' Police in Weekend '

373 62 4
                                    

Pagi hari yang cerah di apartemen Krist. Setelah satu jam ia habiskan untuk mencuci baju dan membersihkan apartemen, kegiatan selanjutnya adalah mandi lalu memasak. Bagi seseorang yang hidup sendiri, sudah biasa baginya untuk melakukan pekerjaan rumah sendiri. Mumpung hari minggu dan timnya diberi libur setelah kasus kemarin, jadi ia maksimalkan untuk mengurus diri sendiri.

Aroma makanan menguar di seluruh ruangan. Hari ini ia ingin masak makanan yang ringan, jadi ia membuat sup ayam dan menggoreng ikan. Setelah selesai, ia menyajikan sup dalam mangkuk, 3 ikan goreng di atas piring dan menatanya di meja makan. Tak lupa Krist membuat satu pitcher lemonade.

“Hah, selesai" Krist melepas apron merahnya. “Ugh lapar... “

Krist duduk di kursi makan, mengambil nasi ke piring dan mengambil sup ke mangkuk kecil. Ia berdoa lalu mulai makan. Namun, baru akan memasukan satu sendok ke dalam mulut, suara bel pintu menghentikannya.

“Ck, baru mau makan... “ Krist berjalan ke pintu depan dan membukanya. Seseorang berdiri di depannya dengan senyum lebar. “Singto? Mau apa?”

“Kit, minta makan”

“Kau pikir aku ibu mu?”

“Ayo lah, aku belum makan dari kemarin. Na na na na... “ Singto memelas, berkedip-kedip berharap Krist luluh.

“Kau seperti anjing yang minta dipungut"

“Aku lebih suka kucing"

“Terserah, masuklah... “

“Yeah... “ Singto mengikuti Krist masuk. Aroma makanan menyapa indera penciumannya. “Hm... kau masak ikan goreng, ya?”

“Dasar kucing, hidungmu tajam kalau mencium ikan"

“Hehe... “

Singto dan Krist akhirnya sarapan bersama pagi itu. Untungnya Krist membuat makanan cukup untuk mereka berdua. Setelah makan, Krist mencuci piring dan Singto menikmati lemonade sambil menonton TV.

“Kit, apa yang kau lakukan setelah ini?” Tanya Singto.

“Um... aku harus menyetrika baju, mengembalikan buku ke perpustakaan kota, lalu sekalian belanja untuk makan malam"

“Cih... membosankan!”

“Kalau kau bosan, lakukan sesuatu yang berguna daripada hanya duduk diam di rumah orang"

Singto menghampiri Krist yang sedang mengelap tangannya. “Ayo kencan!” Singto menunjukkan dua kupon makan gratis.

“Hah?”

“Ini hari minggu dan kita jarang dapat hari libur tanpa kasus, kan? Jadi ayo manfaatkan waktu! Aku punya 2 kupon makan bingsu gratis” Singto menaik-turunkan kedua alisnya.

“Hanya 2?”

“Karena hanya dua mangkanya aku ajak kau, seperti kencan, kan? Panas-panas begini enaknya makan yang dingin-dingin... “

“Tapi aku punya banyak ker—“

“Cukup bilang ‘iya'!“

“Iya iya, aku ganti baju dulu" Krist berjalan keluar dapur.

“Dandan yang cantik, ya... “

“Sialan kau!!” Krist melempar lap dari atas meja makan ke Singto. Yang kena lempar hanya cengengesan.

Singto dan Krist keluar dari apartemen Krist, mereka menaiki taksi menuju sebuah kafe bingsu. Saat taksi berhenti di tempat yang mereka tuju, Krist dan Singto masuk ke tempat itu.

“Singto?”

Singto menoleh. Ada Guy dan Nammon berjalan ke arahnya. “P'Guy? Sedang kencan dengan P'Nammon?” Singto tersenyum menggoda.

“Aku sudah janji pada Nammon untuk mentraktirnya bingsu, lalu kau?”

Singto menunjukkan dua kupon yang ia punya. “Aku juga punya kencan, kali ini makan gratis”

“Enaknya. Kau mau saja diajak kencan Singto" Guy beralih ke Krist.

“Ter.pak.sa! Padahal aku juga punya kerjaan lain" Krist merajuk.

“Kalau begitu ayo sama-sama saja" ajak Nammon.

Akhirnya mereka berempat masuk ke kafe bingsu bersama. Mereka memilih tempat dan memesan bingsu sesuai keinginan, pesanan mereka datang sekitar 10 menit kemudian.

Singto menyendok bingsu duriannya kedalam mulut. “Huah... panas-panas begini memang enaknya makan bingsu"

“Sudah lama memang kita tidak santai begini" kata Guy. Ia melanjutkan makan bingsu melonnya.

“Apa akhir-akhir ini kalian sangat sibuk?” Tanya Nammon pada Krist.

Krist mengangguk, ia mengaduk-aduk bingsu mangganya. “Sangat. Bahkan perutku terasa penuh dengan mie instan. Kasus yang belum terpecahkan dan harus menulis laporan, itu sangat melelahkan".

Nammon mengangguk dan melanjutkan memakan bingsu matchanya. “Tapi Singto”

“Hm?”

“Kau tidak lupa minum vitaminmu, kan?”

“Tidak Phi"

“Kau perhatian sekali hm... “ sindir Guy.

Nammon menoleh pada Guy. “Kenapa? Cemburu?”

“Huh, tidak juga"

“Aku tidak nafsu pada pacarmu itu P'Guy, aku sudah punya dia" Singto merangkul Krist.

“Siapa yang kau sebut ‘dia’ ha??” Krist memukul perut Singto.

“Ugh... “ Singto mengusap perutnya. “P'Nammon itu sudah seperti kakak perempuanku, jadi tidak perlu cemburu"

“Heh! Aku ini laki-laki tulen ya! “

“Iya deh... “

“O ya, Oaujun dan Fiat dimana ya?” Tanya Krist. “Kalau ada mereka lengkap sudah Chaser tim khusus"

“Lalu aku kau anggap apa?” Tanya Nammon.

“Um... “

“Penyusup" – Singto.

“Topping tambahan" -Guy.

Plak! Plak!

“Dasar tidak sopan!”

“Maaf / maaf “ Singto dan Guy mengusap kepala setelah mendapat pukulan dari Nammon.

“Aku juga tidak mau kesini kalau tidak sedang libur, huh!” gerutu Nammon.

“Tapi pas sekali kita sedang libur, jadi bisa istirahat sejenak" kata Krist.

“Yah, semoga saja tidak ada panggilan tugas tiba-tiba" kata Singto.

“Dan semoga tidak ada kejadian mendadak yang membuat kita harus lari-lari mengejar seseorang" kata Guy.

Semenit kemudian, terdengar keributan di luar kafe. Beberapa orang terlihat berlarian di trotoar dan membuat pengunjung kafe melihat keluar. Termasuk Guy dan yang lainnya.

“Ada apa?” gumam Nammon.

“Entahlah... “ Krist juga melihat ke dinding kaca.

“Hiraukan... jangan pedulikan... Hiraukan... jangan pedulikan... “ Singto dan Guy bergumam sambil memakan bingsu mereka. Nammon dan Krist mengerutkan kening heran.

“P'KRIST!!!”

Krist menoleh. Di pintu masuk kafe, Fiat berdiri dengan nafas terengah-engah. “Fiat?”

Fiat berjalan pincang ke meja Krist. “Tolong P'Oaujun, tasku di copet seseorang”

“Ha? Di copet?” Tanya Krist.

“Memangnya isinya apa?” Tanya Nammon.

“Uang untuk bayar sewa apartemen, tolong!! Kakiku keseleo, P'Oaujun sedang mengejarnya"

Krist dan Nammon sama-sama menatap Guy dan Singto yang malah hanya menaikan kedua alis.

“Singto, bingsumu sudah habis, kan? Sana bantu Oaujun” kata Krist. “P'Guy juga"

Walau berat, Singto dan Guy pergi menyusul Oaujun mengejar pencopet. Sementara Fiat bergabung dengan Nammon dan Krist, kakinya terasa sakit karena tersandung batu saat mengejar pencopet dengan Oaujun

Nammon memintakan es batu pada pelayan untuk mengompres kaki Fiat agar tidak bengkak.

“Hah... semoga tasku bisa kembali" kata Fiat.

“Kau bersama Oaujun?” Tanya Krist.

“Kami bertemu di bank, aku mengambil uang dan dia memperpanjang masa berlaku ATM”

“Hm... sepertinya kau sedang sial" kata Krist.

“Tenang, Singto dan Guy sedang membantunya kok. Pasti bisa tertangkap" kata Fiat.

“Iya, biarkan mereka bertiga yang mengurus pencopetnya, kau tunggu disini bersama kami”

“O ya, pesanlah sesuatu" kata Nammon.

“Tapi dompet ku ada di tas"

“Tak apa, aku sedang di traktir P'Guy. Pesan saja sesuatu, urusan bayar biar P'Guy nanti"

“Baiklah, terima kasih P'Nammon"

“Hm... Enaknya ada yang mentraktir" gurau Krist.

“Kau juga bisa makan gratis gara-gara Singto punya kupon makan gratis"

“Hehe... “

Sementara itu, Singto dan Guy berlari di belakang Oaujun mengejar pencopet hingga sampai di sebuah gang. Pencopet itu berhenti karena terhalang dinding tinggi di depannya.

Oaujun segera menangkap pencopet itu, Singto membantunya karena pencopet itu melawan. Setelah berhasil ditahan, Guy menelpon polisi piket untuk membawa pencopet itu ke kantor polisi.

“Terima kasih sudah membantu, P'Sing P'Guy" kata Oaujun.

“Hm sama-sama. Sekarang ayo kembali ke kafe, Fiat menunggu disana bersama Krist dan Nammon” kata Guy.

“ Ok"

Mereka bertiga pun berjalan bersama kembalinya kafe.

“Fiat ini tasmu" Oaujun memberikan tas Fiat pada yang punya.

“Wah... terima kasih P'Oaujun. P'Guy dan P'Singto juga terima kasih"

Akhirnya tim Chaser di tambah Nammon memutuskan untuk memesan makanan lain di kafe itu. Hari minggu bagi para polisi tak lengkap jika tak diselingi aksi kejar-kejaran dengan penjahat, kan?

.
.
.

Tbc

Let's cool down a bit

Maaf kalau masih banyak typo 🙏🏻

Thank you for reading 😊

See you next chapter 🤗

[END] The Chaser - [SK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang