17. SEBUAH LAMARAN

2.7K 164 12
                                    

Sesampainya di rumah sakit, ternyata keluarga Mas David sudah menunggu di luar kamar operasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sesampainya di rumah sakit, ternyata keluarga Mas David sudah menunggu di luar kamar operasi. Iya, di dalam sana Mas David sedang dioperasi. Everlyn sebelumnya mengatakan bahwa luka di bagian pinggang kanan Mas David sangat dalam. Sama sepertiku, Dave, Nimala dan Everlyn juga terlihat panik.

Ketika Everlyn melihatku, buru-buru dia menghampiri dan langsung memelukku, seolah-olah berusaha menguatkan aku.

"Pagi ini rencananya David mau ngelamar lo, John." Everlyn terisak, "Di hari ulang tahun lo."

Melamar aku?
Bahkan aku sendiri lupa jika hari ini adalah hari ulang tahunku.

"Selama dua bulan ini dia tinggal di Belanda sama Kakek dan Nenek, David mau nunjukin kalo dia serius sama lo, John." Everlyn memberikan sebuah kotak kecil yang berisi dua buah cincin kepadaku, "Ini cincin yang David beli sebelum dia kecelakaan, dia udah dapat kewarganegaraan sana dan dia mau bawa lo ke Amsterdam, nikah sama lo di sana."

Aku terkejut.

Jadi selama dua bulan ini kamu sudah merencanakan hal yang sedemikian besar itu untuk hubungan kita, Mas? Kamu ingin menikah denganku? Hidup bersama denganku? Betapa bodohnya aku selama ini! Maafkan aku, Mas. Maaf karena aku terlalu egois.

Kedua orang tua Mas David menghampiri kami.
Tanpa mengucapkan salam perkenalan, Nirmala langsung memelukku, "David udah ngaku sama kami dia biseks, dia sering berbicara tentang kamu," Nirmala menangis sesenggukan, "Tante mohon sama kamu jangan tinggalin anak Tante, Neneknya bilang selama dua bulan ini David kayak orang yang nggak punya semangat hidup."

Benarkah?
Jadi selama dua bulan ini Mas David sangat tersiksa oleh sikapku?
Jika memang seperti itu betapa jahatnya aku!

Terlepas dari semua kebohongan yang dilakukannya kepadaku, seharusnya aku tidak sampai menyiksa batinnya seperti itu.

Aku menyesal.
Benar-benar menyesal.

Kami berempat menunggu di luar, Everlyn memberi tahu kronologi kecelakaan itu. Jadi sebenarnya malam ini Mas David baru saja pulang dari Belanda, dia hendak mengambil cincin yang sudah dia pesan sebelumnya. Iya, rencananya pagi ini di hari ulang tahunku dia akan melamarku, memberikan kejutan untukku. Mas David merencanakan ini setelah malam pertengkaran kami waktu itu.

Mas David diantar oleh Bang Agung salah satu Bodyguard-nya karena Bang Rendi sudah dipecat dua bulan yang lalu. Mobil yang mereka kendarai menabrak pohon dan bagian kanan mobil ringsek parah. Mas David langsung dilarikan ke rumah sakit sementara Bang Agung tidak diketahui keberadaannya sampai saat ini. Everlyn bahkan menaruh rasa curiga terhadap Bang Agung.

Dokter akhirnya keluar dari kamar operasi, kami berempat langsung menghampirinya.

"Bagaimana kondisi anak saya, Dok?" tanya Nirmala terlihat panik.

"Kita beruntung, luka di bagian pinggang kanan Pak David sudah tertolong." jawab Dokter pria itu membuat kami berempat merasa tenang, "Untuk pemulihan selanjutnya, Pak David sudah bisa dipindahkan ke ruang perawatan.

Syukurlah.

Malam itu pun Mas David dipindahkan ke ruang perawatan, dan semalaman itu pun aku tidak tidur sama sekali.

[...]

Pukul 05:30

Sekarang aku berada di kamar perawatan Mas David, hanya ada kami berdua di ruangan tersebut. Nirmala dan Dave sedang berdiskusi dengan dokter di luar tentang Mas David yang katanya akan dibawa pulang dan dirawat di rumah. Sementara Everlyn sudah pergi dari satu jam yang lalu karena siang nanti dia akan membuka butik barunya di Bekasi.

Setelah dua bulan tidak melihat Mas David kini aku bisa memandanginya. Melihat sosoknya yang terbaring lemah di tempat tidur. Terbaring mengenaskan dengan lilitan perban di tubuhnya, terbaring mengenaskan dengan infus yang ada di sampingnya.

Sudah dua bulan kami tidak berjumpa, badannya terlihat sedikit lebih kurus. Nimala mungkin benar, selama dua bulan ini Mas David seperti tidak mempunyai semangat hidup.

Perlahan tanganku mengelus lembut kepalanya, berewok tipisnya sudah berubah menjadi lebih lebat dari sebelumnya.

Aku kangen kamu, Mas.

Mas David pun tersadar dari obat bius yang sebelumnya diberikan oleh dokter. Secara perlahan dia membuka matanya, kemudian dia terlihat terkejut melihatku, kedua mata birunya sudah berkaca-kaca.

"Sayang." air matanya kini mengalir, "Maafin, Mas."

Aku tersenyum.

"Mas cinta sama kamu." dia masih menatap wajahku.

Aku merogoh kantong bajuku, mengeluarkan cincin yang dibeli oleh Mas David, "Aku tahu, Mas."

"Jangan tinggalin Mas lagi." pintanya.

"Aku janji nggak akan ninggalin Mas lagi." tubuhku bergetar, di hadapan Mas David aku memasangkan cincin itu di jari manisku, kemudian air mataku mengalir, "Aku mau nikah sama Mas David, bawa aku ke mana pun Mas pergi, aku cinta sama Mas." sambil menangis aku memasangkan cincin yang satunya lagi di jari manis Mas David, setelah itu aku mencium keningnya.

"Beneran?" tanyanya.

Aku mengangguk.

Mas David tersenyum, "Sayangku, terima kasih."

"Mas cepat sembuh ya? Aku bakal terus jagain Mas." aku mengusap air mata di pipinya, "Ini benar-benar kejutan."

"Sini!" Mas David tersenyum, "Kepala kamu deketin sama Mas."

Aku menurut, kudekatkan kepalaku ke arahnya, membuat wajah kami saling berhadapan.

Mas David mencium bibirku, "Selamat ulangtahun, Sayang." kemudian ciuman itu beralih ke pipi kananku, "Terima kasih sudah hadir di dalam hidupku."

Mulai hari ini aku tidak akan meninggalkan kamu lagi, Mas.

Tidak akan pernah.

*****

Can't Help Falling In Love (Haley Reinhart Rendition) Cover by Marina Strah

BLUE SKIES [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang