25. MELIHAT LANGIT BIRU

2.5K 153 6
                                    

"Sayang, besok Mas harus terbang ke Amsterdam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sayang, besok Mas harus terbang ke Amsterdam."

"Kok mendadak?" sambil tiduran di paha kanannya aku bertanya, "Berapa lama Mas di sana?"

Mas David mengacak-acak rambutku, "Dua hari." lalu dia merapikan lagi rambutku, "Kata Pak Robert ada dokumen yang nggak bisa diwakilkan, Mas harus menandatangani secara langsung. Mas juga sekalian mau lihat usaha cafe kita di sana."

Aku cemberut.

"Jangan ngambek, Sayang." Mas David sedang duduk seraya mengelus-elus kepalaku yang tiduran di paha kanannya, "Mas cuma dua hari aja, abis itu langsung pulang."

"Aku nggak ngambek kok." ucapku.

"Itu kenapa cemberut?"

"Aku nggak cemberut." kupaksakan bibirku untuk tersenyum.

Mas David terkekeh, "Kamu lucu, Sayang." dia membungkuk, lalu bibirnya mencium mesra keningku, "Mas pasti bakalan kangen selama dua hari di sana."

"Aku juga bakalan kangen sama, Mas. Apalagi ..." aku memberi jeda, "Sama bool Mas."

Kami berdua pun tertawa.

Iya, setelah tadi malam kami melakukan seks nikmat itu, subuhnya kami melakukan seks lagi dengan Mas David yang menjadi top.

Oh iya, pagi ini kami sedang berada di luar. Pagi buta tadi Mas David mengajakku ke tempat ini.

Setelah naik mobil selama dua jam kami pun tiba, kami hanya membawa sebuah tikar kecil dan beberapa cemilan.

Aku sangat terpesona dengan tempat ini. Lihat! Dari ujung sini sampai ke sana banyak sekali bunga tapak dara yang tumbuh liar mengelilingi kami berdua.

Iya, sekarang ini kami berdua sedang berada di hamparan tikar. Mas David duduk, lalu paha kanannya menjadi bantal untuk kepalaku yang sedang tiduran. Kami menikmati pagi yang cerah ini, melihat langit biru di atas sana.

Romantis bukan?
Persis seperti film hollywood.

Duduk di tengah-tengah bunga dengan kekasih hati kemudian wangi bunga akan menusuk indera penciuman.

Tapi tunggu dulu!

Realita tidak seindah film hollywood.

Justru yang terjadi kepada kami sekarang bukanlah wangi bunga, melainkan bau badan kami berdua.

Iya, saking buru-burunya, tadi pagi kami tidak sempat mandi.

"Mas percaya sama yang namanya firasat?" tanyaku.

"Kadang-kadang." dia masih mengelus-elus kepalaku.

"Mas itu padahal bule, kenapa nggak pernah ngomong bahasa inggris sih?" tanyaku penasaran, "Selain bahasa Indonesia Mas cuma bisa bahasa Belanda ya?"

BLUE SKIES [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang