba mengingat semua Customer yang membayar ke kassa-ku tadi, "Bodoh! Mana mungkin aku dapat mengingat setiap Customer!" aku memaki diri sendiri.

Sudahlah, tak usah dipikirkan dulu. Sekarang kakiku sudah berjalan memasuki bar Sweet Owl. Kepalaku menengok ke berbagai arah, kanan, kiri, tapi tetap tidak kutemui sosok Mas David, "Dimana dia? Apa belum datang?" batinku bertanya.

Setelah kuperhatikan lagi keadaan di dalam bar, rupanya dia ada di kursi pojok sana. Mas David mengenakan kemeja putih dengan balutan jas hitam sesuai dengan warna favoritnya, celana katun hitam elegant itu turut melengkapi setelannya malam ini. Lihatlah! kakinya mengenakan pantofel hitam mengkilat.

Aku menghampirinya.

"Udah lama, Mas?" aku menarik kursi kemudian duduk di sebelahnya.

"Baru nyampe juga kok." dia tersenyum, "Baru empat menit yang lalu."

Tangan Mas David seperti hendak mengambil sesuatu, dia meletakkan sebuah paper bag hitam ke atas meja.

"Sepatu baru buat kamu." wajahnya tersenyum lebar.

"Mas ..."

"Udah jangan nolak!" dia memotong ucapanku, "Cuma sepatu doang kok."

"Sepatu bulan lalu aja masih bagus, Mas." ucapku, "Mending uangnya disimpan untuk sesuatu yang lebih berguna."

"Udah terima aja," Mas David keukeuh, "Mas nggak akan jatuh miskin kalo cuma sepatu kayak gitu mah."

Akan percuma jika aku menolak pemberian ini, Mas David pasti akan terus memaksa sampai aku menerimanya.

Oke.
Kali ini biarkan dia menang.

"Oke, sepatunya aku terima." aku mengalah, "Terima kasih ya, Mas."

"Nah, gitu dong! Mas kan jadi senang." dia tersenyum, "Hari ini gimana kerjanya?"

Hari yang sangat sial!

Aku tak mungkin menceritakan kejadian tadi siang kepadanya. Aku sudah memutuskan akan mencari tahu sendiri siapa si Cowok Gagah ini? Aku tidak mau memberi beban tambahan untuk Mas David.

Orang-orang di sekelilingnya tidak akan tahu karakter Mas David sesungguhnya, mereka hanya melihat bagian luarnya saja. Mereka tidak akan tahu jika dibalik wajahnya yang tegas dan pekerja keras itu tersimpan sebuah hati yang rapuh.

BLUE SKIES [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang