20

2K 319 21
                                    

Suara ketukan pintu yang sangat nyaring menusuk pendengaran Irene yang sibuk memeriksa laporan keuangan butiknya. Dengan langkah cepat Irene pergi membuka pintu apartemennya. Bisa-bisa pintunya rusak jika ia lama membuka pintu.

Irene membuka pintu dan sungguh terkejut dengan apa yang ada di hadapannya saat ini. Baju tunangannya yang berantakan serta rambutnya acak-acakan. Dan bau alkohol yang begitu menyengat. Bisa dipastikan Seokjin tengah mabuk berat. Baru kali ini Seokjin menyentuh yang namanya alkohol. Selama ini Seokjin sangat anti dengan cairan haram itu. Kejadian malam ini membuat dirinya membutuhkan cairan itu.

Irene dengan perasaan khawatir mambantu Seokjin yang kini sudah tidak bisa berdiri dengan sempurna. Dengan tubuh Seokjin yang bertumpu  ke tubuh mungil Irene membuat Irene sempoyongan membopong Seokjin ke kamar.

Setelah menidurkan Seokjin di kasur, Irene mengatur nafasnya yang hampir habis. Irene menarik selimut menutupi tubuh Seokjin hingga leher.   Irene duduk di samping kasur memerhatikam wajah Seokjin yang nampaknya punya banyak kekhawatiran.

Seokjin membuka matanya yang lumayan lelah. Entah mengapa air matanya ingin keluar saat ini melihat wanita yang selama 2 tahun ini menjadi tunangannya. Hanya pada Irenelah ia bisa mengeluarkan semua permasalahannya. Bulir air mata membasahi pipi merah Seokjin. Irene dengan tenang menghapus air mata tunangannya itu.

"Jangan menangis. Ceritakan, apa yang terjadi?"

Seokjin menggeleng. Irene menatap Seokjin iba. Irene membuka selimut Seokjin dan menarik kedua tangan tunangannya itu membuat Seokjin bangun dari tidurnya. Irene lantas memeluk Seokjin untuk sekedar menenangkan lelakinya.

"Tenanglah. Semua akan baik-baik saja. Aku akan terus memelukmu jika kau membutuhkanku" ujar Irene sambil mengusap lembut punggung seokjin

Seokjin mengeratkan pelukannya, ia takkan menangis lebih dari ini. Ia akan berusaha untuk kuat. Tapi kali ini ia sangat membutuhkan pelukan Irene. Seokjin melepaskan pelukannya dan menatap Irene penuh harap.

"Temani aku tidur malam ini"

Irene mengangguk. Seokjin sangat membutuhkannya saat ini. Dan itu membuat Irene tak bisa menolak kenginan Seokjin. Untuk urusan pekerjaan besok baru akan ia lanjutkan.

"Tidurlah. Aku akan tidur di sampingmu"

Seokjin kembali berbaring dan memiringkan tubuhnya ke tempat dimana Irene juga akan tertidur. Irene membuka selimut dan memasukan tubuhnya ke dalam. Mereka tidur dengan posisi saling berhadapan. Bahkan hanya dengan tatapan mata seperti ini sudah membuat Irene mengerti jika Seokjin belum siap menceritakan masalahnya. Seokjin menutup matanya bersamaan dengan tangannya  menggenggam tangan Irene. Ini membuat dirinya nyaman.  Dengan tangannya yang kosong, Irene mengusap pipi Seokjin yang masih ada bekas air matanya. Tangannya kemudian beralih menggenggam tangan Seokjin yang juga mengggenggam tangan lainnya. Melihat Seokjin yang sudah terlelap membuat Irene juga memejamkan matanya.

***

Baru kali ini Jungkook absen dari kegiatan membaca malamnya. Ia tak bisa membaca jika pikirannya tertuju pada masalah sebelumnya. Ia tak siap menghadapi masalah seberat ini. Jungkook melirik ke samping. Saat ia tahu Yeri sudah terlelap Jungkook dengan hati-hati turun dari kasur dan melangkah keluar kamar. Yeri yang mendengar pintu terbuka membuka matanya sedikit. Sekilas ia bisa melihat bayangan Jungkook. Rasa kantuknya tak bisa ia tahan sehingga ia memilih untuk melanjutkan tidurnya.

Jungkook mengetuk pintu di depannya dan langsung masuk setelah 3 ketukan. Dapat ia lihat wanita kesayangannya tengah tertidur di atas kasur. Dengan hati-hati Jungkook naik ke atas kasuh dan memeluk tubuh ibunya. Nyonya Jeon sendiri menyadari kehadiran Jungkook. Ia membalas pelukan hangat dari putranya itu.

My Savant Boy (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang